Marry You

36K 301 7
                                    

Bag 1: Love is in people, people put love in marriage. There is no romance in marriage. They have to infuse it into their marriage. Like a box, people must giving, loving, serving, preising keeping the box full. If they take out more than the put in, their box will be empty (Anonym)

***


Aku tidak berani melangkah lebih dari ini, bersandar di tembok ini saja sudah cukup meresahkan. Tapi semua sudah terlanjur begini, aku tidak berhak membantah keputusan papa lagi. Mereka, maksudku papaku dan juga Tuan dan Nyonya Atmadja sedang berada di dalam ruang kerja milik keluarga Atmadja, meninggalkanku di ruang tamu sendirian. Aku sembunyi di salah satu pilar tabung gendut di dalam rumah mereka dan masih mengomentari apapun yang aku lihat.

Rumah ini besar dan mewah, memang tak jauh beda dari rumahku tapi aku selalu menyukai tatanannya, lantai mengilat bersih, memerlihatkan ukiran-ukiran halus yang memang sulit ditangkap mata juga ukiran-ukiran lembut tetapi tajam di ujung-ujung tembok berwarna emas dan lukisan-lukisan pedesaan yang tampak bukan dari Indonesia.

Sungguh, mungkin siapapun yang melihatku akan mencibirku yang begitu berani berada disini. Aku sang culun dengan Baju kucelku sangat kontras dengan rumah ini, rumah milik laki-laki yang cukup tampan yang pasti popular di kalangan para wanita, maksudku siapa yang tidak mengenal keluarga Atmadja?

Kemudian lihatlah aku, rambutku memang tidak buruk, poni penuh yang jatuh hingga mataku, sedang bagian belakangnya diikat seperti ekor kuda dan jatuh hingga di bawah bahu. kulitku kuning langsat dan pucat, menampakan beberapa titik merah di wajahku, hidung kecil dan bulat juga mata yang tidak lebar. wajah ini adalah milik ibuku, begitu pula tubuh 165 cm dan ramping. Aku bukan seorang buruk rupa, ya walaupun aku tidak cantik, setidaknya aku tidak buruk rupa. Aku memang mengenakan kaca mata berframe besar dan tebal ala cewek cupu.

Sebenarnya seberapa buruk aku berada di sini. Di luar sini, aku tidak dapat mendengar percakapan apapun antara papaku dan Bapak-ibu Atmadja, walaupun aku tahu apa yang akan mereka katakan, yaitu perjodohan antara aku dan anak laki-laki mereka. Mengingat itu, kakiku langsung lemas, ini tidak benar!

Pagi tadi, aku memaksa papa untuk membatalkan janji menemui Bapak-Ibu Atmadja yang rasanya akhir-akhir ini terus menelpon ke rumah, aku tau mereka mengejarku seakan aku adalah malaikat yang akan menyelamatkan anak mereka yang sesungguhnya baik-baik saja. Aku hampir gila dibuatnya, apalagi, anak laki-laki mereka selalu menatapku tajam berbanding terbalik dengan Bapak-Ibu Atmadja, laki-laki itu memandangku seakan aku adalah ayam yang terserang flu burung. Tapi sekarang apa yang aku lakukan? Berada di rumahnya dan membiarkan masalah ini membengkak. Jadi sebenarnya masalah apa ini? Aku sendiri bingung siang-malam dibuatnya, karena ku pikir Bapak-Ibu Atmadja menyukaiku tetapi anak mereka membenciku, walau dia tak mengatakannya secara jelas.

Bagaimanapun aku tidak bisa pergi dari sini, aku sudah terlanjur memasang muka baik kepada ke tiga orang tua di dalam ruangan itu, tapi mereka tidak akan mengerti masalah anak laki-laki mereka dan aku, kan? Jangankan mereka, akupun tak mengerti mengapa laki-laki itu begitu tidak menyukaiku, laki-laki itu terlalu memasang sekat tinggi pembanding di antara kita, dan itu membuatku illfeel di dekatnya. Dia laki-laki yang sempurna sedangkan aku cewek kutu butu dan memalukan.

Aku mencoba mengendalikan napasku yang terasa sesak dan tanganku yang dingin. Aku sangat berharap papa akan menolak dan menggunakan kemampuan berbicaranya sebaik mungkin untuk menolak permintaan bodoh bapak-ibu Atmadja.

Aku tersentak saat mendengar suara siul yang semakin mendekat, suara yang tidak asing itu adalah suara anak laki-laki Keluarga Atmadja. Aku semakin merapatkan diri ke tembok dan tak berani berkutik, tapi yang benar saja, pilar ini tak akan menyembunyikanku sepenuhnya, hanya orang buta sajalah yang tidak akan menemukanku. Suara siul itu tidak lagi terdengar, hilang begitu saja, aku menelan ludah dan berdoa banyak bahwa ia telah pergi. Tapi aku salah saat mendengar suara laki-laki menggema di ruangan yang hening itu.

Marry YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang