Stuck

29 7 0
                                    

Ariana Grande

Bau alkohol masih tercium tajam di tubuhnya. Matanya masih terpejam. Dia belum sadarkan diri. Ariana mengeluh, seharusnya dia sudah bisa memulai aksinya. Ariana kembali mengeratkan sarung tangan ketat miliknya sambil memperhatikan seorang pemuda yang duduk dengan mata terpejam dan tangan serta kaki yang dililit tali. Nama pemuda itu Justin Bieber. Dari tampangnya, dia bisa di bilang cukup dewasa. Tapi menurut Ariana dia itu tak lebih dari seorang idiot.

"Mmm... Mom, tolong bantu aku bangun." Suara erangan dari mulut Justin. Ariana langsung meletakkan pisau di tangannya. Dia menunggu Justin membuka mata seutuhnya. "Air, aku butuh air."

Akhirnya mata itu terbuka, mata coklat cerah yang tampak sayup menatap langsung pada tubuh mungil di depannya. Justin kaget dan matanya langsung segar ketika melihat Ariana. "Siapa kau?!"

Ariana berkacak pinggang. Menatap Justin bosan. Tebakkannya benar. Semua orang yang menjadi target mereka pastilah hanya orang idiot. "Menurutmu aku siapa, ha?"

Justin menatap Ariana menilai. Sarung tangan ketat berwarna hitam, gaun mini ketat dan sepatu boat yang juga berwana hitam. "Kamu Catwoman?"

Ariana terbelalak. Dia memberlihatkan pisau yang baru saja ingin dia taruh. Justin langsung diam melihat pisau yang diacungkan padanya. Penampilan Ariana memang mungkin terinspirasi dari busana Catwoman. Tapi percayalah, busana ini adalah yang paling efektif melindungi kulitnya dari segala macam kotoran saat bekerja. Contohnya adalah; muntahan. "Memangnya aku terlihat seperti Catwoman?"

Justin menggeleng, "Tidak, kamu tidak pakai topeng. Dimana topengmu? aku ingin melihat kamu pakai topeng. Adikku suka nonton kamu di TV. "

Ariana menatap Justin tak percaya. Justin memang idoit. Atau, apakah dia masih mabuk? "Kau idiot,"

Justin berusaha bergerak dari tempatnya. Dia tersadar. "Tunggu, kenapa aku di ikat?" Dia panik dan terus berusaha melepaskan tali yang melilitnya. Ariana tersenyum puas. "Kau! Kau Catwoman. Tolong aku!"

Ariana kesal mendengar ocehan itu. Mukanya memerah. Sudah cukup, dia bukan Catwoman. Dia bukan pahlawan pembela kebenaran. Dia adalah penjahat. Dia seorang pembalas dendam. "Kau salah, aku bukan Catwoman. Dan berhenti mengatakan itu. Kau sedang aku sandera."

Justin terdiam. Ariana menyeringai.

"Jangan bercanda, aku sedang tidak menandatangi kontrak apapun saat ini."

Ariana melotot dan langsung mengacungkan pisaunya kembali.

. . .

Selena Gomez

Ting ting ting

Akhirnya mata itu terbuka. Selena tersenyum. "Halo, Niall."

Mata itu menampilkan sepasang bola mata bewarna biru cerah. Dan mata itu berhasil menangkap gambaran malaikat cantik di depannya. "Kau siapa? Apa aku sedang bermimpi?"

Selena tersenyum makin lebar. Dia mengitari kursi yang diduduki Niall. Rambut coklat bergelombangnya bergoyang. "Tebak saja sendiri, dan kau sedang tidak bermimpi."

Mata Niall berusaha mengikuti tubuh Selena. Tapi sayang tubuhnya tak bisa membalik. Dan ia baru tersadar kalau ternyata dia di lilit oleh tali. "Tunggu, kenapa aku diikat? Hei, tolong lepaskan ini."

Selena kembali ke depan tubuh Niall. Selena menyeringai. "Berusahalah sendiri, gentleman."

Niall menatapnya bingung. "Kau ini sebenarnya siapa, sih? Jangan - jangan kau yang melakukan ini semua ya!"

Selena hanya tertawa sendiri. Dia memegang perutnya yang terekspos sempurna. Dia hanya memakai crop top putih tanpa jaket. "Owh, owh, jangan memberontak sayang. Okey, aku akan memperkenalkan diri. Aku Selena."

"Aku tak pernah mengenalimu." Niall menyipitkan matanya. Otaknya berusaha mengingat. Tapi nihil. Niall tak mengingat apapun tentang orang bernama Selena.

"Serius? Kau tak tahu aku? Padahal dulu kita satu sekolah." Selena tersenyum saat Niall terlihat makin bingung dengan ucapannya. Niall tentu tidak tahu Selena. Walaupun mereka satu sekolah. Karena Selena sering bolos dan jarang terlihat di sekolah. Dan sebenarnya, Selena juga tidak tahu Niall. Ini hanya bagian dari rencananya. Jadi, tolong jangan diumbar.

Niall menggeleng. "Aku tak mengingatmu."

"Tak apa, aku mengerti. Terlalu banyak teman jadi kau tak menghafal mereka satu-satu."

Niall terdiam mendengar ucapan Selena. Ingatan Niall tak mungkin salah. Dia memang tak pernah melihat Selena seumur hidup. Kecuali saat ini. "Selena, bisa lepaskan aku?"

"Maaf, sayang. Aku tak bisa. Kamu sedang aku sandera." Selena mengucapkan semua itu bagaikan dia baru saja mengaku kalau dia habis kentut. Terlalu enteng. Tapi tidak untuk Niall. Dia langsung melotot.

"APA? SANDERA?!"

. . .

Taylor Allison

"Taylor?"

Taylor menyeringai saat ia masuk ke kamarnya dan mendapatkan Harry sudah bangun.

"Good morning, Harry." Taylor berjalan perlahan mendekati Harry. Dia baru saja selesai mandi dan berdandan secantik mungkin. Dengan dress pastel warna biru dan lipstik merah andalannya. "Apa kau merasa sakit?"

Harry menahan nafasnya ketika tangan Taylor mengelus pipinya pelan. Dia tahu dia dalam bahaya. Dia sudah mengetahui hal ini mungkin akan terjadi. "Hentikan, Taylor! Kau tidak bisa berbuat seperti ini padaku!"

Taylor yang kaget dengan teriakkan Harry langsung bangkit dari duduknya dan berdiri sambil menatap Harry garang. Mukanya memerah. "Dan kenapa dulu kau menyakitiku!"

"Kita sudah membicarakannya, Taylor!" Harry berusaha bangkit dari tidurnya, tapi percuma. Dia diborgol.

"Dan kau yang membuatku seperti ini! Kau. Kau menyakitiku..." suara Taylor bergetar. Harry masih menatapnya garang.

"Aku tak pernah menyakitimu! Kau yang menyakiti dirimu sendiri!" Harry masih berusaha untuk melepaskan dirinya sendiri. Taylor menatap Harry penuh pengkhiatan. Memorinya berputar kembali. Ia mulai mengingat kenagan dirinya dengan Harry semasa SMA dulu. Tak terasa air natanya mulai turun.

"Taylor!" Harry masih berusaha melepaskan dirinya. Tapi dia diborgol. "Taylor!"

Taylor malah menatap Harry dalam diam. Air matanya masih turun. Ia mengingat kembali saat pertama kali ia bertemu Harry. Ia ingat kembali semua perbuatan manis Harry padanya. Mereka makin dekat. Bahkan seringkali tidur bersama.  Sangat dekat, tapi tak pernah pacaran.

Dan itu adalah bermulaan dari petualangan sakit hati Taylor yang berujung patah hati.

"Aku menyayangimu, maka dari itu aku berusaha memperingatimu."

. . .

Lah si Jestin kenapa sih? Wkwkwk
Lah terus gmn dong hubungan Harry sama Taylor yg sebenrnya??
Yeuu panik kan luu
Mending baca chap selanjutnya biar makin pusing wkwkwk

StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang