BABAK 1

42 3 0
                                    

Vive terjatuh lagi. Kaki kecilnya tak sengaja menyandung akar pohon. Ini sudah ketujuh kalinya. Telapak tangannya lecet. Lututnya terasa sakit, darah keluar dari lukanya yang melebar dan celananya robek.

Ibunya pasti akan marah. Mengingat sudah belasan kali ia merusak celana barunya ini. Belum lagi noda lumpur yang menempel disekujur tubuhnya. Pulang nanti ibunya pasti merepet.

Vive melihat keatas. Langit sudah gelap. Meskipun, ia sudah disisi luar hutan. Tapi, pohon-pohon masih terlihat rapat dan menjulang. Vive bersungut-sungut. Ia benci sesuatu yang tinggi. Karena membuatnya harus mendongakan kepala. Dan itu membuat lehernya pegal!

Tubuh Vive memang kecil. Diusianya yang sepuluh tahun, tingginya hanya mencapai pinggang sang ayah. Malah ia kalah tinggi dari anak laki-laki dibawah usianya. Setiap hari, ia dikatai si pendek oleh teman-temannya. Entah apa yang salah. Padahal, Vive sudah meminum sari haula setiap malam. Dan tak lupa berdoa pada dewi Rekiya untuk menambahkan tinggi badannya. Vive bahkan rela kehilangan waktu bermainnya untuk belajar berenang. Sebab, saat usianya 10 tahun dua bulan yang lalu. Ibunya berkata, bila ingin cepat tinggi maka ia harus rajin berenang. Maka, diputuskanlah mulai hari itu juga ia akan belajar berenang.

Hari pertama belajar berenang Vive dibawa ayahnya ke telaga aru. Telaga aru merupakan telaga yang istimewa. Letaknya ada disebelah timur desa. Hanya perlu berjalan sebentar melewati kebun-kebun tetangga ia sudah sampai disana.

Saat sampai Vive langsung disambut dengan sapaan ramah kenalan ayah maupun ibunya. Tak jarang ada yang mengajaknya bermain. Namun sayang Vive harus menolak, karena ia akan belajar berenang.

Telaga aru memang luarbiasa. Selain dekat dengan desanya. Telaga aru juga tak pernah mengalami kekeringan. Air telaga aru sangat jernih. Rasanya juga segar. Setiap hari orang-orang desanya akan mandi, mencuci dan mengambil air minum dari sana. Biasanya para ibu-ibu dan teman-teman perempuannya akan ke telaga pada pagi hari. Sementara, ia dan para kaum lelaki yang lain akan kesana pada sore harinya. Entah siapa yang membuat peraturan. Vive hanya mengikuti kata-kata ayah dan ibunya saja.

Pemandangan telaga yang indah. Tak pernah membuat Vive bosan untuk mengaguminya. Telaga oval berwarna hijau kebiru-biruan itu dikelilingi dengan pohon persik dan ceri. Setiap kali berganti musim, maka berganti pulalah warna daunnya. Vive paling suka saat sedang musim gugur. Karena, daunnya akan berubah kecokelatan dan Vive suka warna cokelatnya. Dan jika pohon disana sedang berbuah. Maka, Vive bersama dengan teman-temannya sering memetiki buahnya yang manis. Tak jarang Vive membawa pulang buahnya untuk dibuatkan manisan oleh ibunya.

Vive mengalihkan kepalanya ke sebelah kiri. Ayahnya memanggil dan sekarang ia sudah berada di pinggir telaga. Cepat-cepat Vive berlari menghampiri ayahnya. Ia lalu membuka pakaiannya dan melangkah kebibir telaga. Airnya yang dingin terasa sejuk dikulit Vive. Vive kemudian menarik napas dalam-dalam dan ya, ia sudah siap belajar berenang.

Ayahnya yang sudah masuk telaga lebih dulu langsung memeragakan berapa gerakan saat berenang. Vive kemudian menirunya. Ayahnya kemudian juga mengajarkannya cara mengambil napas, gerakan kaki dan beberapa gerakan lainnya. Vive juga belajar menahan napas didalam air. Rasanya tak terlalu sulit, Vive yakin ia akan langsung bisa berenang hari itu juga.

Setelah dirasa siap, Vive diminta ayahnya untuk memeragakannya didalam air. Vive pun melangkah lebih dalam ke arah telaga. Sekarang airnya sebatas pinggang Vive. Vive mempraktekan gerak tadi dalam posisi berjongkok. Ayahnya memerhatikan dari samping.

Tak berapa lama ayahnya menyuruh Vive berdiri dan menggenggam kedua tangannya. Ayah Vive lalu memintanya melakukan gerakan kaki yang tadi diajarkannya. Sungguh sulit, Vive kesulitan untuk meluruskan tubuhnya. Berkali-kali Vive mencoba namun ia tetap gagal. Sungguh, Vive tak menyangka bahwa belajar berenang akan sesulit ini. Vive akhirnya berpikir, mungkin ia harus berlatih lebih lama sebelum pandai berenang.

echoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang