#Playlist01: Tahu Diri

41 5 9
                                    

University Day. Ya, ini kegiatan rutin yang selalu dilakukan oleh banyak sekolah untuk memperkenalkan dunia perkuliahan kepada para siswanya yang akan lulus. Banyak alumni dari kampus ternama akan datang sebagai tamu utama. Membuka stand dan panggung hiburan, memperkenalkan tempat kuliahnya, serta menjelaskan mengenai masalah jurusan dan prospek kerja.

Tempat Rafika mencari ilmu menjadi salah satu sekolah yang rutin mengadakan acara university day setiap tahunnya. Tapi, gadis yang masih duduk di kelas sebelas ini tidak begitu peduli dengan acara tersebut. Kuliah kan masih lama, menurutnya.

"Kantin, yuk," ajak Margo, teman laki-lakinya dari kelas sebelah. Seketika lamunan Rafika buyar.

"Nitip aja, deh. Aku lagi males."

Aul, perempuan berambut pendek yang sekelas dengan Margo, muncul dari dalam kelasnya lalu merangkul mereka berdua.

"Kantin, yuk. Laper, nih," katanya.

"Fika lagi males katanya. Dia pengin nitip aja."

Aul memandang kedua teman dekatnya itu sekilas. Tidak biasanya Rafika malas diajak ke kantin. Pasti ada sesuatu yang membuatnya tidak ingin beranjak dari depan kelas.

Pikiran Aul langsung melayang menembus imajinasinya. Dan hanya membutuhkan waktu beberapa detik saja, ia mendapat asumsi awal tentang diri Rafika.

"University day," kata Aul pelan melihat tengah lapangan penuh dengan banyak orang. Mulai dari yang mengenakan seragam putih abu hingga yang mengenakan jas alamater berbagai warna karena berasal dari kampus yang berbeda.

"Dua hari ini kan memang ada univ day," jawab Margo sedikit aneh. "Ada yang salah?"

Margo adalah siswa baru. Ia masuk ke sekolah ini dan mulai mengenal Rafika dan Aul sekitar 7 bulan lalu. Wajar jika dia belum tahu tentang ini.

"Mantan aku ada di sana, Mar," jawab Rafika santai menunjuk ke arah bagian lapangan yang dekat dengan kantin. "Dia anak UGM dan lagi buka stand di sana. I just wanna hiding myself."

Akhirnya Margo mengerti, sementara Aul jelas sudah tahu sejak lama. Perempuan itu memilih diam dan tidak lagi ingin membahasnya. Ya, hanya sekadar jaga-jaga agar Rafika tidak terlalu lama terjebak di ruang nostalgia.

"Ingin bersembunyi dari siapa?"

Dan, suara berat itu sangat mengagetkan Rafika dan Aul, sementara Margo lagi-lagi dibuat kebingungan. Laki-laki itu sedang memandang mereka lengkap dengan jas almamater yang dikenakannya. Sendirian, tapi dengan tatapan tajam.

"Dari kamu," jawab Rafika saat itu juga. "Kenalin, Mar, dia mantan pacar aku. Namanya Azka."

Aul hanya bisa geleng-geleng kepala.

***

"Apa kabar, Fik?" tanya Azka di kantin sembari mengaduk-aduk jus mangganya.

"Cukup baik," jawab Rafika seperlunya.

Dan di sinilah mereka sekarang. Setelah pertemuan di depan kelas tadi, Aul dan Margo memilih pergi meninggalkan keduanya. Lalu, Azka mengajak Rafika ke kantin. Sekadar ngobrol-ngobrol, kata mantannya itu.

"Nomor kamu ganti, ya? Soalnya..."

"Nomor Kak Azka aku block, jadi nggak ada lagi SMS ataupun telepon yang bisa masuk dari nomor Kakak."

"Oh. Oke."

Tidak ada percakapan serius dan berbobot. Semua pertanyaan hanya diajukan oleh Azka. Itu pun hanya pertanyaan 'receh' yang sebenarnya bisa ditanyakan oleh siapa saja.

Behind MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang