Part Satu

406 32 7
                                    

Main Casts : Kim Myungsoo [Infinite] & Park Jiyeon [T-Ara]
Support Casts : Kim Jiwon [Actres), Park Chanyeol [EXO], Jung Soojung [f(x)], Jeong Eunji [Apink], etc.
Genre : Sad, Romance, Friendship.
Author : RinHyomi
Backsound : Beethoven's Sonata No. 9 "Kruetzer"

Happy Reading!!!

--------

Saat satu-satunya hal yang paling kau cintai dalam kehidupanmu menghilang,

Sanggupkah kau melanjutkan hidup?

.

Hari itu, 4 tahun yang lalu seorang pianis termuda berhasil menggemparkan penonton dan para juri Kompetisi Pianist Kumho Hall dengan peristiwa yang tidak terduga. Kim Myungsoo yang saat itu berumur 6 tahun, seorang legenda Councor termuda, memiliki bakat yang luar biasa dengan tingkat akurasi permainan yang tinggi dalam mengusai partitur musik, menyatakan berhenti untuk memainkan piano. Tidak ada yang tahu apa sebabnya, mereka hanya mengetahui instruktur sekaligus ibu dari pianis tersebut baru saja meninggal.

Tapi sebenarnya bukan itu. Entah mengapa melody yang baru saja dia mainkan mendadak menghilang begitu saja. Seperti bermain dalam air, suara permainannya tenggelam dalam dasar lautan bersamaan dengan munculnya bayang-bayang ibunya dengan senyuman yang mengerikan.

Kehilangan. Satu kata yang membuat kehidupan pianis itu, sebut saja Kim Myungsoo menjadi monoton. Tidak ada warna disana hanya hitam dan putih, layaknya tuts-tuts piano. Kehidupannya hanya berkutat dalam lingkaran setan tiada henti. Walau ia memutuskan berhenti bermain piano, faktanya dia tidak benar-benar bisa melepaskan diri dari piano.

Awalnya ia mempunyai masa kanak-kanak yang menyenangkan. Kim Jiwon dan Park Chanyeol adalah sosok sahabat yang telah banyak menyumbangkan warna dalam sketsa kehidupannya. Bermain bersama, tertawa bersama dan menangis bersama. Semua hal itu sangat menyenangkan. Namun kehidupan kanak-kanaknya mulai berubah tepat saat ibunya jatuh sakit. Obsesi menjadikan anak satu-satunya menjadi pianis terkenal membuatnya tega melakukan apa saja terhadap Myungsoo. Sekalipun ia harus memukul betisnya, menjewer telinganya, memarahinya habis-habisan sampai melarang Myungsoo tidur demi menghapalkan kumpulan partitur musik agar bisa dimainkan Myungsoo dengan tempo dan akurasi yang tepat. Kesempurnaan, itulah yang ditanamkan ibu Myungsoo pada seorang Myungsoo sejak kecil.

Berkat didikan itulah Kim Myungsoo berhasil menjuarai satu persatu kompetisi piano yang di ikutinya. Ia pun mulai terkenal dengan gaya permainannya yang akurat dengan tempo yang nyaris sempurna. Para juri sampai takjub mengingat di usia yang masih belia Myungsoo sudah bisa meraih pencapaian yang bahkan sangat sulit untuk didapatkan oleh pianis sebayanya.

Namun ternyata masih ada saja pihak yang tidak menyukainya, berbagai rumor yang beredar bahkan menyebutkan bahwa ia adalah robot, boneka ibunya dan berbagai julukan yang sungguh sangat tidak enak didengar. Myungsoo bukannya tidak menyadari itu, ia tahu orang-orang menyebutnya seperti apa. Tapi ia tidak peduli. Demi ibunya, ia tidak menghiraukan hal bodoh itu.

Ibu ...

Ibu ...

Ibu ...

Hanya itu hal yang terpenting dalam hidupnya. Dan ketika ibunya meninggal dunia, semuanya bagai ikut meninggalkan Myungsoo.

....

Kim Jiwon, siswa kelas dua Seira Highschool. Bintang lapangan bisball itu tengah menyeka keringat yang sejak tadi bercucuran dari keningnya. Ia dan timnya sedang latihan dilapangan bisball yang berdampingan dengan lapangan sepak bola. Sudah empat kali dia mencoba memukul bola tapi pukulannya belum berhasil membuat bolanya melambung jauh. Sekali lagi, ia memberikan aba-aba pada pelempar bola, Jung Soojung. Kali ini Jiwon yakin akan berhasil, Soojung mengambil ancang-ancang dan mulai mengayunkan tangannya, mengarahkan bola pada Jiwon yang sudah siap. Sepersekian deti bola terlepas dari tangan Soojung. Melambung kearah Jiwon dan tepat saat bola itu sampai dihadapan Jiwon, tongkatnya sudah berhasil memukul keras bola itu.

Pianist First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang