"Oke, sekarang lu ceritain semuanya. Se-mu-a-nya!"
Windy menahan senyum saat Airin dan Selva mulai menyerbunya dengan berbagai pertanyaan. Apa lagi kalau bukan tentang acara makan siangnya bersama Dion? Dua cewek nan ceriwis itu sudah menagih dan mewanti-wanti Windy agar menceritakan pengalamannya berkencan dengan Dion sejak kemarin malam.
"Cerita apaan?" tanya Windy sok polos.
"Nggak usah muter-muter deh, Win. Kemarin gimana ama Dion?"
Windy tersenyum penuh arti. Semburat tipis berwarna merah muda menghiasi pipi cewek itu, pertanda Windy sedang tersipu.
"Gimana apanya? Biasa aja. Nggak ada yang spesial, Rin," jawab Windy seadanya.
"To the point aja, Win. Udah penasaran banget dari tadi malam," desak Selva.
"Biasa aja, Sel. Beneran. Cuma makan siang bareng, muter-muter mall sebentar, terus dianter balik. Udah, gitu aja."
Airin melengos, tidak puas. "Nggak mungkin. Masa cuma gitu doang? Nggak percaya. Dari berbagai info yang gue tau, Dion itu cowok yang romantis dan nggak pernah pelit. Masa jalannya biasa aja?"
Windy mengangguk mantap. "Gue harus cerita apa lagi? Cuma makan siang doang. Terus ngobrol-ngobrol santai."
"Dia nggak beliin lu apa kek gitu?" cecar Selva.
"Hmm," gumam Windy membuat dua temannya makin penasaran.
"Apa?" tanya Airin dan Selva hampir bersamaan.
Windy menggeleng dan menahan tawanya saat melihat ekspresi dua temannya yang heboh itu. Kemudian dia menjawab, "Nggak ada."
Jawaban Windy sukses membuat Airin dan Selva bengong sesaat.
Tidak ada?! Yang benar saja?!
"Ngeselin banget, nggak sih?"
"Tobat deh gue! Astaghfirullah. Temen lu, Sel! Ogeb bener, dah!"
Kini giliran Windy yang bengong karena baru saja menerima berbagai cacian dari Selva dan Airin. Ada apa? Apakah ada yang salah jika Dion tidak membelikannya sesuatu?
"Harusnya lu minta beliin hape baru. iPad kek, Mac kek, iPhone baru kek, atau jam tangan yang mahal-mahal gitu!"
"Betul. Kapan lagi, coba?"
"Atau jalan-jalan sore pake helikopter bokapnya sekalian."
"Anak tajir disia-siain!"
Windy takjub mendengar saran-saran gila yang diucapkan Selva dan Airin. Ia segera melontarkan protesnya dengan berkata, "Emangnya gue siapa jadi minta beliin ini-itu?! Gini-gini, gue bukan cewek matre."
"Bukannya matre, Win. Tapi memanfaatkan kapasitas dompet gebetan!" kilah Airin.
"Sama aja! Apa bedanya?!"
"Ih, beda tau. Dion itu kalo ngajak cewek jalan emang selalu beliin hadiah yang mahal-mahal. Nggak pernah biarin si cewek pulang dengan tangan kosong. Harusnya lu kasih kode keras buat dikasih kode lebih istimewa," sanggah Selva.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIKUNGAN BAGUS
Roman pour AdolescentsTergiur oleh iming-iming yang Dion tawarkan, tanpa pikir panjang Bagus menerima pekerjaan sampingan yang diberikan sahabatnya itu. Sekalian mengisi waktu luang dan memenuhi keinginannya untuk menambah koleksi dan tetek-bengek fotografinya. Bagus har...