Jangan lupa vote dan komen🖤
Selamat membaca~
***
Sudah seminggu sejak pertemuan terakhir Keluarga Abdulhaq dan Kumara yang berujung membicarakan rencana pernikahan Rendra dan Afra, sejak saat itu, kedua keluarga ini langsung cepat tanggap untuk menyiapkan pernikahan Rendra dan Afra sedemikian rupa. Afra sendiri tidak mau terlalu ambil pusing memikirkan persiapan pernikahnnya, karena semua sudah diatur oleh orang tuanya dan orang tua Rendra. Afra bahkan hanya menyumbang sebuah ide tema pernikahan yang sudah lama ia dambakan, selebihnya ia hanya mengikuti semua ucapan orang tuanya dan orang tua Rendra. Meski pernikahan yang akan ia jalani bisa dibilang sebagai pernikahan paksa, tapi tetap saja Afra berharap ia akan menikah satu kali seumur hidup dan dapat menjalankan pernikahan impiannya.
Meski sebenarnya Afra kurang yakin jika ia bisa sehidup-semati dengan Rendra.
Ah, tidak, Afra tidak boleh meragukan pilihan yang telah ia diskusikan oleh Allah. Ia harus yakin dengan pilihan Rabb-nya, Afra harus berubah dan lebih dewasa lagi, ia hanya akan mempercayai Allah. Harus.
Afra yang sedari tadi memang sedang menyapu halaman depan rumah dibuat terkejut dengan kedatangan seseorang, yang bahkan tidak pernah berkomunikasi dengannya selama satu minggu ini. Iya, calon suaminya, Rendra.
Sekarang sudah tidak apa-apa bukan menyebut Rendra seabagai calon suaminya?
Laki-laki itu tampak bersinar, mungkin karena ia berdiri tepat di bawah sinar matahari, dan entah kenapa laki-laki itu menatap Afra dengan tatapan aneh. Memang ada yang salah dengan dirinya? Kenapa Rendra menatapnya seperti itu?
"Sejak kapan kamu ada di situ?" Afra akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. "Dan kenapa juga kamu di sini?"
Rendra menatap Afra jengah. "Emang aku harus jawab pertanyaan enggak pentingmu itu? Bukannya umi udah kasih tahu kalau aku bakal dateng hari ini buat ukur baju dan milih cincin?"
Afra mengerutkan keningnya, mencoba mengingat apa pernah uminya mengatakan hal itu padanya? Seingat Afra, uminya tidak pernah mengatakan hal-hal seperti ukur baju dan memilih cincin. Apa Afra kurang memperhatikan uminya saat berbicara?
"Udah lah, enggak usah dipikirin, otakmu enggak bakal sampai." ujar Rendra membuat Afra menggeram kesal, bisa-bisanya Rendra mengatakan jika otaknya tidak bisa memikirkan hal kecil seperti itu. Apa Rendra tidak tahu jika ia lulus dengan predikat cumlaude? Menyebalkan sekali.
"Eh, Nak Rendra kok udah dateng?" Afra memutar tubuhnya dan mendapati uminya sudah berdiri dengan senyum cerah di teras rumah, Rendra kemudian berangsung mendekati Sukma dan mengecup punggung tangan Sukma. "Kok enggak bilang sih kalau udah sampai? Tadi kan bisa dijemput Pak Parjo."
Rendra mengulas senyumnya. "Enggak usah repot-repot, Umi, tadi Rendra juga dijemput sopir perusahaan."
Kenapa sikap Rendra berbeda sekali saat bersama uminya? Bukannya Afra ingin diperlakukan sama seperti uminya, hanya saja ia merasa aneh. Saat berbicara dengannya, Rendra menggunakan nada bicara yang begitu ketus, tapi saat berbicara dengan uminya, nada suaranya terdengar begitu lembut, bahkan Rendra juga tersenyum.
Apa mungkin Rendra memiliki kepribadian ganda?
Di mana saat bersamanya atau anak-anak seumurannya, Rendra akan menjadi manusia super menyebalkan. Namun jika saat bersama orang tua, Rendra akan bersikap ramah agar dianggap sebagai anak yang baik. Jika benar iya, maka Rendra benar-benar mengerikan.
"Oh gitu, ya udah, masuk dulu yuk. Umi buatin teh sambil nunggu Afra siap-siap," titah Sukma yang langsung diiyakan oleh Rendra. "Dek, habis nyapunya selesai, langsung siap-siap buat ke tempat Tante Bekti ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Boy
Romance[Mohon Bijak Dalam Memilih Cerita!] Perjodohan. Siapa orang yang mau dijodohkan? Tidak ada. Mungkin di era sekarang ini tidak ada yang ingin dijodohkan. Menurut sebagian orang, dijodohkan sama saja dengan penghinaan. Karena jika dijo...