01

407K 14.9K 263
                                    

Jangan lupa vote dulu sebelum baca!

Selamat membaca <3

***

Samar-samar Afra mendengar perbincangan antara ayah dan kakeknya dari balik pintu, bukan bermaksud tidak sopan, ia hanya penasaran dengan apa yang menjadi topik pembicaraan mereka hingga membuat mereka betah mengobrol hingga hampir tiga jam.

Bukan berarti Afra melarang ayah dan kakeknya berbincang lama-lama, hanya saja hal ini tidak seperti biasanya. Ayah Afra bukan seseorang yang betah mengobrol lama-lama, terlebih bersama kakeknya, karena Afra tahu jika hubungan ayah dan anak itu tidak terlalu dekat hingga mengobrol lama-lama seperti ini.

Afra sendiri sudah cukup lama mendengarkan perbincangan antara ayah dan kakeknya, namun yang ia dapatkan hanya informasi mengenai seseorang bernama Narendra Arya Kumara. Afra tidak mengenal sosok itu, tapi entah kenapa namanya terdengar familiar di telinganya.

"Kamu ngapain?" Afra terkejut ketika seseorang menepuk bahunya dengan sedikit keras. "Kamu nguping pembicaraan abi sama abah ya?"

Afra meringis. "E—enggak, kok, Mi. Kebetulan lewat aja di sini tadi, ini mau ke kamar." Afra mengelak tuduhan dari ibunya. "Afra ke kamar dulu ya, Mi."

Meski masih tidak mempercayai Afra, namun Sukma membiarkan Afra pergi meninggalkannya yang ingin memberikan tambahan air minum untuk suami dan ayah mertuanya. Afra sendiri bergegas masuk ke kamar, ia mengambil ponselnya dan segera membuka laman pencarian.

Afra mengetik beberapa kalimat di mesin pencarian. Ya, apa lagi yang Afra cari selain informasi dari seseorang yang sering disebut dalam perbincangan ayah dan kakeknya di ruang baca tadi.

Afra membelalakkan matanya ketika mendapatkan hasil dari mesin pencarian, Afra membaca satu per satu artikel yang menunjukkan nama yang ternyata memang familiar di telinganya. Tidak salah lagi, Narendra yang dibicarakan ayah dan kakeknya adalah pria yang sering dibicarakan Iyem karena akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat di berbagai saluran televisi.

Setahu Afra, Iyem –asisten rumah tangga di rumahnya, sering menyebut-nyebut laki-laki ini karena tampan dan pintar. Namun tidak jarang Afra mendengar makian Iyem untuk pria ini karena sering mengencani artis tanah air yang berbeda-beda, dan di lihat dari beberapa artikel mau pun forum-forum yang baru saja ia baca, banyak hal negatif yang dimiliki pria ini.

"Tapi kenapa mereka ngomongin Narendra ini?" Afra bertanya pada dirinya sendiri. Saat Afra masih menerka-nerka tentang apa yang sebenarnya terjadi, pintu kamarnya di ketuk, suara ibunya terdengar dari balik pintu hingga tak lama pintu itu terbuka. "Kenapa, Umi?"

"Ikut umi sebentar yuk."

Afra mengangguk pelan, tanpa bertanya ia segera beranjak dari ranjang dan mengikuti ibunya. Afra mengerutkan keningnya ketika sang ibu mengajaknya ke ruang baca, tempat di mana kakek dan ayahnya berbincang tadi. "Duduk sini, Fra." ujar Anwar –kakek Afra, sambil menepuk-nepuk sofa kosong di sebelahnya, Afra pun duduk di samping Anwar.

"Kenapa ya abah? Ada sesuatu yang mau disampaiin ke Afra?"

Anwar tertawa kecil. "Kamu emang selalu nggak pernah mau basa-basi ya," gurau Anwar yang malah semakin membuat Afra penasaran. "Sebelumnya abah mau cerita, dulu abah punya sahabat karib namanya Ahmad, Ahmadi Kumara. Dulu, abah sama Ahmad ini ke mana-mana berdua terus, sampai temen-temen yang nyebut kalau abah dan Ahmad ini udah kayak suami-istri." Afra mengerutkan keningnya, ia sungguh tidak tahu ke mana arah pembicaraan abahnya.

"Sayangnya setelah lulus sekolah, karena anak orang kaya, Ahmad nerusin kuliah di Amerika," Anwar tersenyum getir. "Dan sebelum abah dan temen abah ini berpisah, kami buat perjanjian, kalau bertemu lagi, kami akan menikahkan anak kami," Afra menatap ayah dan ibunya secara bergantian, namun ekspresi mereka seolah meminta Afra untuk mendengarkan cerita kakeknya. "Beberapa bulan lalu, abah ketemu sama Ahmad ini, tapi sayangnya dia dalam kondisi kritis, dia meminta perjanjian antara dia dan abah sungguh-sungguh direalisasikan. Karena anak-anak abah semua sudah menikah, begitu juga dengan anak-anak Ahmad. Tapi ternyata kita masih punya cucu yang belum menikah, cucu perempuan abah yang belum menikah adalah kamu, dan cucu laki-laki Ahmad yang belum menikah bernama Rendra. Kamu kenal Narendra?" Afra terdiam, sekarang ia tahu ke mana arah tujuan perbincangan ini. "Lalu, kita berdua sepakat untuk menikahkan cucu-cucu kita."

My Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang