Black Pearl

3.3K 25 0
                                    

Bersyukur.

Mungkin hanya itu yang bisa dilakukan oleh Kesya saat ini. Saat dimana dirinya mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di sekolah bertaraf international, salah satu sekolah yang dikabarkan sangat sulit. Jangankan untuk mendapat beasiswa, untuk masuk kesekolah tersebut saja sangatlah sulit. Tidak sembarangan orang yang dapat bersekolah disana, jika bukan anak yang pintar ataupun anak yang berasal dari keluarga kaya raya, akan sulit untuk mendapat kesempatan bersekolah disana.

Kesya bukanlah berasal dari keluarga miskin, bahkan kesya merupakan perwaris tunggal Prihutomo Group―salah satu perusahan besar yang bergerak dibidang perhotelan dan pusat perbelanjaan― sehingga tidak membutuhkan beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya. Beasiswa tersebut sejujurnya hanya menjadi salah satu bukti bahwa dirinya dapat hidup mandiri tanpa bantuan orang lain. Setelah kepergian ayahnya, mommy-nya lah yang harus bertanggung jawab atas kehidupannya. Mommy-nya sekarang menjadi CEO perusahaan yang telah di rintis oleh keluarganya. Meskipun begitu, Kesya tidak mau menjadi anak manja yang hanya bisa mengandalkan bundanya saja untuk memenuhi segala kebutuhannya. Kesya memang di anugrahi kemampuan akademis yang bisa dibilang diatas rata-rata, dan hal itulah yang sangat di manfaatkan olehnya. Bukan kesya namanya, jika dia hanya berpangku tangan.

"Mom, aku berangkat sekolah dulu ya. Takut telat."  Pamit kesya.

"Iya, sayang. Kamu pergi sama pak karyo aja ya. Mommy takut kamu kenapa kenapa di jalan.” Sahut ibu nya dengan nada khawatir. Kesya bersikeras bahwa selama ia bersekolah di sekolah ini dirinya tak mau diantar ataupun di jemput oleh supir pribadinya. Dirinya ingin mandiri.

"Yah, mom. Kan kesya udah bilang kalau kesya gak mau.  Kesya gak mau orang lain tau kalau orang lain berpikiran bahwa kesya masuk sekolah itu karena mommy. Padahal kesya masuk kesana karena usaha kesya sendiri.” Jawab kesya menjelaskan.

Ibunya hanya bisa diam mencoba mengerti jalan pikiran putri semata wayangnya ini. Putrinya ini memang bukan seperti anak perempuan pada dasarnya. Sifat keras kepalanya ini diturunkan oleh ayahnya, serta kemandiriannya juga. Sebagai seorang ibu, dirinya hanya ingin memberikan segala hal yang terbaik untuk putrinya itu. Namun dirinya tau bahwa putrinya itu bukan anak manja, ia tau betul kesya akan jauh lebih bahagia jika ia mendapatkan apa yang ia mau dari usahanya sendiri. Sebenarnya itu membuat dirinya bangga.

“Yaudah iya. Tapi kamu harus hati hati ya. Banyak kejahatan di luar sana, inget itu!” Balas ibunya  mengalah. Kesya terlalu keras kepala.

“I will. I love you, mom. Bye” kata kesya sambil memeluk ibunya itu sebentar lalu beranjak keluar untuk berangkat sekolah.

***

Untuk pertama kalinya kesya berpergian menggunakan kendaraan umum, biasanya ia akan diantar oleh pak karyo supir pribadinya yang sudah dianggap paman oleh kesya.

Semenjak dirinya diterima di sekolahnya ini, ia bertekat bahwa ia tak ingin ada seorangpun yang mengetahui siapa dirinya. Kesya hanya ingin berteman secara tulus, tidak seperti di sekolah lamanya.  Disekolah lamanya, semua murid berebut untuk berteman dengannya, hanya karena dirinya merupakan keluarga Prihatomo. Kesya tak suka orang orang seperti itu, maka dari itu disekolah barunya ini ia ingin memulai kehidupan remajanya yang baru, tanpa embel embel keluarganya, ataupun kekayaannya, hanya ada dia baik kelebihan ataupun kekurangannya, tidak lebih.

Setelah menunggu sekitar 30 menit, ternyata bis belum muncul juga.

Ini kenapa bis nya gak berhenti di halte sih? Kenapa pada di jalur cepat semua?” protes kesya dalam hati merutuki kebiasaan warga Negara yang tak taat pada peraturan. Mau tak mau kesya harus menyebrang kea rah jalur cepat, karena halte yang ia singgahi tadi terletak di samping jalur lambat.

Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang