Mau Lari Kemana Lagi?

38 5 0
                                    

Tetapi mendadak saja Eric muncul didepannya ! Citra terpekik. Secepat kilat dia balik badan. Tapi sial, ternyata Revan sudah menunggu, berdiri cuma tiga meter dibelakangnya. Cowok itu sudah mengira Citra pasti akan berusaha meloloskan diri lagi. Dan dengan jarak yang cuman sebegitu dekat, meskipun Citra sudah setengah mati mengerem kakinya, tapi karena start-nya benar-benar powerful, tanpa ampun Revan tertabrak telak. Dengan gampang cowok itu langsung meringkus sang buronan.

"Kenapa sih? Ada apa?" tanya orang-orang yang datang berkerumun. Otak Revan berputar cepat sebelum keduluan oleh cewek ini. Sesaat kemudian dijawabnya pertanyaan itu sambil tersenyum.

"Nggak ada apa-apa. Cuman urusan keluarga. Adik saya ini punya sedikit kelainan mental, tadi dia kabur waktu di mal." dielusnya puncak kepala Citra, yang sesaat sempat ternganga. "Tadinya adik kami ini kami ajak jalan-jalan ke mal, tapi tiba-tiba dia marah-marah. Makanya dia sampai kabur-kabur begini dan harus dikejar."

"Ohhh.." seketika orang-orang yang berkerumun itu tertawa geli. Seorang bapak dengan sok tahunya lalu memberikan nasihat, "Sebaiknya, jangan sampai dibiarkan lari-larian sendiri begitu. Bahaya."

Seorang ibu ikut nimbrung juga "Nak, pulang ya. Dirumah lebih enak daripada disini.".

Akhirnya semua orang yang berkerumun itu ikut mendukung dan membujukCitra yang kelihatan shock berat. Revan dan Eric mati-matian menahan tawa melihat Citra mendapatkan setumpuk bujukan seolah-olah dirinya memang gila. Walaupun dia sudah menjelaskan kalau dirinya tidak gila dan kedua cowok itu bohong tapi tidak ada yang percaya.

Akhirnya seorang ibu dengan penuh sikap keibuan, mengambil tangan Citra dan menariknya kearah Revan. "Ayo pulang sama kakaknya." Eric memalingkan muka ke arah samping, memaksa tawa yang di tahan nya agar cepat hilang.

"Terima kasih bu." ucap Revan dengan nada santun. Di terima nya tangan Citra yang disodorkan kepadanya. Ibu itu seketika kesemsem. "Liat? Kakak baik kan?" katanya ke Citra yang cemberut berat. Kemudian agar semakin mendapatkan simpati dari para penonton Revam bicara dengan nada yang sangat lembut.

"Ayo pulang dek. Kakak cuma pengen ngeliat kamu kayak dulu lagi, ketawa kayak dulu lagi, sekolah kayak dulu lagi. Makanya kakak ajak kamu jalan-jalan. Maafin kakak ya kalau buat kamu jadi gak nyaman."

Eric tertawa keras dalam hati mendengar kalimat itu. Tapi orang-orang di sekitarnya yang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi , kontan menganggap Revan adalah cowok baik yang sudah jarang ditemui di abad ini.

Revam kemudian merangkul Citra dengan penuh kasih sayang, para penonton yang berkerumun menyaksikan adegan yang di mata mereka sangat menyentuh, indah, dan mengharukan. Dengan Eric berjalan di belakang, ketiganya berpasang-pasangan mata dan dengan isyarat menyuruh Citra masuk kedalam mobil. Revan duduk dibelakang menjaga tawanan dan Eric yang menyetir.

Citra langsuny dibawa ke basecamp Maxious untuk diinterogasi!

"Kita mulai dengan nama lo!" kata Eric. Cowok itu duduk persis didepan Citra , yang meringkuk ketakutan di kursi. Sementara Revan dengan santai duduk di sofa panjang di ruangan itu. Mereka tak perlu takut sang tawanan mencoba kabur lagi. Karena pintu sudah dikunci.

"Boleh minta minum gak? Gue haus banget nih." pinta Citra lirih.

"Minta minum? Jelas boleh dong!" jawab Eric "Mau apa? Air got? Air raksa? Air pancoran?" Revan tertawa melihat tingkah Eric.
Dia bangun sambil membuka kulkas lalu merai botol air mineral dan sebuah gelas kosong dari meja didepannya. Dituangkannya air dingin dalam botol samapai gelas terisi penuh. Diulurkannya gelas itu pada Citra.

"Ini minum deh. Capek ya. Tadi lari-larian? Makanya, siapa suruh kabur." Takut-takut Citra menerima gelas yang disodorkan Revan.

"Boleh nggak nih gue minum?" tanya nya pada Eric yang sepertinya tidak ikhlas walaupun cuma air putih.

MISUNDERSTANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang