BAB 2 KEMANA ?

76 3 0
                                    

Mobil terus melaju, banyak hal yang gue pikirin sampe gue mau nangis. Apalagi Ervagan terus fokus nyetir mobilnya. Apa ini penculikan ? Gue rasa bukan. Gue juga mau maunya disuruh masuk mobilnya Ervagan. Sesaat gue ngelirik Ervagan. Dia cukup cakep, dengan wajah mulus dan tatapan yang tajam serta alisnya yg tebel. Bibirnya agak seksi, it's perfect boy. Tapi dia itu gila.

"I'm so lonely broken angel... I'm so lonely listen to my heart.. one and..." belum sempet gue angkat telepon dari Sevireta. Ervagan ngrebut paksa hp gue lalu langsung matiin panggilan itu.

"Okay, jujur gue bosen liat muka loe yang kusut itu. Gue nggak bakal apa apain loe kok selama gue masih sadar. Dan sebaiknya loe tetep tenang ngikutin perintah gue." Kata Ervagan tetap fokus nyetir.

"Terus kalo ortu gue nyariin gue gimana ? Adik gue masih sekolah, gue harus kerja. Gue belum 'say good bye' sama temen temen gue. Kenapa sih loe bawa gue nggak ngomong dulu ? Setidaknya kasih gue waktu buat kabur kek. Atau lapor polisi. Bahkan rumah sakit jiwa." Cerocos gue saking keselnya.

"Gue nggak bakal jawab semuanya. Soal ortu loe, tenang aja. Orang kepercayaan gue bakal ke sana buat ngasih tau kalo anaknya sama gue. Soal uang, nggak perlu khawatir gue jamin adik loe gue yg tanggung biayanya sampai lulus kuliah." Jawab Ervagan santai tanpa rasa bersalah.

"Jadi, loe beli gue dari ortu gue ? Gue nggak mau kaya gini ! Gue mau pulang. " muka gue mulai memerah. Gue mau nangis tapi takut diancem lagi sama Ervagan. Sedangkan Ervagan hanya menghela nafas.

Mobil berhenti di depan pintu gerbang antik. Ketika pintu terbuka mobil masuk ke pelataran rumah yang mewah seperti layaknya istana yang megah. Banyak bunga yang indah serta terawat. Ervagan menghentikan mobil dan nyuruh gue keluar. Dia berjalan dengan santainya, sementara gue kikuk nggak bisa gerak.

"Hey ! Loe mau sampe kapan disitu ?" Teriak Ervagan. Gue langsung jalan cepat nyusul Ervagan. Di depan pintu masuk rumah ada dua orang pelayan yang berdiri. Satu laki laki dan satu perempuan.

"Selamat datang Tuan Ervagan. Silahkan Masuk." Kata kedua pelayan itu. Gue ngikuti Ervagan. Ternyata di dalam rumah semuanya serba mewah dan antik.

"Selamat datang di istanaku. Putri Betrisika Caya. Aku Ervagan Di Aralion menyambutmu." Kata Ervagan. Gue hampir mau muntah dengan kata katanya itu.

"Loe bisa jelasin maksud semua ini tuh apa ?" Tanya gue kesal. Gue juga takut dibunuh di rumah mewah kaya gini. Rasanya nggak enak gitu. Apalagi suasananya serem.

Plokk ! Ervagan menepuk tangannya sekali lalu datang seorang pelayan yg memakai jas setelan rapi.

"Tuan Ervagan, ada yang bisa saya bantu ?" Kata pelayan itu sambil membungkukkan badan ke Ervagan.

"Lukas, sebagai kepala pelayan di sini. Jelaskan pada nona ini. Apa yg sebenarnya terjadi dan apa yang selanjutnya jadi tugas. Gue cape mau tidur." Kata Ervagan samb pergi ninggalin gue sama kepala pelayannya itu.

"Silahkan duduk, nona ?"

"Betrisika Caya." Kata gue sambil duduk di sofa yang empuk banget ini. Rasanya gue mulai tenang, tapi rasa penasaran gue mulai membesar.

"Baiklah, nona Betrisika Caya. Perkenalkan saya Lukas Artama. Kepala pelayan sekaligus orang kepercayaan Tuan Ervagan. Tuan Ervagan adalah pewaris tunggal harta kekayaan keluarga Aralion. Sementara Nyonya dan Tuan Aralion sedang ada urusan di luar negeri. Tuan Ervagan kesepian dan mencari teman untuk menemaninya. Dengan kata lain, nona yang terpilih harus tinggal di sini dan tidak diperbolehkan pergi dari sini tanpa seijin Tuan. Untuk masalah keluarga nona. Saya sudah bertemu kedua orang tua nona dan mereka setuju untuk hal itu. Sementara sebagai imbalannya. Keluarga nona tidak akan kekurangan biaya karena Tuan yang akan menanggungnya." Jelas kepala pelayan itu ke gue. Sementara gue melongo nggak percaya dengan semua ini seolah gue mimpi aneh.

"Tapi kenapa harus saya yang dipilih ?" Tanya gue sedikit formal karena kepala pelayan itu ngomong pake bahasa resmi.

"Sebelum ini, ada kontes pemilihan yang diadakan di wilayah ini. Tapi entah apa yang terjadi, banyak peserta yang mengundurkan diri setelah bertemu dengan Tuan di ruang khusus. Jadi, karena tidak membuahkan hasil dan tidak ada yang bertahan. Maka Tuan memutuskan untuk memilih sendiri wanita yang dimaksud." Jelas Lukas.

"Jadi maksud bapak saya terpilih dan harus nemenin cowok psikopat itu ?!" Gue kaget setengah mati. Apa apain ini ?!.

"Benar nona, dan panggil saja saya Lukas. Jika nona butuh sesuatu panggil saja saya atau pelayan yang lain." Kata Lukas tenang.

Cetaakk ! Lukas menjentikkan jari. Isyarat bodoh apa lagi ini ? Gerutu gue sebal. Lalu ada seorang pelayan wanita yang terlihat tua namun wajahnya masih cantik datang.

"Eva, antarkan nona Betrisika ke kamarnya. Dan sediakan perlengkapan yang nona butuhkan." Lukas memerintah pelayan wanita itu.

"Mari nona, ikutlah dengan saya." Sambil tersenyum ke gue. Gue cuma berjalan dengan tubuh lemes nggak karuan. Mimpi apa gue semalem. Sampai nggak jelas kaya gini.

"Silahkan masuk nona, ini kamar anda." Kata Eva ke gue.

"Emm.. maaf anu saya nggak terbiasa dengan bahasa formal begini." Kata gue sedikit bingung.

"Haha.. tak apa nona. Nona boleh memakai bahasa apa saja disini. Panggil saja saya Eva. Karena nona adalah teman Tuan Ervagan." Kata Eva tersenyum lagi.

"Apa sopan gitu manggil nama langsung ? Gue juga masih banyak hal yg harus ditanyakan tentang Ervagan itu." Kata gue sambil melangkah masuk ke kamar yang luar biasa indahnya. Tapi gue sedih karena gue lebih suka kamar gue sendiri walaupun jauh dari kata indah.

"Sebaiknya nona mandi dan berhias. Saya akan bawakan minuman untuk nona nanti. Saya akan kesini lagi." Kata Eva sambil permisi ke gue.

Psycolove StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang