Chapter 3

2.6K 126 0
                                    

*Jeni’s POV*

Sudah seminggu aku menjadi kekasih Zayn. Zayn sangat mencintaiku rupanya. Ia sangat perhatian, selalu berusaha melindungiku. Tapi ini masih seminggu, aku hanya berharap hubungan kami tetap begini sampai selamanya. Ia mencintaiku sampai selamanya.

Karena aku juga akan mencintai dirinya sampai selamanya.

Menjadi kekasih seorang Zayn Malik rupanya menjadi salah satu hal terberat dalam hidupku. You know why? Jelas saja, Zayn adalah murid popular di sekolah, murid perempuan seantero sekolah sudah pasti menyukai dirinya. Dan Zayn berpacaran denganku, si murid biasa yang hanya bergaul dengan lima murid perempuan yang juga biasa saja. Bagaimana bisa aku tidak menjadi bahan bully-an mereka?

Di hari pertama mereka melihatku bermesraan dengan Zayn, tatapan mereka sudah seperti singa kelaparan yang siap menerkamku. Ini baru hari ketujuh dan aku sudah diteror habis-habisan oleh tidak tau siapa, bagaimana selanjutnya?

Untungnya Zayn selalu berada disisiku. Setiap mengetahui ada yang mem-bully atau menerorku, dia selalu melindungi dan menenangkanku. Hal ini yang membuatku tetap bertahan dan semakin mencintainya. Tidak lupa juga dengan MyMenyes dan TheBoys yang selalu mendukung hubungan kami. Thanks God, because I have them.

“Kau baik-baik saja?” tanya Zayn membuyarkan pikiranku.

Aku hanya menggeleng. Yup! Hari ini aku mendapatkan terror lagi. Tadi pagi saat membuka lokerku, aku menemukan sepotong kertas bertulis ‘Broke up with Zayn, u bitch! Atau kau akan rasakan akibatnya!’ Kalimatnya cukup membuat pikiranku tidak tenang. Walaupun ini sudah kesekian kalinya, tapi kata-katanya saja yang berbeda, tetap saja ini membuatku tidak tenang.

“Why?” tanyanya sembari duduk di sampingku. Aku hanya menunjukkan potongan kertas itu. Ia membacanya sebentar lalu tersenyum kecil.

“Aku tau mereka keterlaluan. But you have to trust me. I’ll always protect you and I love you!” tegasnya sambil merangkul punggungku dan mengelus lenganku. Membuatku merasa tenang.

Aku menatapnya lalu mengangguk dan tersenyum, “I love u too.” bisikku ditelinganya.

Ia tersenyum. “Ok. Now, let’s go to the cafeteria. I’m starving. Dan pasti yang lain sudah menunggu.” ajak Zayn dengan nada agak berlebihan.

Aku tau dia melakukannya hanya untuk membuatku senang dan melupakan hal-hal itu. “Let’s go!!” balasku menyunggingkan senyum lebar.

-

“Hey you two! The love birds.” sambut Louis dengan girang. Girang sekali.

“Hi.” balasku sembari menaruh tray persegi panjang berisi makananku di atas meja kemudian mendudukan diri di kursi. Zayn hanya menaikkan kedua alisnya sebagai balasan dan duduk di sampingku.

“Semakin mesra saja kalian.” kata Jaq dengan tatapan dan senyum menggodanya yang membuatku jengkel. Aku hanya memutar bola mataku.

“Kau juga semakin mesra dengan Harry.” ucap Zayn dengan senyum jahilnya, sukses membuat Jaq tersedak oleh makanannya dan langsung meneguk minumannya. Aku tersenyum menahan tawa. Rasakan itu, Jaq!

“Kau tau saja.” Harry memamerkan cengirannya lalu merangkul Jaq yang duduk disampingnya.

“Lepaskan!” kata Jaq menepis tangan Harry yang merangkulnya, wajahnya terlihat kesal.

Harry yang kaget hanya bisa melepaskan rangkulannya, lalu menundukkan wajah, berpura-pura sedih untuk mendapat perhatian Jaq, tapi sepertinya ia tidak berhasil.

“Louis, Jaq is mad at me.” kata Harry seperti anak kecil yang mengaduh pada orangtuanya.

“Dasar pengaduh.” Jaq memutar matanya dan tetap mengunyah burgernya.

Is This True Love? // Zayn Malik {in editing}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang