Kindness World: 2

19.1K 1K 5
                                    

Hari pertama aku memasuki sekolah ini. Tidak ada bedanya dari sekolah sekolah menengah yang pernah kumasuki. Namun yang ini lebih disiplin. Jika telat, sekolah tidak memberikan toleransi. Itu artinya kembali ke rumah. Setahuku begitu.

“Selamat datang, Ms. Forman.”        

Aku hanya tersenyum pada guru yang akan mengantarku ke kelasku. Gedung sekolahnya sepi karena pelajaran pertama sudah dimulai. Hanya terdengar riuh rendah dari setiap kelas. Aku melewati loker-loker murid-murid ini. Dan guru perempuan ini sudah memberikanku loker bernomor 1144.

“Ini kelas Pengetahuan Sosialmu.”

Guru ini mengetuk pintunya. Hal seperti ini sudah sering kulakukan, jadi menurutku biasa. Aku bisa mengatasi rasa gugup sebagai murid baru.

Wanita yang mengantarku berceloteh singkat bersama guru yang sedang mengajar. Guru lelaki itu tersenyum dan mengangguk, seraya menjeda tangannya yang sedang menulis-nulis di papan tulis.

Aku memasuki ruangan, dan semua mata tertuju padaku. Dengan san-tainya aku langsung duduk di tempat yang kosong. Tepatnya di barisan kedua, dibelakang gadis berkulit hitam.

“Ms. Hayley Forman. Selamat datang di sekolah barumu.”Aku hanya tersenyum lagi. Tidak perlu basa-basi untuk itu, karena aku di sini hanya untuk menjalankan sebuah keharusan. Sekolah.

“Namaku, Andy West. Kau bisa panggil apa saja.”

“Mr. Andy-si-membosankan.”Aku mendengar gumaman salah satu murid dari belakang. Lalu diikuti oleh tertawa rendah oleh teman-temannya yang lain. Namun tertawa itu segera berhenti setelah aku melihat Mr. West menatap kebelakangku dengan mata yang melotot.

“Nah, sekarang. Buka buku kalian.”

Ya, mungkin akan menjadi hari yang panjang.

 ***

Aku hendak menuju tolilet. Tidak sulit untuk mencari toilet di sekolah ini, karena letaknya yang berada di pojok gedung di setiap lantai. Saat ini, bel sudah berbunyi kembali. Para murid sibuk memasuki ruangan kelas.

Aku memasuki salah satu bilik toilet. Tidak beberapa lama kemudian, aku kembali keluar. Dan dikejutkan oleh seorang gadis yang kulihat saat kemarin aku mendaftar di sini.

“Oh tidak.”Segera ia menghentikan aksinya yang tidak masuk akal sekaligus baru bagiku. Pertama kali yang kulihat saat aku keluar adalah, seluruh toilet ini dipenuhi tumbuh-tumbuhan dan rumput-rumput. Tidak lupa dengan bunga-bunganya. Tapi semua itu hilang seketika, saat aku mulai keluar dari bilik toilet ini.

Gadis itu menunduk berusaha menutupi wajahnya dengan cara bercuci tangan di westafel yang tadinya di isi oleh bunga-bungan indah warna-warni.

“Wow,” ucapku.

Samar-samar aku bisa melihat dia tersenyum malu. “Kupikir toilet ini kosong.”

“Tadi itu apa?” Aku mengabaikan ucapannya yang sebelumnya.

Perlahan-lahan ia mengangkat kepalanya, lalu menatapku. Senyumannya mengembang. Senyuman ceria seperti anak kecil yang telah memenangkan juara lomba.

“Bukan apa-apa.”

“Ayolah, sepertinya aku juga bisa melakukan hal semacam itu.”

Tatapannya bingung menatapku. Tanpa memerhatikan itu, aku mengangkat tangan kananku ke arah tempat sampah di sudut ruangan.  Kemudian aku menembakan sihirku kesana. Tempat sampah itu terbang dan membuat suara rusuh.

“Hebat! Kau juga penyihir!” Aku hanya tersenyum menatapnya yang girang melihat tindakanku tadi.

“Hayley, Penyihir Putih.” Gadis ini menjabat tanganku kembali tanpa melenyapkan senyuman yang tertempel di wajahnya.

Kindness WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang