Bag 6: What complicate life?... missing some one just call! wanna meet up? invite! Wanna be understood? Explain! Have question? Ask! Don't like something? Say it! Like something? State it! Love someone? Tell it!
Aku mimpi buruk, apa ini karena aku terlalu lama memasak dengan tante Lana? aku muntah makaroni tanpa henti dan kemudian aku terbangun. Sial! Aku mengerjabkan mataku untuk mendapatkan kesadaranku kembali, ruang kamar tampak gelap, dingin dan aku berada dibalik selimut, jantungku masih sedikit berpacu, tapi mungkin ini tidak terlalu buruk.
Kuedarkan pandanganku hingga ke sisi lain ranjang. Dimana Sami? Aku mengernyitkan keningku dan merasa sedikit tersentak. Langsung saja aku sambar ponselku dan melihat ini masih pukul 3.40. Kemana laki-laki itu? Kenapa dia selalu menghilang setiap aku terbangun dari tidurku? aku jadi ragu Sami memang tidur dikamar ini.
Merasa aneh, aku pun beranjak dari kasur. Ruang kamar benar-benar gelap jadi dengan sedikit meraba udara aku pun melangkah, tapi aku bisa mengingat dengan jelas keadaan ruang kamar ini. Beberapa langkah lagi aku akan mencapai pintu. Aku membuka pintu kemudian keluar.
Sepi, lampu pun sudah banyak dimatikan. Jadi kemana aku akan mencari Sami? Aku benar-benar penasaran, aku ingin sekali belajar mengetahui jalan pikirannya itu.
Satu hal yang sudah aku tau bagaimana menanggapi Sami yang setidaknya bisa menjadi tindakan penyelamat untukku, aku harus berhati-hati padanya. Aku berjanji pada diriku untuk menanganinya, jadi sudah seharusnya aku akan mengikuti naluri yang bisa menjadi sangat ingin tahu. Lalu, kemana selanjutnya aku akan bergerak? Di ruang tengah, tidak ada Sami, ruang tamu juga tidak bahkan pintu keluar pun masih tertutup rapat.
Aku berjalan ke halaman belakang, laki-laki itu mungkin berada disana untuk menyendiri, mengingat tempat itu adalah tempat yang nyaman untuk melamun. Aku tidak pernah berpikir bahwa seorang seperti Sami akan melakukan hal-hal yang dilakukan manusia, mengapa Sami begitu terkesan mengerikan? Ya! jika bukan karena itu aku tidak mungkin mengendap-endap dimalam hari seperti ini.
Aku menggeser pintu kaca menuju halaman belakang, terlihat hijau karena ada satu lampu yang sengaja dibiarkan menyala. Aku mengintip keluar tanpa berani melangkah lebih jauh, tiba-tiba saja aku jadi parno, bagaimana jika ternyata halaman belakang ini menjadi tempat penampakan makhluk-makhluk halus saat malam hari? Lagi pula sejak kapan aku bisa seberani ini berjalan keluar dari kamar sendirian malam-malam?
Diluar tampak sunyi dan dingin, rumah kecil terbuat dari kayu yang berguna sebagai gudang terlihat lebih menyeramkan dari biasanya, tapi tetap saja, aku tidak melihat seorang pun disana.
Lama-lama laki-laki itu jadi mencurigakan. Dengan kecewa aku pun berbalik dan kemudian tersentak hampir menjerit melihat bayangan Sami di kegelapan, bagaimana dia ada disana? Aku membekap mulutku dan menatap bayangan itu lekat-lekat, benarkah itu Sami?
"Apa yang kau lakukan disana?" tanya suara dingin dan tenang itu. Aku mencoba menenangkan jantungku yang masih berpacu bersama napasku, astaga! sampai kapan dia akan terus-terusan membuatku terkejut seperti ini. Aku menelan ludahku.
"Aku tidak menemukanmu saat aku bangun tadi," kataku gugup.
"Aku sedang di kamar mandi," jawabnya dengan intonasi yang sama, aku menelan ludahku yang terasa membatu, ya! kamar mandi! Bagaimana aku bisa lupa?
"Oh," hanya itu yang keluar dari mulutku, merasa bersikap bodoh akupun berjalan cepat tak berani menatap kearahnya. Aku berpikir dia pasti akan tersinggung dengan sikapku, sungguh! aku tak berani mengangkat wajahku, ruangan ini bercahaya sangat sedikit, sudah sepantasnya Sami berpikir bahwa aku sedang mengoreksi langkahku dalam kegelapan.
Aku hampir merasa lega karena sedikit lagi aku akan melalui sosok ini, tapi tanpa aku sadari dan sejak kapan aku dapat menebak jalan pikirannya? tangan Sami memegang lenganku. Jantungku berhenti berdetak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry You
Teen FictionApakah dapat di sebut gila, saat dua orang tua bertemu dan berniat menikahkan anak-anak mereka? Aku Sofiah Agadh 18 tahun. Aku memang menikahinya, menikahi laki-laki yang kacau, yang begitu patuh pada kedua orang tuanya, begitu palsu, brengsek. Lak...