Seusai memesan dua buah mie ramen instan yang mereka buat sendiri, dengan hanya menambahkan air panas yang memang telah disediakan di dalam supermarket itu.
Midam bersama dengan Nara kembali berjalan ke depan, tepat di depan supermarket itu pula telah disiapkan kursi beserta meja untuk pengunjung yang ingin duduk setelah membeli makanan maupun minuman di dalam supermarket tersebut.
Nara pun segera mencoba mie ramen instan pedas rasa keju yang telah ia buat bersama dengan Midam. Lalu berbeda dengan Nara yang telah mulai memakan mienya, Midam justru sibuk merogoh tasnya dan mengeluarkan dua buah buku beserta bolpoin lalu kemudian melancarkan gerakan tangannya dengan menorehkan tinta itu ke dalam lembaran bukunya.
Sebenarnya Nara tidak punya niatan untuk menggangu kesibukan Midam, tapi, melihat Midam yang mengabaikan makanannya membuat Nara tidak bisa tinggal diam, apalagi saat memikirkan bahwa Midam mungkin belum makan apapun sampai sekarang.
"Kak Midam?" ucap Nara dengan suara yang pelan sehingga membuat Midam tidak akan merasa terganggu. "Kakak belum makan juga,'kan?"
"Hmm," gumam Midam singkat.
"Kak Midam, gak mau aku suapin?"
Midam diam tidak menjawab pertanyaan Nara, dan tetap sibuk memperhatikan halaman buku pelajarannya dan menuliskannya ulang dalam sebuah lembar buku kosongnya.
"Aku suapin, ya?"
"Gak usah, Nara. Kamu lanjut makan aja, aku bisa makan nanti setelah tugasku selesai."
"Mau sampai kapan? Kak Midam gak mungkin menyelesaikan tugas itu dengan cepat."
"Ya, pasti akan kumakan."
"Kak ... jangan kayak gini, kalau kakak yang sakit nanti, coba pikirin siapa nanti yang khawatir? Pasti keluarga kakak, dan aku juga pasti khawatir banget, dan kalau kakak sakit, tugas kakak semakin terbengkalai. Jadi, kakak harus makan sekarang, ya?"
Midam tampak tersenyum mendengar ucapan kekasihnya itu, sungguh membuatnya tersentuh.
"Baiklah, aku akan makan sekarang. Kamu bantu suapin aku, ya?"
Nara langsung menggangukkan kepalanya, bergegas memindahkan kursinya mendekati kursi Midam dan membawa serta mie miliknya.
"Kakak mau coba mie punyaku atau punya kakak aja?"
"Keduanya juga boleh," usul Midam yang langsung ditanggapi senyuman oleh Nara.
Sebelum Nara bersiap untuk menyuapi Midam, Nara mencoba mendinginkan mienya dengan meniupnya pelan, dan kemudian memberi menyuapkan mie itu dengan sumpit beserta wadah mie yang dipegang di dekat mulut Midam.
"Aaaa ... ayo buka mulutnya, Kak." tutur Nara dengan penuh semangat.
Sedangkan fokus mata Midam masih tetap mengarah ke bukunya, akan tetapi, mulutnya perlahan terbuka sesuai dengan perintah yang Nara berikan.
Entah kenapa saat Nara mencoba memberikan suapan makanan pada Midam, membuat Nara berpikir bahwa ia sedang memberi makan adeknya sendiri, dibanding memberi makan kekasihnya yang sedang malas makan.
Walaupun kepribadian mereka sedikit bertolak belakang, tak dapat membuat Nara berhenti mencintai dan menyayangi Midam dengan sepenuh hatinya.
Tak heran apapun akan Nara lakukan demi membuat Midam senang ketika bersama dengannya.
Berulang kali Nara mencoba menyuapi Midam, berulang kali juga Nara melihat bentuk permukaan bibir Midam dalam jarang yang cukup dekat.
Sampai sekelabat pikiran aneh langsung datang menghampiri benak Nara, membuatnya terlihat tersipu dan merasa salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reach the Star
FanfictionAda kalanya hidup perlu dipertanyakan tujuannya, karena satu hal kecil yang telah terjadi di kehidupan sebelumnya. Dapat mengubah satu kenyataan yang besar di masa depan. 🌙 G1STAR Project