Terlampau sibuk

179 23 3
                                    

Pada bulan-bulan di akhir masa kuliah biasanya diadakan sebuah acara akhir dari segala kegiatan ekstrakulikuler di kampus. Di mana pada bulan ini, banyak dilakukan kegiatan yang telah dibuat oleh para anggota untuk para pemegang jabatan dari segala organisasi mahasiswa di masing-masingnya.

Mereka akan melakukan sebuah kegiatan akhir untuk mengakhiri salah satu tugasnya dan akan menyerahkan jabatan yang telah dipegang oleh senior sebelumnya, kepada junior yang telah dipilih untuk melanjutkan tugas kepimimpinannya.

Setiap tahun akan selalu diadakan acara semacam perpisahan dan penyambutan untuk semua anggota yang terpilih, karena setiap tahun juga akan banyak dari para senior yang akan melakukan wisuda setelah menyelesaikan tugas akhir kuliahnya, jadi bagi mereka yang telah memiliki jabatan sebelumnya.

Para senior pun akan diminta meletakkan jabatannya beberapa bulan sebelumnya, hingga pada akhirnya mereka akan memberikan jabatan itu kepada anggota yang memenangkan pemilihan dan diresmikan dalam sebuah acara seperti yang diadakan malam ini.

Mengenai banyaknya senior yang akan melepaskan tugasnya itu, bisa diambil contohnya ialah senior bernama Lee Midam. Dia adalah seorang mahasiswa yang bertugas sekretaris dari Badan Eksekutif Mahasiswa pada bagian Fakultas Seni dari universitas Seoul Nasional University.

Namun, entah mengapa tampaknya malam ini seorang gadis bernama Nara, sama sekali tidak dapat menemukan keberadaan dari Senior Lee Midam.

Nara bahkan telah mendengus berkali-kali setiap kali ia melihat senior-senior yang telah datang. Akan tetapi tetap saja tidak dapat menemukan wajah dari seorang yang bernama Lee Midam itu.

Sejam telah berlalu, kini Nara merasa sudah tidak dapat berkata baik tentang apapun mengenai seniornya itu, karena ia sudah sangat kecewa dan bahkan frustasi, jika Midam akan benar-benar dipastikan tidak akan datang untuk menghadiri kegiatan akhir ini.

"Mengapa Midam tidak mengabariku apa-apa hari ini, apakah dia tidak menggangap acara ini penting untuknya atau bahkan dia juga mulai mengangapku tidak penting," ucap Nara dengan wajah yang terlihat pasrah.

Setelah memikirkan dengan matang, rasanya tidak enak jika Nara terus-menerus berdiam diri di tempat ini apalagi dalam suasana yang tidak baik untuk perasaannya. Maka saat itu juga, Nara memutuskan untuk keluar dari ruangan dengan ijin dari beberapa orang.

Walaupun sebenarnya mereka tidak diperbolehkan untuk keluar atau bahkan pulang, sebab kegiatan ini memang sengaja dilakukan pada malam hari. Mereka juga telah diberitahukan bahwa kegiatan ini akan dilakukan semalaman, jadi semua anggota akan disarankan untuk menginap semalam di wisma kampus.

Akan tetapi, dengan melihat raut wajah Nara yang saat ini benar-benar dalam kondisi yang tidak baik. Ditambah lagi sejak Nara memilih untuk diam tak berkutik setelah meminta ijin untuk keluar dari ruangan, para anggota diam-diam menyaksikan aura kegelapan seperti sebuah badai yang sedang terpancar dari wajah Nara.

Telah berhasil membuat siapapun yang melihatnya akan merasa segan untuk menolak permintaan dari Nara.

Sehingga setelah Nara berhasil berjalan keluar dari ruangan, Nara langsung bergegas menuju ke halaman depan kampus. Di sana terdapat banyak penjual makanan terkhususnya ada supermarket yang menjual berbagai macam ramen.

Nara akan pergi ke sana untuk menenangkan dirinya, sekaligus mengisi perutnya yang telah lama kosong sebab seharian harus berada di kampus malahan sebelum acara ini di mulai.

Namun begitu Nara mencoba berjalan ke depan untuk menyebrang saat itu dirinya bertemu dengan seseorang cowok yang menyambutnya dengan pertanyaan.

"Kamu mau pergi ke mana?"

Saat melihat Midam tiba-tiba saja berada di depannya lengkap dengan almamater kampus yang masih melekat di tubuhnya, Nara mulai menelan ludahnya kasar. Seharusnya sebelum Nara sibuk mencari Midam hari ini, Nara sebaiknya mengingat dulu kata-kata yang sempat diucapkan Midam seminggu yang lalu.

"Aku mungkin akan sibuk dalam beberapa minggu ke depan, karena harus menyusun beberapa prosedur tugas akhir kuliahku yang sedikit terlambat dikumpulkan minggu kemarin."

"Mengapa kakak sampai telat mengumpul tugas akhir itu?"

"Ada banyak hal yang harus kuurus, berhubungan dengan BEM dan karena aku terkadang harus pulang larut malam, itu sebabnya aku sedikit terlambat mengerjakannya meskipun aku telah berusaha semaksimal mungkin."

"Ya, aku mengerti kak. Yaudah kak Midam semangat ngerjain tugasnya, ya, aku sayang kakak. Love you 10.000 dibagi 2 sama aku."

Begitulah perbincanan yang tiba-tiba terlintas di benak Nara saat seminggu yang lalu bertemu dengan Midam.

"Kamu mau pergi ke mana, malam-malam begini." ucap Midam sembari memegang tangan Nara agar ia tak bisa pergi begitu saja meninggalkan Midam, sebelum Nara memberikan penjelasan kepada Midam.

"A-aku mau pergi ke supermarket depan."

"Memangnya kamu belum makan?"

"B-belum."

"Kamu juga belum makan sampai seharian?"

Nara menggangukkan kepalanya pelan.

"Kenapa kamu gak makan bahkan sampai seharian, bukannya kamu seharusnya sadar, kalau kamu itu punya penyakit lambung jadi gak boleh sampai telat makan apalagi menunda makan kayak gini!"

Mendengar Midam yang berbicara sampai sepanjang ini, bahkan hanya untuk tujuan memarahinya. Membuat Nara merasa seolah Midam yang biasa dikenal sebagai sosok yang pendiam, kini seperti mempunyai sosok tambahan yang sangat berbeda sedang muncul di antara kepribadian yang sering Midam tunjukkan di hadapan Nara waktu itu.

"Kok kak Midam jadi kayak gini sih sikapnya, ini beda loh dengan kakak Midam yang aku kenal? Di mana Senior Midam yang pendiam serta pengertian sama aku," ucap Nara kesal dengan raut wajah bertanya-tanya kepada Midam.
 "Maksudnya?"

"Ya udahlah, aku gak tahu lagi mau ngomong apa ke kak Midam. Lebih baik aku pergi aja, karena aku ngerasa seseorang yang tengah berdiri tepat di depanku sekarang, sepertinya bukahlah seorang senior yang bernama Lee Midam," tutur Nara memandangi Midam sekilas, yang tiba-tiba membuang wajahnya ketika Midam mencoba ikut memandanginya. "Seseorang yang waktu itu sangat aku cintai," lanjut Nara kemudian berjalan pergi melewati Midam.

Gadis bernama Lee Nara itu merasa sudah sangat kecewa dengan sikap Lee Midam pada hari ini, bahkan senior yang telah hampir dua tahun lebih menjadi kekasihnya itu langsung saja diabaikan oleh Nara, tanpa ada pengecualian bagi Nara untuk bisa menyelesaikan lebih dulu pembicaraan yang sedang mereka lakukan sebelumnya.

Namun tiba-tiba saja Midam berteriak pada Nara yang berjalan di depannya. "Yasudah. Kalau kamu memang marah karena sikap aku yang mulai bersikap berlebihan seperti ini, tapi kamu harus tahu di saat waktuku tengah dipenuhi oleh berbagai kesibukan, aku merasa tetap harus mengkhawatirkan keadaan kamu."

Nara mendadak menghentikan langkahnya, sebaliknya Midam yang kini melangkah mendekati Nara lagi.

"Karena aku juga sama, aku cinta sama kamu, Lee Nara."

Selanjutnya Midam mencoba meraih tangan Nara lalu menggengamnya erat.

"Yaudah supaya kamu gak marah lagi, sekarang kamu laparkan? Ayo, aku temenin makan di depan supermarket itu."

Midam menunjuk ke arah supermarket di depannya sembari tersenyum, sembari dengan itu Nara pun membalasnya dengan ikut tersenyum sambil memandangi wajah Midam.

🌏

Aku mengetahuimu sebagai bumiku, rumahku tempatku. Terkadang saat aku senang bermimpi, ketika kamu ditakdirkan menjadi bumi, maka kuingin mencoba menjadi bulan, yang selalu berada di dekatmu dan menemanimu.

Reach the StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang