Part 3

21 0 0
                                    


Author POV

"Hi perkenalkan nama saya Hana, saya dari Indonesia. Nice to meet you guys dan mohon bantuannya" Ucap Hana lantang. dia tidak pernah kesulitan memperkenalkan dirinya. Tapi, bahasa inggrisnya tidak begitu bagus karena jarang digunakan. Dia merasa sedikit aneh tapi yasudahlah. Semoga saja pronouncation yang dia ucapkan terdengar benar dan jelas.

"Ini teman baru kalian, tolong bantuannya ya," tambah Mr. Mason , "nah, Hana ada dua bangku kosong. Silahkan duduk dimana pun kamu mau.

Hana mengedarkan pandangannya. Kemudian tatapannya tertuju pada seorang laki-laki yang duduk di barisan ketiga dari depan. Laki-laki itu menatap keluar jendela sambil memangku dagunya. Matahari pagi menerpanya sehingga bayangannya sedikit kabur. Hana terpesona melihat pemandangan itu.

'Mungkinkah dia laki-laki yang kemarin?' tanya Hana dalam hati. Kalau benar, untuk kedua kalinya laki-laki itu membuatnya terpesona.

"Hana!" satu suara mengagetkannya dari lamunannya. Suara itu rupanya milik.......Rei? Rupanya mereka sekelas. "Duduk disini saja, bangku ini kosong," lanjut Rei

Hana melirik laki-laki yang tadi dan melihat tempat duduk disamping Rei yang letaknya dibarisan keempat, dua meja dari tempat duduk si cowok itu. Sebenarnya di belakang bangku cowok itu kosong. Tapi, kalau dari tempat duduk di samping Rei...

Hana pun berjalan ke arah Rei. Lalu menghempaskan badannya di bangku. Tepat! Dari tempat duduk ini Hana bisa melihat cowok itu dengan leluasa tanpa takut ketahuan.

"Hana, do you remember me?" Rei membuka pembicaraan. Hana mengalihkan pandangannya ke Rei.

"Rei kan? Yang kemarin tak sengaja kutabrak?" balas Hana. Dia kemudian membetulkan letak duduknya dan mulai mengeluarkan binder.

"Ah, masih ingat rupanya. Kukira sudah lupa. Senang bisa sekelas denganmu," Rei memamerkan senyum mautnya.

"Aku juga senang bisa sekelas denganmu. Kukira aku akan kesulitan mendapatkan," Hana pun membalas senyuman Rei. Rei seketika salah tingkah. Kenapa bisa dia yang terlena dengan senyum anak baru itu.

Mr. Mason tiba-tiba berdeham, "Rei pelajaran akan segera dimulai. Jangan mengajak anak baru berbicara terus. Dan Ethaniel, tolong istirahat pertama nanti antarkan Hana mengelilingi sekolah dan beri tahu dia kelas-kelas yang harus dituju ketika pergantian

"Kenapa harus aku sih? Dia bisa mengelilingi sekolah sendiri," sergah anak yang bernama Ethaniel itu. Ah, namanya Ethaniel. Laki-laki yang membuatnya terpesona itu...namanya unik.


Mendengar penolakan itu, Mr Mason menatap Ethaniel tajam,"Kau ini ketua kelas, mengantarkan anak baru mengelilingi sekolah saja masa tidak mau. Apa susahnya sih?"

Hana yang tidak enak melihat suasana itu pun angkat suara, "Mr. Mason, aku bisa sendiri kok."
"Aku bisa mengantar Hana kalau kau mau. Hitung-hitung sebagai tanda penyesalanku karena kemarin tertidur di kelas Matematikamu" Rei ikut meleraikan.

Mr. Mason menghela napas, Muridnya yang bernama Ethaniel itu memang tidak bisa di lawan. Biarpun kelakuannya seenaknya sendiri anak itu sangat pintar. Nilainya selalu mendekati sempurna di setiap mata pelajaran. Anak itu sangat di harapkan untuk menaikan derajat sekolah ini.

Mr. Mason pun mulai membuka buku "Yasudah, mari kita mulai pelajaran hari ini."

***

"Sudah siap mengelilingi sekolah Hana?" ucap Rei sambil berdiri dan merapikan blazer sekolahnya.

Hana mendongakan kepala "Sebenarnya kemarin aku sudah mengelilingi sekolah, jadi kau tidak perlu repot mengantarkan aku lagi"

"Oh begitu rupanya, kalau begitu mau ke kantin bersama?"

UntouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang