Part 5 : Pink Guitar

5 0 0
                                    


Author POV

"Selamat pagi Appa. Tidurnya nyenyak gak?"

"Ah, selamat pagi Hana-ya. Baik, Appa sempat memimpikanmu haha. Kau terlihat baik. Mau jalan-jalan hari ini?"

Hana mengambil setangkup roti tuna lalu melahapnya.

"Mau kemana kita?"

"Mengelilingi Seoul. Disini banyak tempat bagus yang harus kau kunjungi"

"Oke, aku mau kemana saja. Rasanya kalau hanya di aparte hari ini akan terasa sangat membosankan"

"Makanya, cepat habiskan makananmu dan bersiaplah" balas Ayahnya sambil tersenyum. "Ah, ini minum obatmu juga. Ayah tidak mau kau sakit"

Hana hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Mulutnya yang penuh tidak bisa membuatnya bicara. Ayahnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

"Pelan-pelan sajalah. Kau ini seorang yeoja. Mana boleh makan seperti itu"

Hana mengangkat muka dan nyenyir kuda. Lalu cepat-cepat menghabiskan potongan roti terakhirnya.

***

"Ini Dongdaemun, Shopping Areanya Seoul. Kau bisa menemukan apa saja disini. Ada yang ingin kau cari?"

Hana memandangi sekelilingnya. Dia pernah kesini. Tapi dulu saat dia masih kecil. Tampaknya tempat ini sudah sangat berubah. Lebih hidup dan berkembang.

"Hana-ya? Ada yang ingin kau cari tidak?"

Hana mengerjapkan matanya berkali-kali. Sesungguhnya ia ingin mencari gitar. Dia tak sempat membawa gitarnya. Tapi ia tidak enak jika memintanya kepada Ayahnya.

"Ah, aku sedang tidak ingin membeli sesuatu. Tapi aku ingin berkeliling. Sepertinya tempat ini menarik"

Ayahnya mengangguk-angguk, "baiklah, ayo jalan"

Mereka pun memasuki salah satu Mall terdekat dihadapannya. Ternyata memang disini sangat lengkap. Apa saja tersedia. Baju, Barang Elektronik sampai makanan tersedia.

Mata Hana tertuju kepada toko alat musik di pojok sudut Mall itu. Jejeran gitar menarik perhatiannya. Hana suka sekali bermain gitar. Namun dompetnya belum mencukupi untuk membeli sebuah gitar baru.

"Hana kesini sebentar," panggil Ayahnya yang masuk ke sebuah counter handphone.

"Bisa lihat yang ini?" ujar Ayahnya ke seorang sales.

"Tentu saja, ini silahkan dilihat" balas sales itu ramah.

"Hana, bagaimana menurutmu? Ini seperti bagus"

Hana melihat handphone itu. Kalau tak salah itu tipe terbaru. Harganya pasti cukup menguras kantong.

"Bagus, Appa mau beli?" tanyanya.

Ayahnya terlihat menimang-nimang handphone itu. "Ne, untukmu. Handphone Indonesia tidak bisa dipaEthan disini. Dan akan susah menghubungimu kalau kau tidak punya handphone"

Hana mengerjapkan matanya berkali-kali. Itu kebiasaannya jika tidak memahami sesuatu atau kaget.

"Tidak usah repot-repot Appa"

"Aigo, tidak merepotkan sama sekali kok sayang. Kau ini jarang meminta sesuatu. Appa bisa-bisa melupakan tujuan Appa bekerja"

"Tujuan bekerja?" tanyanya tak mengerti.

"Ne, menghidupi dan mencukupi kebutuhanmu. Apa lagi?"

"Appa....." Hana mulai berkaca-kaca dan memeluk Ayahnya. "Gomawo, Appa semua ini sudah lebih dari cukup" katanya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UntouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang