Donghae memijat pelipisnya, namja itu benar-benar pusing sekarang. Semua yang direncanakannya untuk acara malam ini akan gagal semua.
"Malam ini adalah anniversary perusahaan tuan Song. Kau harus datang."
"Nee aboeji."
Tuan Lee mengangguk. "Bagus. Kau harus terlihat tampan malam ini, karena tuan Song akan memperkenalkanmu sebagai tunangan dari putrinya."
"Ye?"
"Nee, aku menyetujui saran perjodohan antara kau dan Hyejin. Lagipula itu tidak akan merugikan kalian. Bukankah kalian sudah akrab satu sama lain."
"Tapi aboeji. Aku bisa mencarinya sendiri."
"Aku tidak menerima penolakan Lee Donghae. Kakakmu sudah menikah dan umurmu juga sudah cukup untuk menikah. Jadi jangan menolak, ini semua demi kebaikan kita semua."
"Aiish jinjja." Umpatnya.
"Wae? Apa yang terjadi?" Namja itu menoleh dan mendapati Yoona duduk di sampingnya. "Sejak tadi kau terus mengumpat, tidak biasanya."
Donghae mendesah. "Aku benar-benar membenci ayahku."
"Wae? Kenapa seperti itu? Apa kalian bertengkar?"
Namja itu mengangguk.
Yoona menepuk pundak partnernya itu. "Mungkin keputusan yang dia ambil memang yang terbaik untukmu."
"Ye? Bagaimana kau tahu aku bertengkar karena keputusannya?"
"Memangnya benar ya?" Yoona tertawa. "Aku sering bertengkar dengan ibuku karena keputusannya. Aku tidak pernah menyukai apa yang ibuku sarankan untukku. Orang tua jarang mengerti keinginan anaknya."
"Majja."
"Apa yang kalian lakukan?"
Keduanya menoleh dan segera Yoona menurunkan tangannya dari pundak Donghae. Yeoja itu juga menoleh kearah yeoja yang datang bersama Joongki.
"Aku hanya menghibur Lee sansaengnim." Jawab Yoona dan kembali membaca buku tebalnya.
Joongki memicingkan matanya lalu beralih pada Donghae. "Aku ingin bicara denganmu dan Hyejin. Ikut aku."
"Nee hyung."
"Sebentar oppa." Ujar Hyejin yang melihat kearah Yoona. "Eonni, kita pernah bertemu kan sebelumnya?" terangnya dan berhasil membuat kedua namja itu terkejut.
'Keurae, Yoona pasti gadis New York yang pernah ditabrak Hyejin.'
'Andwae. Jangan sampai Hyejin menyadarinya. Jebbal, jangan sekarang.'
Yoona mendongak dan menoleh kearah yeoja yang disamping kekasihnya. "Ah Song Hyejin-ssi."
Hyejin mengangguk. "Nee."
"Kapan kalian bertemu?" tanya Joongki sedikit gugup.
"Waktu itu aku tidak sengaja menabrak seseorang hingga pingsan dan eonni ini yang membantuku."
"Menabrak? Kapan itu?"
"Itu yang gadis New York waktu itu. Yang aku kira mantan istri oppa."
Yeoja itu tersentak dan menoleh kearah Joongki yang juga menoleh kearahnya.
"Eonni ini membantuku mengobatinya dan menyadarkan yeoja itu."
"Ah begitu. Keurae, gomawo Yoona-ssi sudah membantu adikku."
"Nee, gwencana."
"Ayoo. Aku ingin bicara pada kalian berdua."
"Nee."
Yoona menghela nafas dan merogoh saku jaket dokternya saat merasakan ponselnya bergetar. Yeoja itu tersenyum saat nama adiknya terpapar disana.
-Noona, aku akan melakukan fanmeeting tour di Asia. Aku akan membelikan khas setiap negara yang aku kunjungi untuk noona. Maaf tidak menjengukmu selama beberapa hari. Malam ini bisakah kita makan ramyun bersama? Aku merindukanmu.-
Mata yeoja itu berair. Baru kali ini ia mendapatkan adiknya menuliskan kata 'Aku merindukanmu' meski saat sekolah dulu mereka berjauhan karena bocah itu harus tinggal di asrama sekolah tapi namja tidak pernah mengucapkan atau mengirim pesan dengan kalimat manis seperti itu. "Dia tumbuh dengan baik."Joongki melipat kedua tangannya sambil menatap pasangan yang duduk disebrangnya. "Jadi kalian akan bertunangan?"
Keduanya menunduk, tidak ada yang menjawab.
"Kenapa kalian tidak menjawab? Aku disini bertanya."
"Oppa, aku tidak tahu kalau Appa akan menjodohkan kami seperti ini. Yang aku tahu kalau Appa berenca untuk menjodohkan oppa dengan Sunkyu eonni."
Namja itu mendesah. "Aku sudah punya pacar, untuk apa aku dijodohkan."
"Nde?" sahut keduanya. "Pacar?"
"Wae? Kenapa kalian terkejut seperti itu, memangnya tidak boleh aku punya pacar?"
"Aniyoo." Balas Hyejin.
Joongki mengangguk. "Ini sudah keputusan keluarga, kalian tidak bisa menolak. Jalani saja dulu, kalau memang tidak bisa ya mau bagaimana lagi, itu berarti kalian tidak berjodoh."
"Tapi hyung, it akan menghabiskan waktu saja."
"Lebih baik menghabiskan waktu daripada melihat dua keluarga murka karena penolakan kalian. Lagipula kalian sudah akrab sejak kecil dan tidak ada alasan untuk melakukan pendekatan."
Pasangan itu mendesah. "Baiklah."
Namja itu tersenyum. "Oh iya, nanti malam mungkin aku akan datang terlambat atau mungkin tidak datang sama sekali. Karena aku ada operasi malam ini."
"Ye? Operasi apa?"
"Batista. Aku harus membimbing Im sansaengnim untuk operasi kali ini."
"Keurae, aku akan menyampaikannya pada Appa."
"Kalau sempat aku akan datang bersama pacarku. Jadi tunggu saja." Joongki bangkit dari kursinya kemudian berjalan meninggalkan pasangan itu.
Hyejin menunduk. "Mianhee oppa. Aku tidak tahu kalau Appaku akan seserius ini."
Donghae mendesah. "Ini bukan salahmu. Ini salah ayah kita. Aku benar-benar benci perjodohan, apa kita tidak bisa memilih pasangan sendiri sampai harus dijodohkan demi kepentingan perusahaan."
"Itu karena perusahaan kita bergerak di bidang yang sama, jadi mereka seakan mendapatkan kesempatan."
"Keurae kau benar. Kita jalani saja dulu."
"Nee."
Donghae bangkit dari duduknya. "Pulanglah, aku masih harus bekerja. Nanti malam aku akan menjemputmu, kita pergi bersama."
"Nee."
KAMU SEDANG MEMBACA
arZt season 3
Fanfiction"Keadaan pasien?" tanya namja tampan itu saat menyambut stretcher yang baru keluar dari ambulans. "Pasien tertembak di bagian dada dan perut. Tekanan darah 90/100." "Baiklah." Ujar namja itu mendorong ranjang tersebut. "Lee sansaengnim...