Seluruhnya gelap.
Kegelapan pekat tidak berdasar.
'Di mana?' lirih Zero.
Begitu gelap, semuanya kegelapan. Hitam seperti melahapnya, menjebaknya dan terasa menenggelamkan dalam perasaan takut yang begitu kuat.
"Kau harus membuka matamu..." Suara mengalun lembut, hampir seperti bisikan.
Suara yang begitu lembut membelah kekosongan di dalam gelap. Suara akrab yang mencoba meraih Zero. Membujuknya berpaling dari kegelapan yang begitu pekat.
'Siapa?' tanya Zero. Dia tidak bisa melihat apa pun selain kegelapan. Namun suara akrab yang begitu lembut seakan berbisik dekat di telinganya.
"... Kegelapan itu, kau bisa menghilangkannya." Katanya lembut berbisik.
Zero tidak ingin terjebak selamanya. Suara itu memberinya harapan. Zero ingin mempercayai sepenuhnya. Meskipun orang itu bahkan tidak menunjukkan siluet, hanya suara tenangnya menghibur di tengah sunyi gelap.
'Tapi.. bagaimana?' tanya Zero lagi.
".. Raih tanganku..." bujuk suara akrab.
'Aku... tidak bisa..' Zero mencoba menggerakkan tangannya. Namun jarinya bahkan tidak bisa bergerak seinci pun. Tubuhnya lumpuh. Tangannya terasa paling berat seakan diikat oleh rantai tak terlihat. Tapi ia masih bisa merasakan suhu dingin menyentuh kulitnya. Zero menyadari hanya pikirannya yang bebas bicara.
'Apa... apa yang terjadi denganku...' Tanya Zero lebih pada dirinya sendiri.
Namun suara akrab tidak lagi berbisik dalam kegelapan. Kekosongan dan kehampaan dalam kegelapan semakin terasa pekat.
'Kau.. kau masih di sini kan?' tanya Zero.
'Katakan sesuatu... tolong, jika kau mendengarku,'
'Aku tidak ingin di sini -' Putus asa dan cemas mencengkram Zero. 'Kau bilang.. kegelapan ini dapat menghilang ... tapi bagaimana...? Aku bahkan tidak bisa menggerakkan ujung jariku'!
'Jawab aku!' batin Zero berteriak. Mengharapkan suara akrab tersebut kembali.
Diam.
'Hei!' teriak Zero lagi.
Diam.
Zero menunggu lama, menunggu suara akrab kembali. Namun tidak ada. Mengecewakan.
'Apa kau ... meninggalkanku?' lirih Zero. Nadanya menunjukan rasa sakit. Merasa dikhianati. 'Padahal ... aku mempercayaimu..'
Masih tidak ada suara akrab menjawab kembali.
Suara pikiran Zero menjadi satu-satunya yang mendominasi di dalam kegelapan diam tak berujung.
Seperti mimpi buruk.
Tempat yang hanya dipenuhi hitam. Kegelapan seakan menelan. Kehidupan musnah dan hanya ada diam yang seakan mati, dipaksa bungkam.
Diam yang mencekam. Kegelapan yang mengerikan. Sendirian yang menyedihkan.
Zero membenci ini.
Zero tidak ingin ini.
Tidak ingin sendirian. Apalagi dalam kegelapan diam. Tidak bisa menggerakkan tubuhnya, tidak juga bibirnya. Hanya bebas berbicara di dalam kepalanya dan berkedip mata di seluruh pandangan hitam.
'Tolong ...' lirihnya. 'Aku tidak ingin ...' Zero memejamkan mata. Setetes air matanya jatuh.
Sekilas suara lonceng kecil bergema.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Wishes (Vampire Knight)
FanfictionSangat kontras dengan kegelapan sendiri adalah warna merah. Api yang bernapas, terus berkobar tinggi ke atas bagaikan tembok api yang mengitari kegelapan suram. Cahaya merah yang mengerikan seperti darah yang bersinar. Itu adalah pembantaian. Keke...