"Hai guys, gue Adriell Cetta. Panggil Adriell"
Membuat gadis dipojok kelas, menghela napas kasar, menatap laki-laki bernama Adriell dingin.Steffy Pov
Aku tau, dia pasti menemukanku. Dia, dia yang kucintai serta kubenci."Hai guys, gue Adriell Cetta. Panggil Adriell"ujarnya lalu melihat seluruh kelas.
Pandangannya bertemu denganku. Aku hanya menatapnya dingin dan malas.
Beberapa dari mereka mengajukan pertanyaan. Satu yang membuat aku penasaran apa jawabannya."Udah punya pacar belom?"
"Udah, tapi, ga tau deh dia masih nganggep gue atau enggak." ujarnya sambil tetap menatapku.
Aku membalasnya dengan pandangan remeh."Serius? Putusin aja, terus jadian ama aku. Ngapain yang gituan di perjuangin." Celetuk Dea. Yang minta dipanggil dede gemes itu loh. Aku hanya tersenyum miring.
'Berasa penjahat gue. Noh, cowok yang lagi lo kagumin itu penjahatnya. Gue korban, goblok.'
Aku mengangkat tangan sembari berkata,
"Boleh tau, apa alasan lo pindah kesini?"
Dia tersenyum, manis sekali. Senyum yang dulu selalu membuatku luluh. Tapi maaf, itu tak berlaku lagi sekarang.
"Aku kesini, untuk membuatnya menganggapku sebagai pacarnya." Hanya itu. Hanya untuk membuatku menganggapnya. Harusnya aku tau itu.
"Dan membuatnya menyadari bahwa aku mencintainya melebihi diriku sendiri." lanjutnya sambil menatapku dalam.
Teman-temanku menatap kami bergantian, bingung karena 3 hal. Tatapanku yang dingin, tatapannya yang lembut, dan penggunaan 'aku' dalam kalimatnya saat berbicara padaku.
Bu Hety menginterupsi kami.
"Adriell, duduk di bangku yang kosong, sebelah Steffanie ada bangku kosong, duduk disana aja." Ujar bu Hety."Oke, bu. Thanks ya." Jawabnya yang di angguki bu Hety.
Dia berjalan kearahku, lalu duduk disebelahku. Sebelumnya aku sangat senang duduk sendirian. Sekarang, aku merutuki diriku yang kemarin menolak teman-temanku yang ingin duduk disebelahku.
Dia tersenyum padaku lalu mendekat dan berbisik,
"I miss you." Lirihnya. Terdengar kepedihan disana. Tapi aku tak peduli.
Jahat? Itu tak sebanding dengan apa yang ia lakukan. Aku tersenyum miring. Aku tidak menghiraukannya.[]
Author Pov
Bel pulang sekolah berbunyi. Steffy merapikan buku-bukunya dan memasukkannya kedalam tas toscanya, bersiap untuk pulang. Ia beranjak dari kursinya dan berjalan keluar kelas.Sebuah tangan menahan pergelangan tangannya. Tangan yang dulu selalu menghangatkanya. Murid yang masih berada dikelas melihat mereka dengan tatapan bingung.
"Ikut aku ya?" Ajak Adriell lembut.Steffy mengangkat sebelah alisnya dan melepaskan tangannya dari genggaman Adriell. Ia pergi tanpa mengatakan apapun. Tentu saja, Adriell mengejarnya dan terus mengikutinya. Lalu menahan tangan gadis itu, lagi.
"Lepasin!" Ucapnya dingin.
"Please, let me explain it to you." Pinta Adriell lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Wrong?
Teen FictionSometimes, we don't have to give someone something twice. Sometimes, we don't have to struggle for someone. Sometimes, we don't have to sacrifice for someone. But, Am i wrong if i do it all?