Bab 10

17 0 0
                                    

Suara dentuman musik yang amat kencang memenuhi ruangan berisi orang-orang yang tengah menari dengan serunya seolah melepas segala beban hidup. Ruangan itu penuh sesak dengan orang-orang yang berbau rokok dan alkohol.

Di dalam ruangan itu juga terdapat Evan Hodges bersama beberapa rekannya tengah merayakan keberhasilan mereka dalam memenangkan tender untuk proyek mendatang. Mereka mendapat uang yang sangat banyak dari proyek ini dan untuk itu mereka merayakannya, sebelum nanti mereka kembali sibuk mengerjakan proyek tersebut.

Evan menyesap Martini-nya sambil menatap orang-orang yang sibuk menari.

Sebetulnya Evan tidak terlalu suka datang ke tempat-tempat seperti ini. Buang-buang uang, pikirnya.

"Kau terlihat diam sekali, bung. Ada masalah di rumah." Tanya Raven, teman Evan, seorang pria kulit hitam berkepala botak.

"Aku ingin pulang." Gumam Evan.

"Oh, bung. Kita baru satu jam disini dan kau sudah minta pulang?!" Erang Raven.

"Ya... sebetulnya aku tidak begitu suka pergi ke tempat-tempat seperti ini. Aku hanya merasa tidak enak saja karena selalu menolak ajakan kalian tiap kali kita berhasil memenangkan tender atau mengerjakan suatu proyek." Kata Evan, jujur.

"Evan, Evan. Coba dulu kau bersenang-senang disini walau hanya sementara. Lagipula, nampaknya Cecilia butuh rekan berdansa." Decih Raven seraya menunjuk seorang gadis latin dengan gaun malam warna hitam.

Evan mendesah. "Aku tidak tertarik untuk berdansa."

"Oh, ayolah, bung! Kau ini pemalas." Decak Raven.

"Oke-oke. Baiklah." Evan mengangkat kedua tangannya tanda menyerah lalu berjalan menghampiri Cecilia yang sedari tadi menatap Evan dengan tatapan menggoda.

Evan mengulurkan tangannya yang disambut dengan gerakan sensual dari Cecilia dan mereka berjalan ke tengah lalu mulai berdansa.

                       *****

"Mmhh... mmmhh..." Evan dan Cecilia tengah beradu mulut dengan panasnya di sebuah kamar hotel yang telah mereka sewa sebelumnya.

Evan mendorong Cecilia hingga tubuh wanita itu membentur tembok lalu ia mengangkat kedua tangannya dan menempelkannya di tembok tanpa melepas bibirnya dari bibir Cecilia.

Suara desahan dan lenguhan bercampur ditambah dengan gairah yang menggebu-gebu untuk bercinta.

Evan tak henti-hentinya melontarkan ciuman panas penuh nafsu ke seluruh tubuh Cecilia.

Dia kemudian membuka seluruh pakaian wanita itu sementara sang wanita balas membuka pakaian Evan dengan penuh gairah.

Merasa siap, Evan pun memegang pinggul Cecilia, menahan tubuh wanita itu saat Evan memasukinya.

"Ahhh..." wanita itu mengerang keras saat Evan memasukinya dan membentur-benturkan tubuhnya pada tubuh Cecilia.

Keduanya mendesah nyaring saat mencapai klimaks lalu keduanya saling terengah-engah karena olahraga panas tadi.

Evan melepas pelukannya dari Cecilia saat mereka telah melakukan pelepasan, lalu ia berjalan ke kamar mandi.

Cecilia yang masih kelelahan hanya bisa berdiri disitu sambil mengatur napasnya agar normal kembali, lalu ia berjalan ke ranjang dan naik ke atasnya lalu tidur.

Di kamar mandi Evan bertumpu pada meja wastafel sambil menatap wastafel dengan napas yang belum teratur.

Dia kemudian mendongakkan kepala dan menatap dirinya di cermin. Dirinya masih belum percaya akan melakukan hal ini dalam keadaan sadar. Dia pikir dirinya mabuk, tapi pandangannya normal dan langkahnya tidak terhuyung-huyung seperti orang mabuk pada umumnya.

Circle Of Error (Very Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang