Ini adalah hari pertama setelah aku dan Dokter Ann sampai disini, tempat yang tidak kami tahu. Sudah satu hari pula kami ikut dengan gerombolan aneh, 6 orang laki-laki dan satu perempuan bernama Ann yang juga mirip Dokter Ann.
"Hei! Namamu siapa?" tanya Dylan. Aku dan keenam laki-laki itu masih duduk di kayu lapuk itu sementara Dokter Ann dan Ann menyiapkan makan malam. Baru beberapa jam yang lalu kami memutuskan untuk ikut dengan mereka.
"Zion.." aku menjawab dengan ragu-ragu. Mungkin seharusnya aku tidak bercerita banyak pada mereka tentangku maupun Dokter Ann. Kami belum tahu mereka orang baik atau bukan kan?
Mereka mengangguk-angguk paham. "Kalau begitu, kami panggil kamu Zion juga ya!" ujar Raven dengan semangat. Aku merasa aneh dipanggil langsung dengan nama oleh gerombolan laki-laki yang jelas-jelas usianya jauh di bawahku tanpa ada embel-embel 'kak' atau apapun itu.
Tapi, mereka berenam tampak seperti anak berumur 17 tahunan, sedangkan Ann –yang lain- tampak seumuran dengan Ann. Namun keenam anak itu memanggilnya Ann saja.
Yah, mungkin sudah kebiasaan mereka untuk memanggil orang yang lebih tua dengan nama saja.
"Hei Zion, berapa umurmu?" tanya Dylan.
Aku terdiam, "tidak tahu."
Mereka mengernyit dan memandang satu sama lain. "Itu aneh. Maksudku, bagaimana bisa kamu tidak tahu umurmu sendiri?"
Aku merasa malas untuk membahasnya, jadi akumembalikkan pertanyaan mereka,
"bagaimana dengan kalian?"
Kini, mereka terdiam. "kami juga tidak tahu."
Mereka menunjukkan wajah yang sama. Mereka tersenyum, namun entah mengapa, aku dapat melihat sorot kesedihan di mata mereka.
Atau mungkin itu hanya perasaanku, entahlah.
"Bukankah kalian juga aneh? Kalian tidak mengetahui umur bahkan salah satu dari kalian." Aku membalik pernyataan Bryan.
Mereka terdiam, seperti memikirkan sesuatu.
"Well, kupikir kita sama sama memiliki rahasia. Kita tidak perlu mengetahuinya kan? Jadi jangan bertanya lagi padaku." ucapku dengan dingin. Aku menolak mereka dengan tidak langsung. Aku merasa tidak nyaman jika mereka terus terusan berusaha mendekatiku. Dan kupikir aku tidak boleh menceritakan segalanya pada mereka. Jadi, kutolak saja mereka dengan dingin. Aku tidak peduli.
Tapi sepertinya mereka tidak mengerti maksud dibalik pertanyaanku, karena Dylan -dengan segala keingintahuannya- lagi lagi bertanya, "Hei hei, bagaimana caramu memanggil Ann? Maksudku, Ann-mu."
"Tunggu, dia bukan Ann-ku. Dan aku hanya memanggilnya dokter Ann."
"Wah, dia seorang dokter? Ann kami bisa merawat luka, tapi dia bukan dokter."
"Hei, aneh kalau kita terus memanggil mereka dokter Ann, Ann kami, atau Ann-mu. Berikan saja mereka julukan." Dean mencetuskan sebuah ide.
"bagaimana kalau Ann kami, dipanggil Ann kami, dan Ann-mu, dipanggil Ann-mu?" Raven berkata dengan wajah seolah olah itu adalah ide hebat.
Oke, itu sangat bodoh.
"bukankah sama saja? Kalau Zion menanyakan mana Ann-mu pada kita, bukankah kita akan salah tangkap dan mengiranya mencari Ann kita? Maksudku.." Gray menyusun kalimat sebaik mungkin, namun ia terbata bata dan aku sama sekali tidak paham apa yang ia katakan sedari tadi.
"maksudnya, jika Zion bertanya, 'hei, dimana Ann-mu?' pada kita, kita bisa mengiranya mencari Ann kita kan? Padahal yang dia maksud adalah Ann-mu sesungguhnya. Yah, kamu tahu, -mu itu kepemilikan, bukan nama." Walaupun sedikit terbelit-belit, entah bagaimana aku paham dengan apa yang dikatakan Bryan.
"Bagaimana kalau Ann-tar untuk Ann Zion dan Ann-gal untuk Ann kita? Ann pintar dan Ann galak." Dean berkata dengan polos.
"Dean, kamu akan dipukul Ann kalau begitu."
"Ann siapa?" Dylan -dengan segala keingintahuan dan kebodohannya- bertanya untuk kesekian kalinya.
"Ann kita, Dylan." Gray menjelaskan.
"Bukan Ann-mu?" Dylan tampak makin bingung.
"Ann kita adalah Ann kita Dylaan. Ann-mu adalah sebutan Ann Zion. Kamu paham tidak sih sedari tadi kita membicarakan apa?" Dean menjelaskan dengan gemas.
"Tunggu, bukankah Ann-mu adalah Ann kita?" Nampaknya bertambah satu orang yang tidak paham. Raven, orang yang mencetuskan ide itu. Bahkan ia bingung dengan sebutan yang ia buat sendiri.
Sekali lagi, ini sangat sangat bodoh.
Mereka -yang paham- tampak frustasi dan menjelaskan kembali. Lama kelamaan, mereka berdebat tentang siapa yang benar dan siapa yang salah. Walaupun tetap dalam subjek yang sama.
Aku hanya memperhatikan. Suasana ini sangat ramai, dan aku merasa aneh. Entahlah, aku hanya tidak pernah merasakan keramaian seperti ini. Ini hal baru bagiku.
Tanpa kusadari, ujung bibirku terangkat.
"Hei, hei sudah. Bagaimana kalau kita memanggil Ann yang selama ini bersama dengan kita, dengan sebutan Ann-chii dan memanggil Ann yang datang bersama Zion, Ann saja?" Setelah sekian lama membisu dan hanya memperhatikan, Eric akhirnya membuka suara.
Sejenak, mereka terdiam, "tapi kenapa Ann-chii?" Dylan -dengan segala.. oh sudahlah.
"Aku daridulu ingin memanggilnya seperti itu. Ya, itu seperti nama anjing. Lucu." Eric mungkin adalah pencinta anjing.
Mereka yang lain, berpikir kemudian tertawa bersama. "Julukan yang bagus. Dan cocok tentunya."
"sepertinya aku mendengar sesuatu yang menarik." Suara itu datang dari belakang Raven dan Dylan yang duduk bersebelahan. Ann-chi entah bagaimana sudah tersenyum -dengan mengerikan-dibelakang mereka.
Raven dan Dylan menoleh, dengan wajah horror. Saat mereka hendak kabur, Ann-chii terlebih dahulu menarik telinga mereka dengan keras. Sementara keempat anak lainnya sudah menghambur dan berlari menghindari Ann-chii yang menarik telinga Raven dan Dylan sembari berlari mengejar yang lain. Raven dan Dylan mengerang kesakitan dan terus ikut Ann-chi berlari agar telinga mereka tetap pada tempatnya.
Dokter Ann sudah duduk disampingku, dan menyodorkan piring berisikan makanan dihadapanku. Aku menerimanya sambil menoleh pada Dokter Ann. Dokter Ann memperhatikan mereka sambil tersenyum.
"benar-benar sekumpulan anak yang bersemangat dan lucu," Ucapnya.
"mungkin bodoh maksudmu." Aku menambahkan sambil menatap makanan di piringku yang sangat menggoda.
Dokter Ann tertawa kecil, "ya mungkin. Tapi entah kenapa, mereka sangat menarik. Aku tidak bisa untuk tidak memperhatikan mereka."
Aku kembali memperhatikan mereka yang berlari lari dengan tidak jelas.
Dan sekali lagi, tanpa kusadari ujung bibirku sedikit terangkat.
Ya, mungkin seperti itu.
●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●
YOU ARE READING
Young Forever
FantasyZion hidup setelah terbangun dari kegelapan yang pekat. Dengan perasaan yang hampa, ia pergi ke dunia lain dan mulai mengetahui masa lalunya.