Pagi Ini pemuda ini hanya termenung, menunggu sang umi memanggilnya untuk sarapan. tak berapa lama, seseorang mengetuk pintu kamarnya, dengan lembut memanggilnya "Zakky, ayo sarapan" suara wanita berumur 53 tahun memanggilnya. "Iya, umi.. Zakky segera turun". Lalu ia bangkit dari tempat ia duduk seraya mengambil tas laptop dan beberapa kitab dan berjalan menuju ruang makan lantai satu rumahnya. "Assalamu'alaykum, umi, abi, kak Nayla, dan bang ustadz Muda, hehe" sapanya ramah kepada seluruh anggota keluarga yang ada dirumahnya. "Wa'alaykumussalam" sahut semua serentak. "Eh, kamu, Ky. Sudahlah jangan panggil saya begitu" kakak laki-lakinya menyanggah. "Hehe.. gimana Bang, sudah siap mengajar hari ini??" Zakky mulai membuka percakapan pagi ini. "InsyaAllah, Ky, hari pertama mengajar di madrasah tsanawiyah Noor Aini. Doakan abang semoga sukses ya, tanpa ada hambatan yang berarti", "Itu pasti, Bang. Yang pasti abang harus ingat, ngajar itu jangan gugup, dan jangan kaku, entar ngantuk semua murid-murid nya abang. Dan yang harus abang mesti minta restu umi, abi, dan kak Nayla" beritahu Zakky. "Aku pasti kasih restu, kok buat kembaran aku yang ganteng dan mukanya gak mirip aku ini, hehe" kak Nayla dengan sedikit candaan renyah nya.
***
pukul 12:39 siang, tepat zuhur. Zakky masih dikampus, walau sebenarnya jadwal ngampus sudah selesai sejak jam 12 tadi, namun ia lebih suka menghabiskan waktunya di masjid kampus, untuk membaca Al-Qur'an, dan sekedar ber istirahat. Siang ini di masjid kampus, hanya ada dia, dan kedua temannya, serta pengurus masjid, entah dimana yang lain. "Muzakky, ayo azan!" Pinta pengurus masjid. "Oh, iya, Mang". Zakky segera berdiri untuk mengumandangkan azan menyeru umat islam untuk segera menunaikan sholat zuhur. "Allahu akbar, Allahu akbar....". Dari speaker masjid, suara Zakky membelah keramaian kota Banjarmasin disekitar masjid, menghentikan langkah beberapa umat manusia, salah satunya adalah 3 akhwat muda yang memang ingin ke masjid. "MasyaAllah.. merdu betul suara mu'adzin itu" tegur Nia. "Suara yang sama seperti biasanya, pasti itu Bilal" tambah Nita. "Siapa pemilik suara ini? Merdu sekali, aku tak pernah melihat orangnya" Mayya ikut menambah. "Kalau pingin tahu, yuk kemasjid sekarang" Anita menyeru sahabat-sahabatnya. Merekapun segera masuk ke masjid dan melaksanakan sholat zuhur berjama'ah.
Setelah selesai sholat, merekapun keluar menuju parkiran. setelah hampir sampai di parkiran Mayya baru sadar bahwa jam tangan dan tasbihnya tertinggal di masjid. "Astaghfirullah, jam tangan dan tasbih" benaknya kaget. "Emm.. kalian duluan aja, nanti ana menyusul ke pondok sendiri". Mayya pun bergegas menuju masjid dan ketempat dimana ia sholat tadi, benar ditemuinya jam tangan dan tasbih miliknya disana. Ketika sedang membereskan barangnya, didengarnya dari tempat para laki-laki sholat ada beberapa orang sedang berbincang-bincang. "Subhanallah sekali suara kamu itu, Bilal" amang penjaga dan pengurus masjid memuji Zakky. "Ah, mang Hamzah, bisa saja. Tidak juga ah, banyak diluar sana suara yang jaauuhhh lebih indah dari suara saya, Mang" Zakky merendahkan diri. "Hehe.. ya sudah, mang. Kami pulang dulu, ya. Assalamu'alaykum" Abidin meminta izin. "Iya, silakan, wa'alaykumussalam" mang Hamzah menjawab salam. "Ayo Bilal kampus, kita pulang.. haha" Maulana menepuk pundak sahabatnya seraya mereka terus berjalan menuju parkiran. "Itu dia bilal kampus!" Benak Mayya. Mayya pun bergegas menuju parkiran, ke ingin tahuannya terhadap Bilal itu mempercepat langkahnya untuk menuju parkiran. Ketika di parkiran, ia melihat 3 pemuda yang baru keluar dari masjid, mereka lah yang tadi berbincang dengan mang Hamzah. Ia tak tahu yang mana bilal yang ia cari, namun Mayya mengenali salah satu dari suara mereka, namun ia tak tau yang mana bilal, karna dia melihat hanya dari kejauhan. Pandangan Mayya tak hentinya melihat mereka bertiga, dan pada saat yang sama Mayya memasang Helm sedang pandangannya masih tak beranjak dari mereka, Zakky secara tak sengaja melihat akhwat ini sedang memperhatikan mereka bertiga. Terjadi adu pandang beberapa detik, namun Mayya langsung pergi meninggalkan parkiran menuju gerbang. "Eh, akhwat yang pake motor biru itu merhatiin kita mulu deh dari tadi" Zakky memberitahu. Abidin dan Maulana pun langsung berpaling memandang gadis bermotor biru, namun mereka tak dapat melihat wajahnya karena sudah tertutup helm dan melaju pergi. "Dia gak merhatiin kita, dia cuma merhatiin Zakky" goda Abidin dengan senyum nakal menyungging ke arah kedua sahabatnya serta melirik kode kepada Maulana agar ikut menggoda sahabatnya yang bergelar 'Bilal Kampus' itu. "Iya dong, Din, pasti dia lagi merhatiin Bilal kampus kita, eh bilal kebanggaan kelas B fakultas syar'i, yang ganteng yang lesung pipinya daleeemm" Maulana menambah di iringu tawa renyah Abidin. "Sudahlah! Mau kujurus kalian! Haha.. " Zakky memasang helm dan langsung menyalakan mesin motor. "Eeiitthh haha.. ampun Bilal" Abidin menyusul menyalakan mesin di iringi Maulana yang menaiki motor Abidin. Merekapun pulang kerumah masing-masing.
***"Hemm.. ya Allah, kok aku jadi penasaran banget gini, sih? Ada apa dengan ku, Robb?? Aku tak pernah sepenasaran ini dengan ikhwan manapun" Mayya bicara sendiri di kamar asramanya. "Astaghfirullah al adziim.. ya Allah" Mayya mencoba menepis fikirannya tentang bilal kampus lalu pergi tidur menuju alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Untuk Bilal
SpiritualMy first story on Wattpad. Bertema islamic love story. Izinkan aku untuk menemani Bilal itu, ikhwan bergelar Bilal Kampus itu. Aku ingin menjadi bidadarinya, di dunia dan di surga. inilah cintaku, hai sang Bidadari