Chapter 1. Hidup Yang Indah.

104 4 3
                                    

"Aargghhh." Keluhku saat karakter dalam game yang kumainkan tak berhasil mengalahkan bos dalam game itu, "Ulang lagi deh."

Tak lama layar komputer didepanku menunjukkan bahwa karakterku telah kembali ke portal masuk ke sarang bos. "Besok lagi aja lah." gumanku sambil menekan tombol logout yang terpampang dilayar komputerku.

Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam dan sejak sore tadi perut ini belum terisi makanan apapun, hanya air mineral yang sempat mengganjal lapar perut ini.

"Jo, gue mau beli nasi goreng, mau nitip ga?" tanyaku pada remaja yang duduk disampingku.

"Mau dong, tapi skalian ya." ujarnya walau tak melepaskan pandangannya dari layar komputer didepannya.

"Sekalian bayarin maksud lo?" Tanyaku sembari melangkah pergi.

"Nah itu ngerti," jawab anak yang kupanggil Jo, "YANG PEDAS YA!!" lanjut Jo sedikit berteriak begitu ia sadar bahwa aku telah berada diluar warnet.

Kulangkahkan kaki menuju penjual nasi goreng yang berada diseberang warnet tempat aku bermain, setelah melihat kiri kanan dan yakin tak ada kendaraan yang melaju kencang aku pun mulai menyebrang.

"Bang, nasi dua ya dibungkus" setelah memesan aku pun duduk sembari menghisap rokok yang ada ditanganku.

Tak lama pesananku pun selesai, setelah membayar segera kulangkahkan kaki menuju warnet untuk melanjutkan misi yang tertunda tadi.

Setelah sampai, kulihat anak itu masih saja berkutat dengan layar komputer yang tak pernah lepas dari pandangannya.

"Gitu ama liatinnya, ga sekalian lo ajak nikah tu monitor?" ledekku setelah meletakkan makanan pesanannya di keyboardnya.

Disaat makan kusempatkan bertanya pada Jo "Jadi mau ga mereka ikut raid besok?"

Jo hanya mengangguk karena mulutnya penuh dengan nasi dan kerupuk, entah bagaimana cara anak itu bisa memakan makanan sebanyak itu dalam mulutnya.

****

Mentari pagi mulai bersinar dilangit, kamipun melangkah pergi menuju rumah masing-masing. Dikarenakan hari ini hari minggu jadi aku tak ada kegiatan kuliah, sehingga semalaman bisa berada didepan layar monitor.

"Who you think you are..." alunan suara merdu Cristina Peri dari ponselku membuatku segera mengambil ponsel yang tersimpan dalam tas kecilku, sontak raut muka ku berubah total setelah membaca pesan singkat yang masuk.

"Gue duluan Jo!" teriakku sambil berlari.

"Mapus lo kena marah!" Teriakan Jo masih terdengar olehku yang saat ini berlari dengan kencang.

Kususuri sebuah gang yang tak trrlalu sempit, setelah melewati sebuah lapangan sepak bola akhirnya aku menghentikan lariku. Didepan sebuah rumah didekat aku berhenti, tampak berdiri seorang gadis yang sedang melihatku dengan tampang masam.

"He..he..he.." aku yang baru tiba hanya terkekeh dan memasang wajah tanpa dosa dihadapan gadis itu.

"Ga sekalian ampe besok pagi main diwarnetnya?" tanya gadis itu ketus.

Setelah mengatur nafas karena berlari cukup jauh, kuperhatikanndengan seksama gadis dihadapanku ini. Mulai dari rambutnya yang terurai lepas hingga sepasang sepatu berwarna hitam yang membungkus kedua kakinya.

"Apa liat-liat?" tanya gadis itu dengan nada yang tak berubah seperti tadi.

"Cantik amat pagi ini Rin." pujiku seiring mataku yang tak lepas dari wajahnya.

Semburat warna merah jelas terlukis diwajahnya setelah mendengar kata-kata yang terucap dari bibirku.

"Udah ah jangan gombal mulu, ntar kita telat lagi." ujar Rin sembari memberikan kunci motor padaku.

Segera kuhidupkan motor Satria FU 150 milik Rin setelah menerima kunci motor itu dan juga tak lupa berpamitan pada seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari rumah.

"Tante, kami berangkat ya."

"Iya, hati-hati ya dan jangan ngebut bawa motornya." nasehat Tante Mirna.

Dengan laju motor yang tak terlalu cepat, kuarahkan kendaraan menuju SMP kami dulu, kami berdua merupakan teman sejak SMP hingga SMA. Setelah lulus kuberanikan menyatakan perasaan ini pada gadis yang saat ini kubonceng, dan gayung pun bersambut, tanpa menunggu lama ia menerima cintaku.

Oh ya, aku belum memperkenalkan diriku. Muhamad Iqbal, itulah namaku yang diberikan oleh orang tuaku. Dan gadis yang saat ini kubonceng adalah Rini Anggraeni, gadis yang telah kupacari selama 2 tahun merupakan anak tunggal sehingga terkadang sifatnya seperti anak kecil, tapi tk mengubah rasa dihatiku bahwa aku mencintainya.

Hobi kamipun sama yaitu bermain game online, walau dia tak separah aku ketika sedang bermain game.

Tak terhitung game online yang kumainkan sejak tahun 2010 hingga saat ini, dan game yang terakhir ini berhasil memikat hatiku untuk tak memainkan game lain sejak dirilis tahun 2012 lalu.

"Minggu depan jadi kita raid?" tanya Rin sedikit berteriak, berusaha agar suaranya terdengar diantara suara kendaraan yang disamping kami.

"Iya, kita tinggal cari LF aja, tapi itu udah diurus ama Jo." jawabku tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan, aku tentu tak ingin mengalami kecelakaan apalagi saat ini aku membonceng kekasihku.

Rin hanya mengangguk, dan perlahan tangannya merangkul pinggangku seraya merebahkan kepalanya dipunggungku.

Dengan reflek kupegang tangannya dan kuremas pelan, seolah memberi tanda bahwa akupun menyayanginya.

Tak terasa akhirnya kamipun sampai ketempat yang kami tuju, sekolah kami dan tempat dimana kami pertama kali bertemu.

"Jadi inget waktu pertama kita ketemu." ujarku setelah memarkirkan sepeda motor .

Rin hanya tersenyum mendengar apa yang kuucapkan, dan ia pun menoleh kebelakang setelah seseorang memanggil namanya.

Didalam sekolah kudengar suara musik, sepertinya acara reuni SMP kami telah dimulai. Kulangkahkan kaki menuju aula sambil sesekali menjawab pertanyaan teman-teman yang berjalan bersama kami.

Sempat terpikir olehku bahwa hidup ini memang indah, memiliki kekasih yang cantik dan pekerjaan yang cukup mapan. Semoga rencana yang telah kupersiapkan tak terhalang oleh sesuatu yang tak kuinginkan.

###

Ini adalah cerita pertama saya didunia orange ini

semoga cerita ini berkenan dihati anda sekalian

Dragon Nest. Rise of the AdventurerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang