Kelabu. Tanpa warna. Hampa. Disitu aku terduduk sendirian. Tanpa siapapun menemani. Hanya diam tak memikirkan apapun. Tak ada orang yang bisa aku pikirkan. Tak ada orang yang aku kenal. Dengan pikiran kosong hanya meringkuk memeluk lutut di tengah ruang hampa berwarna kelabu. Dengan perasaan familier bernama kesepian.
Kapan mimpi ini akan berakhir?
*****
Perlahan-lahan, aku membuka mata. Cahaya terang menyeruak masuk ke mataku. Aku menghalanginya dengan telapak tanganku sambil menyipitkan mata, berusaha mengurangi intensitas cahaya yang masuk.
Setelah berhasil memfokuskan mata, aku menyingkirkan tangan dan mulai membuka mata lebar-lebar. Sesuatu yang empuk dan menusuk-nusuk ada dibawahku. Dengan susah payah, aku duduk sambil memegangi kepalaku, merasa sangat pusing. Aku menoleh melihat sekitar. Ternyata sedari tadi, aku meniduri rumput rumput kecil hijau yang terhampar luas. Cahaya matahari berusaha menembus daun daun milik pohon besar yang saat ini bertengger di belakangku, lumayan menghalangi silaunya matahari yang bersinar cerah dengan langit bersih tanpa awan. Pohon itu berdiri dengan gagah, ditengah hamparan rumput ini. Menjadi satu-satunya pohon yang berdiri disini sejauh mata memandang. Seakan-akan menjadi pusat dari hamparan rumput disini. Batangnya sangat besar, mungkin diameternya sekitar 2 meter. Dan pastilah sudah berumur ratusan tahun. Cabang dan akarnya menjalar luas.
Angin sejuk menerpa tubuhku, membuat pemandangan indah ini semakin terasa menyenangkan. Beberapa helai daun berjatuhan, lalu terbawa oleh angin dengan cepat. Bunga bunga ungu berbentuk ilalang dan beberapa dandelion ikut terbawa angin, membuat pemandangan sekitar menjadi berwarna ungu dan putih.
Sungguh pemandangan yang indah.
Tunggu. Ini dimana? Kenapa aku disini?
Aku terdiam, berusaha mengingat-ingat hal yang terjadi. Aku bermimpi tentang orang itu, bertemu dengannya lalu...
Ah! Aku dikirim olehnya ke tempat ini. Kenapa dia mengirimku ke sini?
Dokter Ann. Dimana dia? Tadi aku dikirim ke sini dengan dokter Ann.
Aku berdiri dan mulai melongok-longok mencari Dokter Ann. Namun disini hanya ada hamparan rumput luas dan bunga bunga kecil, tak mungkin dokter Ann dapat bersembunyi dibalik rumput ini. Aku mengitari pohon dibalikku dan menemukan Dokter Ann terbaring dibaliknya, persis seperti aku tadi. Namun, pada sisi lain dari pohon ini.
Aku menghela nafas dan duduk di sebelah Dokter Ann. Masih takjub dengan pemandangan didepanku. Lalu, aku melihat pohon besar dibalikku. Pohon ini adalah tumbuhan biasa. Namun entah kenapa, aku merasa tenang di dekatnya. Membuatku berhenti memikirkan apa yang terjadi. Membuatku merebahkan badan, memejamkan mata dan menikmati hembusan angin lembut yang menerpa.
"Hei, lihat-lihat! Ada orang aneh disini!" terdengar sebuah suara yang diikuti dengan komentar komentar kecil.
"Orang aneh? Dimana?" suara lain menyautinya. Dalam sekejap, suara suara berisik terdengar, mengganggu suasana tenang tadi.
Aku membuka mata, sudah bersiap untuk kembali beradaptasi dengan cahaya matahari yang terang. Namun ternyata, terdapat kepala-kepala orang mengelilingiku dan menutupi cahaya matahari. Ya, ada 6 kepala yang menunduk memperhatikanku dari dekat, seolah-olah aku adalah barang pameran.
Beberapa saat setelah aku membuk mata, mereka semua tampak terkejut dan terjungkal.
"Hei hei dia bangun!" salah seorang dari mereka menutupi mulut dengan telapak tangan, berbisik-bisik dengan volume yang dapat kudengar.
"Aku kira dia sudah mati." Orang yang lain menambahkan dengan pose yang sama.
Dengan sebal, aku duduk. "Siapa yang mati hah?"
"Wuah, dia berbicara!" ujar seseorang, dengan mata berbinar menatapku, sedangkan yang lain mulai menatapku dengan minat dan mendekat kepadaku, membuatku risih.
Tiba-tiba, terdengar suara erangan, diikuti dengan suara gesekan-gesekan daun. Dokter Ann bangun sambil memegangi kepalanya. Disaat ia membuka mata dan menoleh ke arah kami, 6 laki-laki disekelilingku berteriak lebih kencang, "Ann?!".
*****
Disinilah kami sekarang. Di sisi lain padang rumput ini. Di jalan keluar dari padang rumput ini, duduk berkeliling diatas potongan kayu yang sudah lapuk.
Ya, kami. Aku, Dokter Ann, 6 laki-laki tadi, dan...
Seorang perempuan yang sangat mirip dengan Dokter Ann.
"Jadi... aku tidak tahu harus berkata apa." Ujar salah seorang dari 6 laki-laki itu, yang bernama Dylan. Kami telah bercerita kepada mereka tentang apa yang kami alami sehingga berakhir disini.
"Wah. Mungkin dia adalah kembaran Ann yang sudah lama terpisah?" Gray berkata dengan asal.
"Hei. Dia hanya seorang perempuan yang kebetulan mirip dengan..." Bryan menghentikan kalimatnya karena mendapat tatapan datar dari teman-temannya. "Ehem, ralat. Sangat mirip dengan Ann."
Ann?
"Tunggu dulu. Siapa namamu tadi?" Dokter Ann bertanya pada perempuan itu.
"Ann." Jawab mereka serempak. Aku dan Dokter Ann bertatapan bingung.
"Namamu siapa?" Tanya Dean dengan polosnya pada Dokter Ann.
"Ann." Dan untuk kesekian kalinya, mereka berteriak dengan kompak.
"Waaah. Wajah kalian persis dan nama kalian sama. Kebetulan macam apa ini?" Ujar Gray
Raven menyilangkan kedua tangannya di dada. "Bagaimana kalau kalian ikut dengan kami?"
"Raven!" sergah Ann –yang lain- tidak setuju. "Yah, kita kan bisa membawa mereka dan menanyakannya pada Nenek Shil. Mungkin dia tahu sesuatu. Ann, apa kamu tidak penasaran dengan kembaranmu ini? Dan kalian, bukankah kalian tidak punya tujuan dan tempat tinggal?" Ann itu kemudian terdiam sedangkan kelima laki-laki lain menatapnya dengan mata berbinar-binar.
"Ah, baiklah! Tapi hanya untuk sementara sampai kalian tahu tempat tinggal dan tujuan kalian." Ann akhirnya mengalah dan memasang tampang tak peduli sementara keenam laki-laki itu bersorak gembira.
●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●
YOU ARE READING
Young Forever
FantasyZion hidup setelah terbangun dari kegelapan yang pekat. Dengan perasaan yang hampa, ia pergi ke dunia lain dan mulai mengetahui masa lalunya.