Dipojok kantin, tampak Adriell dan teman-temannya sedang mengobrol ria.
"Gue bingung, dia sama sekali gak mau dengerin gue, cuma sebentar gue diem, dia langsung pergi tanpa dengerin alasan gue. Gue capek." Keluh Adriell.
"Ya lo harus ngertiin dia lah yel, gua mah pasti gitu juga kalo jadi dia. Mana ada yang bisa langsung maafin dan terima aja apapun alasannya."ujar Arka santai.
"Jangan nyerah ya yel, dia masih butuh lo." Ujar Vally.
"I'll do my best."ujar Adriell.
"Eh, ada Adriell. Aku gabung boleh?"tanya seorang gadis yang tak lain adalah Dea.
"Gak. Kita lagi ngobrol private. Jadi lo pergi aja." Ujar Bianca tajam.
"Udahlah ca, biarin aja."ujar Lucy.
"Iya, gak usah dibahas lagi."ucap Adriell lesu.
"Emang lagi pada ngobrolin apa? Seru gak? Ajakin aku kali."seru Dea sok akrab.
"Idih, lo sok kenal amat sih, gak tau malu apa."ujar Vally sewot.
"Biasa aja kali." Ujar Dea tak kalah sewot.
"Udahlah, gak penting banget sih rusuhannya. Bermutu dikit kali Vel." Lerai Azka.
Vally mencebikkan bibirnya, memandang Dea tak suka.
"Eh, itu Steffy, guys." Seru Bianca.
Sontak mereka semua menoleh ke arah pandang gadis itu. Steffy memasuki kantin bersama seorang laki-laki. Mereka terlihat sedang mengobrol, lalu tertawa--mungkin akibat lelucon dari laki-laki itu.
Adriell menatap Steffy sedih. Pandangan keduanya bertemu. Steffy langsung mengalihkannya.
"Steffy!"panggil Vally."Sini, gabung ama kita."ajak Bianca.
Steffy bergerak mendekat tanpa melirik Adriell. Sebelumnya, ia berbicara kecil kepada laki-laki tadi, dan mengangguk pelan.
"Kenapa?"tanya Steffy santai. Adriell terus memerhatikannya.
"Pake nanya lagi, sini duduk." Vally langsung menarik Steffy duduk di sebelahnya yang berhadapan langsung dengan Adriell.
"Kebetulan kita belum pesen makan. Lo mau apa?"tanya Arka.
"Samain aja."ucap Steffy singkat.
"Samain sama siapa? Semuanya pesen beda-beda nih."tanya Arka lagi.
"Ck, banyak tanya amat sih lo. Kek biasa ajalah. Biasanya kan sama kek Adriell."ucap Vally yang kemudian menutup mulutnya karena baru saja tersadar.
"Ehmm, so...sorry, guys. Gue gak maksud apa-apa kok."lanjutnya sambil merutuki dirinya sendiri.
"Santai aja kali vel, biasa aja."
Tanpa mereka sadari, Dea menatap mereka bingung.
"Kalian udah kenal banget ya? Sampe biasanya makanannya sama?"tanya Dea penasaran.
"Gak usah banyak tanya." Ucap Lucy yang daritadi diam.
Dea hanya mendengus kesal. Adriell terus menatap Steffy. Steffy tetap dengan tatapan dinginnya. Pembawaannya memang santai, tapi matanya dingin dan tajam.
"Fy, ikut aku bentar, ya?"tanya Adriell lembut ke Steffy.
"Apaan sih?"tanya Steffy tak suka.
"Apanya yang apaan?"tanya Adriell lagi. Steffy langsung menarik Adriell menjauh dari sana.
"Gak usah sok polos deh, gue tau, lo ngomong gitu didepan banyak orang supaya gue mau, kan?" ucap Steffy tajam.
Adriell hanya menghela napas.
"Iya, kamu gak bakal mau kalo gak gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Wrong?
Teen FictionSometimes, we don't have to give someone something twice. Sometimes, we don't have to struggle for someone. Sometimes, we don't have to sacrifice for someone. But, Am i wrong if i do it all?