A Smile and Adventure

194 15 0
                                    

Esok paginya saat Seb terbangun, tidak ada Nikolaj. Atau sekarang menjadi Nik bagi Seb. Ternyata tidak sepagi yang ia kira karena jam sudah menunjukan angka sebelas lewat, mungkin ia terlalu lelah semalam. Saat Seb memasuki toilet dan melakukan kegiatan rutinnya, ia baru menyadari bahwa tuxedo dan gaun Nik sudah tidak ada. Dengan buru-buru ia masuk kembali ke kamar dan perasaan lega kembali karena di atas meja masih ada laptop-laptop Nik dan barang bawaan miliknya. Jika ia terbangun dan Nik menghilang, Seb dapat menyatakan bahwa ia benar-benar sial.

Seb menyalakan televisi dan menyaksikan betapa lezat resep makanan yang di tayangkan. Termotivasi, Seb ingin kembali memasak dan berharap di dapur penginapan masih ada bahan-bahan makanan seperti sebelumnya. Ia segera keluar kamar, menguncinya dan langsung turun ke lantai dua tanpa bertemu dengan siapapun termasuk ibu penginapan.

Didalam lemari es Seb hanya menemukan tiga buah apel, dengan sedikit rasa kecewa ia mengambil dua buah dan kembali kedalam kamar. Karena rasa lapar ia memakan bagiannya, tidak mungkin menunggu Nik hanya untuk memakan satu buah apel bersama. Ia kembali menatap kearah televisi meski tidak memperhatikan sama sekali.

Jam menunjukan angka dua belas dan Nik belum kembali.
-

Kunci kamar berbunyi dan pintu terbuka saat kekhawatian Seb nyaris meluap hingga kelangit-langit. Ia langsung bangkit dari posisi duduknya dengan wajah masam. Nik berdiri di depan pintu dengan ekspresi tidak mengerti mengapa Seb keliatan kesal.

"Maaf aku pergi agak lama, aku mengembalikan baju dan mengambil dokumenmu," Nik tersenyum kecil sebagai permintaan maaf "Jangan menatapku seperti itu Seb. Tidak ada yang terjadi, kau tak usah khawatir." lanjutnya Nik lagi. Ia terlihat agak lelah yang langsung saja menghempaskan tubuhnya di atas ranjang.

Seb memberikan apel yang ia dapatkan dari dapur kepada Nik dan Nik memandang apel tesebut dengan mata membesar, tersenyum lebar kepada Seb lalu mulai memakannya dengan satu gigitan besar. Nik sangat cocok dengan warna merah karena apel itu terlihat lebih enak saat berada di tangan Nik. Seb masih lapar tapi ia sudah tak memiliki apel lagi.

Di televisi pembawa acara sedang heboh mengumumkan siapa pemenang kontes memasak bertema musim panas. Sepasang mata Seb masih terpaku pada televisi sebelum Nik ikut duduk di sebelah Seb dan menepuk bahunya pelan, "Hari ini kau dapat segera terbang kembali ke New York jika kau siap untuk pulang." katanya.

Mendengar itu Seb langsung menoleh ke arah Nik cepat dengan wajah terkejut. Pulang?
Nik mengangguk.

"Bagaimana denganmu?" Seb bertanya.

Pertanyaan Seb sepertinya membuat Nik cukup terkejut karena satu alis sempurnanya terangkat naik. "Aku juga akan pergi dari sini, tapi bukan ke New York." jawab Nik.

Seb merasa bingung mengapa ia agak kecewa bahwa Nik tidak menuju New York. Meski hanya dalam beberapa hari dan tidak mengetahui banyak tentangnya, ia merasa seperti telah mengenal Nik bertahun-tahun lamanya . Bahkan tinggal satu ruangan dengan Nik terasa cukup nyaman dan natural. Ia langsung menepis pemikiran anehnya dan mengangguk cepat. "Aku akan bersiap."

Barang bawaan Seb tidak terlalu banyak, hanya butuh lima belas menit untuk memasukkan semuanya kedalam koper. Nik masih sibuk memasukkan peralatan elektoniknya kedalam tas jinjing dan baju-bajunya kedalam tas ransel. Setelah selesai mereka Seb kembali terdiam menatap jendela.

"Mau berkeliling?" tanya Nik dengan wajah yang entah mengapa Seb dapat melihat sedikit kesedihan. Seb mengangguk dengan cukup bersemangat.
-

Suasana siang yang cerah sepertinya merestui mereka berdua untuk berjalan-jalan. Langkah-langkah kaki mereka ringan berjalan menyusuri gang sempit diantara gedung-gedung. Sosok berambut pirang itu tersenyum dan menarik tangan Seb untuk berlari kecil bersamanya menuju ke arah Canal Grande yang berada tepat pada jantung kota Venesia.

HYPNOTICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang