Yeol Deosot

559 79 2
                                    

Jungkook menarik nafasnya dalam dalam, sebelum menceritakan apa yang terjadi dengannya semalam.

"Jadi, aku bertemu dengan seseorang yang dulunya adalah kekasihku. Tapi yang aku tahu dia telah meninggal karena penyakit ganas yang di milikinya."

Jungkook berenti sejenak, mencoba menetralkan perasaannya. Dia tidak ingin menangis di depan Yerim lagi.

"Kenapa kau tidak bahagia?"

"Tunggu dulu dengarkan ceritaku. Aku bukannya tidak bahagia, hanya saja aku tidak suka seseorang membohongiku. Aku merasa orang itu tidak mempercayaiku, dan bagiku dibohongi itu lebih sakit daripada ditinggalkan."

Yerim menangkup wajahnya mendengar cerita dari Jungkook.

"Lalu sekarang kalian bagaimana? Apakah kalian tetap sepasang kekasih?"

Yerim mungkin bisa mengatakan semua itu dengan santai. Tapi tidak dengan hatinya, dia merasakan sakit yang luar biasa di hatinya.

"Aku bukan kekasihnya, walau kami tidak pernah mengucap kata pisah. Tapi kami telah berpisah."

Jungkook mengaduk aduk minuman di depannya, menatap air yang bercampur aduk akibat ulahnya.

Air itu bercampur aduk sama seperti perasaannya sekarang, Jungkook tidak tau apa yang di rasakannya sekarang.

"Apa kau masih mencintainya?"

"Aku tidak tahu."

Yerim menghembuskan nafasnya, meski Yerim sedikit lega tapi tetap ada perasaan sesak di hatinya ketika Jungkook mengatakan tidak tahu. Itu artinya Jungkook berkemungkinan masih mencintai gadis itu.

"Sekarang apa permintaan keduamu?"

"Aku akan menyimpannya dulu."

♪♪♪♪

"Jungkook-ah, aku membawakanmu bekal. Seperti yang biasa aku lakukan."

Jaein menyodorkan bekal buatannya.

Sedangkan Jungkook terus berjalan tak menghiraukan Jaein.

"Apa semuanya karena gadis itu?" Jungkook menghentikan langkahnya, yang membuat Jaein menabrak punggungnya.

"Siapa yang kau maksud gadis itu?" Ucap Jungkook dingin.

"Siapa lagi jika bukan gadis perebut itu."

Jungkook mengepalkan tangannya menahan amarahnya, mendengar perkataan yang terlontar dari mulut Jaein.

"Jaga omonganmu!" Jungkook menatap tajam Jaein.

"Lindungi saja dia, semoga kau berhasil!" Ucap Jaein memperlihatkan smirk yang belum pernah Jungkook lihat sebelumnya.

Yang Jungkook tau, Jaein adalah gadis manis nan lembut yang selalu berada di sisinya dan selalu berbuat baik kepada siapa pun.

Tapi sekarang apa? Bukan Jungkook yang berubah melainkan Jaein yang berubah.

Sangat berubah.

"Kau berubah."

Jungkook meninggalkan Jaein yang masih terdiam, mendengar ucapan Jungkook.

"Kau benar, aku berubah." Jaein menatap sendu punggung Jungkook.

"Dan semuanya karena aku takut kau bersedih." Jaein mulai terisak, dan terduduk di aspal yang terasa dingin di musim salju seperti sekrang.

"Jae..in?"

Jaein menoleh ke arah sumber suara mendapati Kakak laki laki dari Jungkook, yang sekarang tengah berdiri di hadapannya.

"Op.. Oppa" ucap Jaein terbata bata akibat isakannya yang tak kunjung reda.

"Bagaimana bisa kau masih hidup?" Wonwoo benar-benar tidak menyangka atas apa yang indra penglihatannya tangkap.

Apa dia sedang melihat arwah Jaein?

Wonwoo mencubit telapak tangannya.

Sakit.

Itulah yang Wonwoo rasakan ketika cubitan itu membuat telapak tangannya memerah.

"Berdirilah dan ceritakan padaku apa yang terjadi."

Wonwoo membantu Jaein berdiri.

Sedangkan Jaein terus menundukkan kepalanya dan terisak.

"Oppa bolehkah aku memelukmu?"

Wonwoo terdiam sejenak.

Apa ini karena Jungkook?

Jaein langsung berhambur ke dalam pelukan Wonwoo karena tidak tahan lagi untuk menunggu jawaban Wonwoo.

Yang di peluk hanya terdiam, dan mencoba untuk menerima pelukan Jaein.

"Tenanglah. Kau bisa menjalaninya"

Hanya itu yang bisa Wonwoo ucapkan, karena sepengetahuannya Jungkook benar benar terluka atas kepergian Jaein.

Dan tiba tiba saja gadis di hadapannya itu datang kembali di tengah tengah kebahagiaan Jungkook.

Meski Wonwoo pernah menyikai Yerim, bukan berarti dia berniat bersekongkol untuk menyakiti Jungkook.

Tidak. Wonwoo bahkan tidak pernah berfikir sepicik itu untuk menyakiti saudaranya sendiri.

Wonwoo mengerti apa yang adiknya itu rasakan.

Jaein melepas pelukannya, "Gomawo, Oppa."

"Ne. Jangan pernah memaksakan kehendakmu akan satu hal." Jaein mengangguk mendengar nasihat Wonwoo.

Apa aku harus mencoba menyukai Jaein? Agar Jungkook bisa berdama Yerim dan aku mendapatkan pendamping. Apa ini cara yang benar?

♪♪♪♪

Don't forget to vote and comment, readers.🛰

Lvs,
Roundcloud.

Paper heart ▲ Jeon JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang