Cemburu

542 19 1
                                    

"Sesak rasanya hati ini, ingin jatuh air mata ini"
sambil memegang buku sejarah islam di Eropa dan duduk disebuah kursi baca diperpustakaan kampus. Mayya kelihatan sedih dan gelisah. Pandangannya kosong menatap cover buku tersebut. Pikirannya terus kepada ini dan itu tentang Cinta. Galau. Yups. Itulah perasaan yang sedang mengganggu nya. Ditengah kegalauannya tiba-tiba seseorang memberi salam padanya. "Assalamu'alaykum, ukhtiy Sumayya Fadhillah".
Dengan nada datar dan tanpa melihat siapa yang memberi salam Mayya menjawab salam dari lelaki tersebut. "Wa'alaykumussalam". Lalu ia berpaling melihat siapa. "Deg!" Jantung Mayya marathon lagi. seperti hendak copot dari tempatnya.
"Hai! Muzakky Ahmad" Mayya mencoba menetralkan detak jantungnya.
"Boleh ana duduk disana" Zakky meminta izin seraya menunjuk kursi yang ada didepan meja yang sama dengan Mayya.
"Ooh, silakan, Ky" Mayya seperti tidak bernafas. Apa-apa an Zakky membuatnya seperti ini.
"Suka sejarah Islam di Eropa?" Zakky bertanya dan mencoba membuka percakapan dengan akhwat yang ada dimimpi nya beberapa waktu lalu ini.
"enggak juga, sebenernya baru mau baca. Hehe" ya Allah kenapa jantung Mayya?.
"Ooh. kirain kamu udah baca" Zakky mencoba menghilangkan kecanggungan di antara mereka. "Emm, May.." panggil Zakky sedikit gugup.
"Iya" Mayya menyahut santai, ah berbeda sekali dengan jantungnya yang mau copot sekarang ini.
"emm. Maaf yah kalo gak sopan. itu, siapa sih yang tadi di taman sama kamu?" Zakky bertanya agak ragu, kalau-kalau pertanyaan itu kurang sopan atau bahkan tidak sopan. Dan sebenarnya tidak sopah sih, tapi mau bagaimana, Zakky harus mengetahui siapa lelaki yang bersama Mayya tadi, karena Zakky memang sudah mantap akan menyatakan perasaannya pada Mayya dengan hendak meng Khitbah nya nanti. Katakanlah ia lelaki yang berkomitmen dan tidak main-main.
"Deg!" Jantung Mayya yang sudah mulai normal kembali marathon lagi dengan kencangnya. Seakan ini adalah sebuah pertanda atas pertanyaan pada diri sendiri yang tak mampu terjawab oleh hatinya sendiri.
Ah, dugaannya sepertinya benar.
"Apa Zakky cemburu?? Aah tidak tidak Mayya. Jangan ge er, jangan jangan!" Mayya berdebat dengan pikirannya sendiri.
Dengan nada gugup Mayya mulai membuka suaranya untuk menjawab.

"Ooh, yang tadi? Itu sahabat kecil ku. Rizky namanya. Kenapa?" Mayya meng akhiri kalimatnya dengan pertanyaan 'kenapa?' Dan itu mampu membuat Zakky gelagapan menjawabnya. Aah tertangkap basah memberi kode. "Enggak, May. Cuma nanya aja kok. kalian sahabatan? Wah ada yah cowok sama cewek itu sahabatan? Kata temen ku nih yah. nggak ada cowok sama cewek cuma sebatas sahabat. Yaah. " Zakky mengendikkan bahunya. Seakan paham maksud Zakky. Mayya menjawab dengan "loh. Iya emang kita cuma sahabatan doang, gak lebih. Dia tuh sahabat kecilku. Mana mungkin ada sesuatu yang lebih dari kami". Ada rasa damai dan bahagia di hati Zakky setelah mendengar jawaban pasti Mayya. Lega lah kini ia. Tebukalah jalannya lebar-lebar untuk memperjuangkan gadis yang ada di hatinya kini. Entah sejak kapan Zakky menaruh harapan kepada gadis yang ada di depannya kini.
Dddrrrttt... dddrrttt...
Li ujaa riihim qoldat tudzoohiroo maa fiihim
Fabadautu sakh shoon aakhaar
Kay aa ta faa khar
Waa dzonan tu anna
Anni bi dzaa lika huztughina
Fawajad tu anni khasir
Fa tilka maa zhoohir

Getar sekaligus lagu keluar dari ponsel milik Zakky pertanda bahwa ada panggilan masuk dari ponselnya.
"Emm, bentar ya, May. Aku jawab telpon dulu". Zakky pun menjauh beberapa meter dari Mayya untuk menjawab telpon.
"Assalamu'alaykum, iya bang"
".........."
"Ada apa?"
"..........."
"Yasudah, ini Zakky mau berangkat"
".........."
"Iya abangku sayang"
"........."
"Haha, iya. Wa'alaykumussalam"

Zakky pun menutup sambungan dan kembali kepada gadis bermata cokelat itu tadi.
"Emm, May. Aku harus pergi, ada urusan nih. Aku tinggal gak apa-apa kan ya". Izin Zakky
"Iya, Zak. Hati-hati ya"
"Iya, Assalamu'alaykum"
"Wa'alaykumussalam".
Zakky pun meninggalkan perpustakaan.
Mayya hanya bisa memandang punggung lelaki itu yang semakin lama hilang ditelan pintu.

***

Setelah sampai di Cafe tempat yang dijanjikan kakaknya Muhammad Ridho Rahman, Bang Edho ia biasa dipanggil dan Zakky untuk bertemu, Zakky pun langsung memasuki cafe tersebut. Menebar pandang mencari sosok kakaknya. dan dilihatnya sang abang sedang menunggunya di dekat jendela cafe sambil menyeruput minuman dingin.
"Assalamu'alaykum, akhiy". Zakky segera menyalimi abangnya.
"Wa'alaykumussalam, Zakky". Jawab lelaki yang memiliki lesung pipi dalam di pipi kanannya ini.
"Ada apa, Bang ingin bertemu dengan ku di luar seperti ini? Dan kok ada yang aneh ya dari abang? Lagi bahagia? senyumnya gak luntur-luntur dari tadi?". Zakky tak sabar ingin tahu apa yang ingin dibicarakan abangnya ini.
"Ya Allah, Zakky nanya nya satu-satu kali". Zakky hanya nyengir kuda setelah mendapat ucapan seperti itu dari abangnya.
"Gini, Zak. Abang cuma pingin curhat. Haha. enggak lah. Cuma mau ngajak kamu makan bareng, Zak. Dan yaa Curhat dikit sih. Hehe. Mau ngasih tau aja. Kalo abang lulus ujian CPNS". Edho dengan senyum tak luntur-lunturnya.
"Alhamdulillah, Bang. Wah. Bakal jadi pegawai negeri nih. Jadi pegawai negeri yang jujur ya, bang. Oh iya. Kapan dilantiknya nih?"
"InSyaAllah, bulan depan, Zak".
"Alhamdulillah kalo gitu, bang"
"Iya, dan satu lagi, nih"
"Apa an, bang?"
"setelah dilantik menjadi PNS, abang bakal menikahi akhwat yang abang ceritakan waktu itu, Zak. Ingat gak?". Senyum Edho mengembang lebar dari bibir nya.
"Hah? Serius, Bang? Masya Allah. gadis berjilbab lebar Yang abang ketemu di Gambut waktu abang pelatihan setahun lalu itu kan?". Zakky terkejut sekaligus kagum akan Rencana Allah yang luar biasa Indah. Padahal pertemuan itu hanya sekali, itupun tak senghaja. Tanpa disadarinya, ia memikirkan Mayya. berharap kisah Cintanya dengan Mayya seindah kisah sang Abang. Bagaimana ia tak menaruh harap jika ia sadar dan peka bahwa Mayya pun membalas kode-kodenya.
"Iya, Zak. Abang senang banget. Alhamdulillah. rasanya bahagia sekali. Allah mendengarkan doa abang. Ternyata kesempatan itu datang"
"Allah selalu mendengarkan doa Hamba-hamba-Nya, bang. Namun doa itu bisa langsung dikabulkan, di pending, atau diganti dengan yang lebih baik"
"Benar kamu, Zak".
"Cerita kali, Bang. Gimana caranya tuh bisa mau nikah sama dia?"
"Gini, Zak. Abi minta abang untuk segera melaksanakan Sunnah Rasulullah, yaitu menikah. Lalu abang memberi tahu Abi, bahwa abang tidak mempunyai gadis yang dekat dengan abang apalagi pacar. Lalu abi memberitahu bahwa salah satu teman abi memiliki putri, beliau tinggalnya di Gambut. Abang sih setuju-setuju saja. Lalu abang mulai berpikir realistis. Abang mulai berhenti menaruh harap pada gadis berjilbab lebar dari gambut itu. Lalu setelah si gadis yang dijodohkan dengan abang itu pun menyetujui perjodohan ini. Akhirnya abang diberi fotonya. Dan ternyata foto itu adalah foto gadis yang abang sukai. Gadis berjilbab lebar dari gambut itu. Masya Allah abang senang sekali"
Edho bercerita panjang lebar. Zakky menyimak dengan seksama dan ikut bahagia atas kebahagiaan kakak laki-lakinya ini.

Bidadari Untuk BilalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang