Suasana pagi hari di ruang 304 tidak seperti biasanya. Karena seseorang yang bernama Desyca Taniadi tiba-tiba menjadi dingin. Semua yang ada diruangan itu merasakan aura gelap yang ada di sekitar Desyca, termasuk Dirga yang paling benci terhadapnya.
"Kamu kenapa dek?" Tanya bejo sambil berdesis pelan. "Sakit?"
"Aku gapapa mas." Jawab Desyca ketus.
Bejo sedikit kaget mengenai jawaban Desyca. Seorang Desyca yang biasanya periang berubah menjadi orang yang dingin. Entah kenapa Dirga yang tadinya cuek menjadi sedikit penasaran. Kenapa tuh bocah? Batinnya.
.
.
.
"Yanjie, lebih baik kita istirahat dulu, karena ini sudah masuk jam makan siang dan sholat." Kata Pak Zam yang memecahkan suasana serius di ruangan itu.
"Ah, baik Pak. Oh iya kalian lebih baik makan dulu dibawah." Jawab Li Yanjie, atau yang biasa ke 5 siswa itu panggil Laoshi.
"Baik Laoshi." Jawab mereka kompak.
Setelah Pak Zam dan Li Yanjie turun, yang disusul Arjuna Wira Atmaja dan Dirga Mahesa Wijaya, Reihan Rizaski yang penasaran akan kelakuan Desyca berusaha bertanya.
"Des, kamu gapapa kan?" Tanya Reihan.
"Gak, gw gapapa. Lu turun aja sana, makan. Gw lagi gak nafsu." Jawab Desyca ketus.
Bejo dan Reihan yang mendengarnya tersontak kaget. Sudah jelas, Desyca tidak pernah berbicara 'Lo' 'Gw' terhadap mereka semua. Baru kali ini Desyca berbicara seperti itu.
"Yakin gak mau ikut dek?" Tanya Bejo untuk meyakinkan Desyca.
"Gk." Jawabnya pelan tetapi dengan nada tegas.
"Yowes, mas sama Reihan turun dulu. Nanti kalau lapar kamu nyusul aja ya."
*tidak ada respon*
Lalu Bejo dan Reihan meninggalkan ruang 304. Saat dirasa sudah sepi, Desyca yang bersikap dingin tiba-tiba menangis tersedu-sedu.
"Ma, maafkan Desyca semuanya. Desyca terpaksa." Desyca bermonolog dengan terisak-isak.
.
.
.
Sementara itu dibawah. Li Yanjie, Zam Ghufron, Bennedict Elliot Johannson, Arjuna Wira Atmaja, Dirga Mahesa Wijaya, dan Reihan Rizaski menuju ke meja makan mereka. Mereka semua masih memikirkan 1 masalah yang sama, yaitu tentang Desyca.
"Mas Bejo. Sebenarnya Desyca itu kenapa sih?" Tanya Dirga yang membuat semuanya tersontak kaget. Tidak biasanya Dirga peduli dengan Desyca.
"Tumben kamu dek nanyain tentang Desyca. Mas juga sebenarnya gak tau ya, tadi aja Desyca bicara sama Reihan dengan gaya bicara 'Lu' 'Gw'."
"Serius?" Tanya yang lain kompak.
"Serius, bahkan saat mas tanyain mau ikut ke bawah gak, dia menjawab katanya lagi gak nafsu."
"Hmm... kayaknya memang Desyca lagi ada masalah. Nanti coba Laoshi tanyakan ke Desyca." Jawab Yanjie dengan sedikit penasaran.
"Mas Juna mau bantu gk?" Tanya Reihan kepada seniornya itu.
"Gak, gw gk tertarik." Jawabnya tanpa memalingkan pandangan dari Gadgetnya.
"Maaf Laoshi, Desyca telat." Suara Desyca yang tiba-tiba mengagetkan semua yang ada di meja makan.
"Oh, gapapa. Duduk sana, makan dulu." Jawab Yanjie.
Lalu Desyca seketika duduk diantara Bejo dan Reihan. Kelakuan Desyca bahkan membuat Dirga menjadi penasaran, bukan, sangat penasaran. Dirga ingin menanyakannya pada Desyca sendiri, tetapi dia terlalu gengsi. Lalu dia coba memberanikan diri untuk sedikit menyindir Desyca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold
FanfictionDesyca Taniadi yang biasanya paling ramai berubah menjadi Desyca yang dingin. Ada apakah dengannya saat ini?