Hallo! Malam ini aku kembali membawakan cerita ini aaaaa udah lama banget ya perasaan udah gak update hehehe dikarenakan aku baru selesai uas, makanya aku baru sempet ngetiknya nih. Ini akan dibagi menjadi dua, part 1 dan 2. Mungkin bagian ini memang sedikit, namun aku memang sengaja bikin part 2 nya yang lebih banyak. Oh iya, chapter ini aku kasih liat si Mike hehe
Dan, makasih untuk semua yang komen dan nge vote. Tapi aku agak sedih sih kayaknya cerita ini gak ada yang minat ya? Aku sempet berpikir buat ngapus cerita ini aja, deh *curhat*
*Kesya’s POV
Thanks god is Friday. Aku selalu suka hari jumat, bukan karena esok harinya adalah hari sabtu, melainkan setiap hari jumat ada mata pelajaran kesukaanku, yaitu sejarah. Kebanyakaan orang memang anti sekali belajar pelajaran sejarah, tapi berbeda denganku. Aku suka sekali pelajaran sejarah. Menurutku, mengapa pelajaran sejarah ada karena orang yang hidup jaman ini bisa belajar dari masa lalu, bukan melupakannya melainkan belajar darinya. Kita juga dituntut untuk bekerja lebih ekstra jika melihat kemasalalu, karena pada jaman dulu saja sudah banyak orang orang pintar dan berhasil menemukan sesuatu yang baru dan berguna untuk kehidupan kita saat ini padahal dijaman itu susah sekali untuk mendapatkan informasi, bahkan internet saja belum ada, maka dari itu kita harus meniru semangat mereka untuk melanjutkan perjuangan kita yang sudah sangat beruntung dilengkapi dengan mesin informasi yang canggih.
“Kenapa setiap pelajaran sejarah waktu seakan melambat gini sih?” protes fara sambil berbisik, takut bu meta, guru sejarah tau bahwa ada muridnya yang tengah mengobrol di kelas. “Perasaan daritadi jam dua kok lama banget!” lanjutnya lagi, masih berbisik.
Fara memang paling tidak menyukai pelajaran sejarah, dari seluruh mata pelajaran yang ada dia hanya lemah di mata pelajaran ini. Aku sudah terbiasa mendengar segala jenis protesan yang fara berikan. Pelajaran sejarah memang menjadi pelajaran terakhir menjelang jam pulang sekolah.
“Sabar. Tiga puluh menit lagi selesai.” Hiburku. Fara hanya mengendus kesal, dan kembali sibuk menggambar berbagai macam di halaman belakang buku tulisnya. Itu memang kebiasaan fara jika bosan, maka dia akan menulis ataupun mengambar apapun di kertas halaman belakang buku tulisnya.
Aku kembali sibuk mendengarkan cerita bu meta mengenai revolusi amerika. Ternyata revolusi Amerika berawal dari pertentangan Inggris terhadap koloni-koloninya di benua Amerika. Pemerintah Inggris Sebagai negara induk merasa berhak membebankan pajak yang tinggi terhadap koloni-koloninya, yang mana tentu saja koloni-koloni menolak pajak yg dibebankannya itu. Sehingga dari pertentangan yang diberikan oleh koloni tersebut nenyebabkan terjadinya Perang Kemerdekaan Amerika pada tahun 1775 sampai dengan 1783 dan terbentuknya pemerintahan Amerika Serikat yang merdeka penuh.
“Apa ada pertanyaan anak anak?” pertanyaan bu meta ini disambut dengan gelengan anak anak. “Enggak ada bu!” sorak anak anak sekelas berbarengan, dengan antusiasnya. Jarang jarang kan pelajaran ini keluar 20 menit lebih cepat daripada jadwal yang seharusnya.
“Kalau begitu, buatkan makalah mengenai revolusi amerika beserta presentasinya untuk minggu depan. Kelompok bebas maksimal 5 orang. Pembagian sub bab diberikan melalui ketua kelas besok. Untuk hari ini cukup sekian, dan jangan lupa kerjakan tugas kalian.” Ucapan penutup dari guru sejarah kami ini sontak membuat hampir seluruh anak berteriak kesal. Bu meta langsung meninggalkan ruangan kelas karena pasti sudah malas mendengar keluhan dan segala alasan kami untuk menolak tugas yang diberikan.
“Gila gue lama lama kalau setiap minggu itu guru ngasih tugas mulu.” Curhat mariska, salah satu teman sekelasku. Fara dengan antusiasnya mengangguk, “Iya sama. Dia kira kita cuma ngerjain tugas dari dia doang apa!” balasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Pearl
FanfictionDulu, jauh sebelum hati seorang Kesya Gerraldy terluka, dia pernah mencintai seseorang dengan begitu hebatnya. Semua janji terlanggar, hanya menyisakan perih. Baginya, terkadang orang yang berjanji tak akan pernah menyakiti, adalah dia yang pergi d...