2016

46 1 0
                                    

Elodie sedang berbicara lewat telepon genggamnya dengan Daafi. Iya betul, Daafi namanya. Lelaki yang dikenalkan oleh Karinka-Kahfi kepadanya.
"Aduh Fi, males banget ini. Pesawatnya delay satu jam. Makin lama deh ketemu kamu, kangen berat sama kamu..." cerocos Elodie dengan suara manja gimana gitu. Elodie mondar-mandir di ruang tunggu bandara Cengkareng dengan wajah cemberut. Gerak-geriknya kayak ayam lagi sibuk nyari tempat buat bertelur.
"Sabar lah sweetheart, Insyaallah kita pasti bertemu. Miss you more. Dua bulan kita LDR rasanya aku kesepian disini. Nggak ada teman mancing, teman hangout pas weekend..."
"Lah kan kamu bisa jalan bareng gank kamu itu. Ada Paijo, Abdul dan Fathir.."
"Lagi males aja, pengen ama kamu aja El. Kamu lebih cute dan lucu dibandingkan mereka..."
"Oh jelas dong xixixixixi..." Wajah cemberut Elodie berubah cerah mendengar kata-kata Daafi barusan.

Daafi, lelaki pendiam tapi kadang bisa kocak itu telah menemani hari-hari Elodie dalam kurun satu tahun. Awalnya mereka berteman biasa karena dorongan Karinka dan ancaman Lilith yang nggak sudi temannya jadi perawan tua. Lama-lama timbul perasaan sayang di antara mereka. Daafi orangnya santai, tidak terburu-buru ingin begini atau begitu.
Elodie juga asik-asik aja orangnya walau sesekali bisa manja, bisa bawel juga. Di saat-saat awal perkenalan, mereka cuma bertemu berdua di cafe yang sudah disepakati, mengobrol dengan canggung. Tetapi lama-lama berkembang ke arah yang kondusif karena yang satu mulai merasa nyaman dengan yang lainnya. Pembicaraan yang biasanya canggung kemudian berubah menjadi pembicaraan yang seru. Perlahan-lahan yang satu manut dengan satunya lagi dan sebaliknya. Elodie setuju-setuju saja menemani Daafi memancing, itu hobi Daafi yang lambat laun diketahui Elodie. Elodie menemani Daafi memancing ikan mulai dari kolam sampai akhirnya ke laut.
Daafi pun suka rela menemani Elodie menonton drama-drama Korea kesayangannya.
Sumpah beneran lo! Menemani satu episode kemudian tertidur di episode-episode selanjutnya. :D

Yah memang cinta itu aneh. Terkadang dia rumit terkadang dia sederhana. Sesederhana alur cinta Elodie dan Daafi.
"Oke sweetheart, aku mau siap-siap dulu ya, telepon lagi sebelum kamu take off. Aku bakal langsung berangkat jemput kamu. See you very soon."

Elodie kembali duduk sambil mengedarkan pandangan secara acak. Tapi apakah dia sedang bermimpi? Elodie terpaku menatap seraut wajah.
Benarkah itu Altair?
Sosok itu semakin mendekat ke arah Elodie.
Omg, look who's coming.
"El?"
"Al?"
Keduanya sejenak terpaku. Saling memastikan benarkah sosok yang berdiri di hadapannya adalah orang yang sama, yang dulu mengisi hari-harinya. Seketika ruangan itu terasa sepi dan hening. Mereka seperti tidak merasakan keberadaan banyak orang lain disitu.
"Are you the real Elodie? Am i dreaming"
"Yes i am and you're not dreaming"
Altair memeluk Elodie dengan erat dan dengan cepat melepaskan Elodie. Menatap wajahnya lama-lama. Masih terpukau.
"My dear friend, Elodie..."
"Altair..." balas Elodie tersenyum.
"Kog bisa ya kita ketemu di sini, di Jakarta, di bandara yang crowded.." lanjut Altair.
"Pesawat gue delay Al. Mau balik ke Medan.."
"Pesawat gue berangkat dua jam lagi, ke Medan juga El..."

Kembali seperti masa dulu, seolah mereka tak pernah berpisah. Mereka saling bertukar cerita, mengisahkan riwayat hidup mereka. Terkadang tertawa, manyun lalu tiba-tiba serius. Hilang sudah beban di hati Elodie. Setelah hampir tiga puluh menit bercerita nonstop, mereka lalu terdiam.
Elodie tak ingin membiarkan momentum itu lewat bagai angin.
"I will confess. Gue mau mengaku Al. Dulu gue suka sama lo. Sumpah!" cetus Elodie cepat.
"Gue juga sayang sama elo, El. Elo tuh sahabat kesayangan gue, sampe sekarang gue masih sayang sama elo. Selama ini gue sibuk mengejar impian gue. Gue ingin sukses sebelum umur gue tiga puluh lima tahun. Di tengah perjalanan kesitu gue bertemu jodoh gue, El..." tutur Altair panjang lebar.

Elodie paham dengan apa yang dirasakan oleh Altair. Dan rasanya nggak perlu Altair tahu nelangsanya hati Elodie bertahun-tahun karena berpisah darinya. Sekarang sudah ada Daafi tambatan hatinya.

"Jadi elo belum ketemu jodoh lo, El?"
Elodie menarik sesuatu dari dalam tas.
"Ini undangan pernikahan gue Al, masih dua minggu lagi. Gue bawa-bawa buat dibagiin dengan rekan-rekan kerja di pusat, di Jakarta sini. Elo wajib datang ya kalo lagi di Medan.
"I promise. Siap!!"

Ketika pesawat melayang di udara, Elodie tersenyum lega. Tahun-tahun penuh penderitaan itu seolah tak pernah terjadi. Time heals.
Dan ketika akhirnya melihat wajah Daafi di kerumunan, Elodie merasa kebahagiaannya menjadi lengkap. He's the one, yang diinginkan Elodie menemani dirinya di sepanjang sisa hidup nya. Altair tetap punya tempat sendiri di sudut hatinya. Sudut hati itu juga terisi oleh dua perempuan baik hati yang sangat disayanginya, Lilith dan Karinka. Ternyata Altair itu ditakdirkan untuk menjadi sahabat Elodie. Dan belahan jiwanya ternyata Daafi.

Epilog

Elodie dan Daafi bersanding bagaikan raja dan ratu di pelaminan. Di sebelah kiri Elodie duduk rapat Lilith dan Karinka.
"Is that the lost man, Altair??" bisik Lilith ke telinga Elodie. Kemudian dia mengulanginya ke telinga Karinka.
"Yes, now he's found" jawab Elodie cepat dan kemudian tersenyum lebar ke arah datangnya Altair yang menggendong bocah lucu duplikat dirinya dan menggandeng istrinya yang manis.
"Happy wedding, El. Semoga langgeng sampe kakek nenek" kata Altair menyalami Elodie dan kemudian mencium ringan pipinya.
"Aamin. Makasih Al..."

Elodie mengucap syukur dalam hatinya. Terima kasih Tuhan atas jalan hidup berliku yang telah ku lewati. Dan sekarang Engkau telah melimpahkan kebahagian atas diriku.

The End.

Cinta kan BerbalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang