Ini juga bisa di bilang part 7 kalo mau. Baca ya. Aku juga nggak tahu kenapa judulnya Special Review. Pokoknya,yah... baca lah !
Rasa lelah telah menyelimuti tubuhku. Tugas praktik hari ini benar melelahkan. Rasanya setiba di rumah aku ingin langsung tidur saja. Jang Rae Na, istriku dia pasti sudah menungguku di kamar.
Kubuka pintu kamar kami, kulihat dia berdiri di depan jendela dan menyambutku dengan ramah. Tanpa, menjawab aku langsung meletakkan tas dan pergi mandi. Jujur, aku bukan bermaksud acuh padanya. Aku hanya sangat lelah.
Selesai mandi dia menawariku makan tapi aku menolak dan memilih langsung tidur. Kami saling membelakangi.
Ada alasan kenapa aku belum mendaftarkan pernikahan dan belum berbulan madu. Aku hanya berencana memberikan hadiah ulang tahun padanya. Jujur saja selama ini aku sedikitpun belum pernah memberikan apapun padanya. Bahkan sekedar ciuman selama kami menikah.
Aku merasakan getaran. Ini membuatku merasa bersalah. Dia menangis ? Benar, seperti biasa dia menyumpal mulutnya dengan pergelangan tangan, aku tahu itu. Kudekap dia dari belakang. Aku paling tidak bisa membiarkan dia menangis.
"Apa kau menangis ?" Aku tanya padanya. Dia tidak menjawab dan berbalik memelukku erat sambil menyebut namaku.
Setelah berpamitan pada ibuku kami berangkat. Aku memang selalu jalan lebih dulu. Kenapa ? Karena dia selalu berjalan lambat. Tapi, betapa terkejutnya aku. Beraninya dia bicara seperti itu. "Rae Na, kau memang bodoh terpikat pada pria seperti itu".
Hei ! memang aku seperti apa ? Seperti ular berdarah dingin begitu ? Terkadang dia benar-benar membuatku kesal. Tapi, aku juga rindu sikap kekanak-kanakannya.
Aku berpisah dengannya untuk ke kelas masing-masing. Ah Soon, gadis yang satu kelas denganku tiba-tiba menghampiriku. Aku dengannya memang sangat akrab tapi, bukan berarti aku suka padanya. Meski dia bisa membuatku tertawa. Sempat aku meliriknya dari tempatku berdiri, wajahnya terlihat kacau. Jujur aku takut dia cemburu padaku.
Aku dan Ah Soon masuk ke kantin dan Rae Na bersama dua temannya sudah ada di sana. Kami sempat menyapa mereka. Tidak, aku tidak menyapanya tapi Ah Soon yang menyapa mereka. Kenapa aku diam ? Aku hanya bingung harus bagaimana. Seperti Baek Seung Jo dia bisa melakukan 99% hal di dunia ini tapi, tidak bisa melakukan 1% yang bisa di lakukan Oh Ha Ni, begitu pun kami. Lagi pula dia tampak kecewa padaku. Jujur, menemani Ah Soon ke toko buku,aku tidak enak hati pada istriku tapi, bagaimana lagi ini termasuk bagian dari tugasku yang harus selesai.
Pukul 8 malam aku sampai di rumah dan istriku sudah tidur. Ku dekati dia. "Maafkan aku, sayang ! Selalu membuatmu terluka". Dengan lembut ku kecup keningnya. Ini memang bukan kebiasaanku tapi, entah kenapa aku ingin melakukannya. Dia sedikit menggeliat untunglah tidak terbangun.
Perbedaan jurusan ini membuat kami harus terpisah setiap pagi. "Yoongi !" Dia memanggilku dan mengajakku makan siang bersama. Sayang, aku tidak tahu apa bisa atau tidak karena aku harus jadi pengganti dosen yang tidak bisa hadir hari ini. "Akan ku usahakan" Jawabku. Sungguh, aku tidak ingin mengatakan ini tapi...
Belum ada 2 langkah aku beranjak, pria bernama Min Woo itu sudah menawari Rae Na makan. Parahnya dia menerima ajakan itu. Sial ! Tahu dia akan mengajaknya tadi aku terima tawarannya.
Ku kirim pesan pada Rae Na bahwa aku tidak bisa makan dengannya. Ada perasaan kesal mengetahui dia makan dengan pria itu. Apa ini cemburu ? Jadi lebih baik aku tetap di ruang praktik bersama Ah Soon.
Rae Na mungkin akan keruang ini mengantar makanan karena dia sudah tanya lewat pesan. Terserah saja aku masih kesal padanya.
Hei,Ah Soon apa yang dia lakukan ? Kenapa dia semakin mendekat padaku. Bagaimana kalau Rae Na melihat ?
Awalnya kami bercanda biasa tapi kenapa jadi begini ?
"Yoongi, Tidak bisakah kau bercerai dengan istrimu ? Lalu menikahlah denganku ?"
Apa ? Apa yang dia bicarakan ? Aku sangat kaget mendengar pertanyaannya. "Bukankah kau menyukaiku ? Kau selalu tertawa denganku. Kau, tertawa karena aku" dia semakin dekat denganku seolah kami mau berciuman. "Yoongi, katakan kau menyukaiku !" dia seolah mengemis padaku.
Brakkk ! Sebuah suara muncul tiba-tiba. Kami sama-sama terkejut. Sontak menoleh dan pintu ruangan telah terbuka lebar. Mungkinkah Rae Na melihat kejadian ini ? Rae Na, aku kembali membuatmu kecewa. Aku yakin pasti dia menangis. Segera aku berlari keluar tapi, sudah tidak ada siapapun. Hanya ada sebuah gantungan tas yang tergeletak di lantai. Benar, pasti dia melihat semuanya. Dia pasti salah paham. Ku pungut gantungan itu. Dengan perasaan kalut aku kembali kedalam dan mengambil tas lalu kembali beranjak.
"Yoongi ! Kau belum menjawab pertanyaanku" Ucap Ah Soon yang membuatku berhasil menghentikan langkah. "Aku tidak akan pernah melakukan itu. Jadi, jangan membahas hal itu karena itu bisa membuatku semakin mencintainya" Ya, jawabanku memang cukup ambigu tapi, aku harap dia mengerti.
Rae Na, terduduk di kasur dengan wajah sangat muram. Ini semua karena aku. Sungguh aku sangat rindu sikap cerianya. Dia yang selalu bersemangat dan kekanak-kanakannya yang selalu merengek padaku.
Dia memanggilku saat aku menuju kamar mandi dan mendekat padaku. Dia menatapku sangat, sangat dalam. Tanpa ku duga sebuah keputusan tak terduga muncul dari mulutnya. Cerai ?! Dia minta cerai ? Seketika mataku membulat. Hatiku sangat kacau. Rasanya seperti tersayat pisau tajam hingga berdarah-darah. Jujur, aku belum pernah merasakan hal seperti ini. ini sangat aneh.
Melepasnya ? Tentu itu tidak semudah yang ku ucapkan. "Lakukan jika kau mampu" Itu hanya karena aku sangat bingung harus bagaimana. Sebelumnya, aku belum pernah mendapat kesulitan semacam ini dalam hal apapun.
Semalaman aku tidak bisa tidur. Entah menapa aku sangat takut. Takut kalau-kalau saat aku bangun dia sudah tidak di sampingku. Jadi, meski terpejam aku tidak tidur. Bahkan, aku dengar gumamannya di telingaku. Kata-katanya membuatku semakin tertusuk. Ini lebih menyeramkan di banding film horor. Kulirik dia yang sibuk menata barang-barang tanpa sepengetahuannya.
Dia mendekat lagi padaku. Wajahnya tepat di depan wajahku, aku tahu itu karena aku hanya pura-pura tidur. Dia kembali mengucapkan kalimat-kalimat yang membuat sesak dadaku.
Dia keluar kamar, perlahan aku bangun mengikutinya, mendengarkan setiap ucapannya. Aku tahu sedari tadi dia menangis.
Tinggal beberapa langkah dia akan keluar dari rumah ini. Yoongi, apa kau yakin akan membiarkannya. Otakku benar-benar dibuat bingung dengan ini.
"Jangan pergi" Seketika aku mendekapnya dan berhasil menghentikan langkahnya.
Baiklah ini bukanlah Min Yoongi yang biasanya. Sebuah ciuman ku daratkan di bibirnya. Sungguh, lebih dari apapun aku sangat mencintainya. Hanya saja aku tidak tahu cara menunjukkannya. Dan mulai detik ini aku akan mencobanya.
Dia mulai merengek lagi padaku dan ini membuatku lega. Inilah yang membuatku sering merindukannya. Meski aku baru menyadari bahwa seperti inilah rindu beberapa waktu lalu.
Kami keluar dari kantor catatan sipil. Dia menggandeng tanganku. Kini aku tidak menolak. Ini akan lebih baik di banding harus kehilangannya. Sosok cerianya telah kembali dan aku akan membuatnya seperti ini setiap hari. Rae Na, maafkan aku. Sungguh aku sangat menyayangimu. Kejadian ini akan sangat berarti. Jadi, hadiah ulang tahunnya di buka lebih awal dari seharusnya. Tidak masalah, aku sangat lega. Jang Rae Na, dia telah resmi menjadi istriku.
My Love Just for you, My kiss just for you. Love You, Kiss You.
-END-
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me,Kiss Me (END)
Fanfic"Aku tidak ingin kau pergi meninggalkanku,tetaplah disini bersamaku.Maafkan aku,aku mencintaimu" "Mungkinkah ini awal kebahagian pernikahan kami ?"