Part 2 : The first meeting

27 1 0
                                    


Ethan POV

Ethan mendrible bolanya asal-asalan. Pikirannya kembali pada kejadian tadi pagi saat dia di tunjuk sebagai ketua kelas yang baru. Siapa sih yang mau disuruh-suruh mengatur kelas dengan anak-anak yang disuruh diam pun susah. Ethan bukan tipe anak rajin yang selalu mengerjakan tugas atau tipe anak yang suka mencari perhatian guru dengan menjawab pertanyaan yang kadang kala diberikan.

Ah, mollayo. Jalankan saja sesuka hatiku. Mungkin nanti ssaem akan kewalahan sendiri menghadapi tingkahku yang seenaknya.

Blas!

Tembakan Ethan tepat sasaran. Bola itu masuk ke ring basket dengan sempurna. Bahkan membuat jaringnya bergoyang pun tidak.

Ethan kemudian mengambil tas. Dia sudah terlalu lelah hari ini. Pemilihan ketua kelas, kuis mendadak dan kedapatan wali kelas yang kadar ke-ingin-tahuannya jauh dari normal. Ethan menghela napas panjang.

Dengan gontai Ethan pergi meninggalkan lapangan sekolahnya tanpa tahu ada seseorang yang menatapnya kagum dengan mata yang bersinar jenaka.

***

Hana POV

Hana menatap sekolah barunya sambil memandang kagum. Sekolah barunya sangat bagus. Besar dan bersih serta dikelilingi pohon yang rimbun. Sebenarnya dia sudah harus masuk hari ini. Tapi, tadi pagi dia terlambat bangun karena belum bisa menyesuaikan jam tidurnya dengan waktu setempat, alhasil dia akan mulai memasuki sekolah barunya besok.

Hana memasuki sekolahnya lebih dalam. Mencari ruang guru untuk mengambil buku dan jadwal sekolahnya. Sebenarnya dia bisa mengambilnya besok, tapi ia tidak sabar untuk melihat sekolah barunya. Dia terlalu semangat dengan kepindahannya.

Hana menyelidiki semua sudut sekolahnya dan raut mukannya tidak berhenti memandang takjub.

Tanpa sengaja Hana menabrak seseorang. Seorang laki-laki yang dengan ukiran Rei di seragamnya yang sudah berantakan. Mungkinkah murid sekolah ini? Tapi jam sekolah bukannya sudah berakhir sejak beberapa jam yang lalu?

"Kau tidak mau meminta maaf?" tiba-tiba sebuah suara mengagetkan dia. Hana mendongakan kepalanya lalu mengerjapkan matanya, kemudian tersadar.

"Mianhaeyo, aku tidak sengaja. Aku terlalu asik melihat sekeliling jadi tidak sengaja menabrakmu. Mianhaeyo" ucap Hana sambil membungkukan badannya berkali-kali.

Laki-laki itu terkejut. Atau mungkin lebih tepatnya terpana. Lalu senyum dikulum mengembang di bibirnya, "It's ok, jangan panik begitu dan jangan menggunakan bahasa Korea karena Koreaku tidak cukup bagus. Kau ini siapa? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya."

Hana kembali mendongakan kepalanya. Senyumnya ikut mengembang. Sedikit lega orang dihadapannya tidak marah, "Hi, namaku Jung Hana. Aku ini murid baru. Aku hendak mengambil buku dan jadwal pelajaran. Kau tahu dimana ruang gurunya?"

"Hi. Panggil saja aku Rei. Ruang guru ada disana," tunjuk Rei, lalu dengan senyum memudar setelah melihat jam ia pun berkata "Maaf Hana, aku harus pergi. Semoga kau menyukai sekolahnya ya" kemudian dia berbalik meninggalkan Hana.

"Terima kasi Rei, hati-hati dijalan," balas Hana setengah berteriak sambil melambaikan tangannya. Rei kemudian membalikan badannya dan ikut melambaikan tangannya.

Untunglah Hana bertemu orang yang baik. Mungkin dia akan menyukai sekolah barunya. Dia kembali berjalan menuju ruang guru. Setelah berbincang-bincang sebentar dia keluar membawa dua plastik besar berisi buku dan seragam serta jadwal pelajaran.

Duk..duk..dukk

Hana menoleh mendengar sebuah suara. Karena penasaran Hana membelokan badannya mengikuti suara bola itu yang membawanya ke lapangan yang cukup besar dan melihat seseorang mendrible bola basket.

Orang itu membelakanginya. Badannya diterpa sinar matahari sore. Dengan satu gerakan tangan dan sedikit melompat laki-laki itu memasukan bola dengan indahnya.

Hana terpana.

Laki-laki itu.......bola basket........sinar matahari sore yang menerpanya. Sempurna! Rasanya Hana ingin mengambar pemandangan itu di buku sketsanya. Hana terus memandanginya sampai laki-laki itu hilang dari hadapannya.

***

Rei POV

Mungkin ini hari sialnya. Ini baru minggu kedua sejak masuk sekokah di semester dua tapi belum apa-apa dia sudah kena hukuman gara-gara ketahuan tidur di kelas. Ah, padahal hari ini dia sudah merencanakan untuk kencan dengan mahasiswi yang ia temui minggu lalu.

Bruk!

Aish. Dan sekarang ada orang bodoh menabrakku! Kapan sih kesialannya hari ini akan berhenti? Rei mengambil tasnya yang terjatuh di lantai. Lalu berdiri dan melihat orang yang sudah menabraknya. Bukankah seharusnya dia meminta maaf? Apa aku harus menyindirnya dulu?

"Kau tidak mau meminta maaf?," Dengan sedikit jengkel Rei pun menegur gadis di hadapannya. Ketika gadis itu mendongakan kepalanya, Rei baru bisa melihat wajahnya. Mata gadis itu besar dan bulat. Runcing di ujungnya seperti mata kucing.

Ah she's so cute. Bagaimana bisa aku marah kepada gadis semanis ini?

Tiba-tiba ia kaget, gadis itu membungkukan badannya berkali-kali. Hahaha, rasanya ingin tertawa melihat tingkahnya. Mungkinkah dia panik? Takut kalau aku akan memarahinya?

Rei tersenyum melihat gadis dihadapannya "It's ok, jangan panik begitu dan jangan menggunakan bahasa Korea karena Koreaku tidak cukup bagus. Kau ini siapa? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya" ucap Rei mencairkan suasana.

Setelah bertanya sedikit Rei tahu ternyata gadis bernama Jung Hana ini anak baru yang ingin mengambil buku dan jadwal pelajaran. Rasanya bisa saja terus memandangi Hana lama-lama. Tapi tiba-tiba ia ingat. Ia ada janji kencan!

Senyum Rei memudar. Ingin rasanya membatalkan kencannya tapi Noona itu pasti akan terus menerus meneleponnya. Apa boleh buat.

"Maaf Hana, aku harus pergi. Semoga kau menyukai sekolahnya ya" Rei pun mengakhiri percakapan singkat itu lalu berbalik dan pergi menjauh dengan sedikit berlari. Beberapa saat kemudian dia mendengar Hana berteriak mengucapkan terima kasih. Rei berbalik dan membalas lambaian tangan Hana.

Ketika sampai di depan gerbang Rei baru sadar ia lupa menanyakan nomor Handphone gadis itu. Ah, pokoknya besok ia harus mencari tahu. Harus.

***

UntouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang