1. Hujan yang mengenalkan

57 8 10
                                    

Rintik hujan terus membasahi halaman kampus, seolah tidak ada tanda tanda akan berhenti. Aira hanya bisa menggerutu di lobby kampusnya, menurutnya ia hari ini sedang tidak beruntung. Ia lupa membawa payung dan abangnya sedang berada diluar kota dan baru akan pulang malam ini. Sedangkan supirnya sedang berada dirumah kedua orang tuanya di Surabaya. Ditambah lagi handphonenya yang mati. Bertumpuk sudah kesialan Aira sore ini.

"Sial sial" umpatnya.

Ini sudah pukul 4 sore, dan kelasnya sudah selesai sejak pukul 2 siang tadi. Ia terlalu lama di perpustakaan sehingga lupa waktu. Dan di jam jam seperti ini sudah tidak ada angkot lagi yang akan lewat kampusnya.

Tiba tiba seseorang menghampirinya.

"Hai." sapa laki laki itu.

Aira menoleh, dan mengkerutnya alisnya. "Siapa ya?" tanyanya.

"Keenan. Lo?" ia mengulurkan tangannya.

"Ha?" Aira terbengong.

Itu Keenan, junior di fakultas hukum yang cukup terkenal hingga di fakultasnya. Tapi dari dekat Aira tidak bisa mengenalinya.

"Aira." ia membalas jabatan tangannya.

"Gapulang?" tanyanya.

"Mau nerobos, tapi besok ada tes." jawab Aira.

"Bareng aja yuk Ra"

"Ah gausah gapapa, bentar lagi paling reda." jawabnya.

"udah 2 jam hujannya, awet inimah." jawabnya.

"Gapapa, bentar lagi pasti reda." Aira meyakinkan.

"Hhh, okelah, gua temenin lo nunggu hujan reda." katanya sambil memasukkan tangan disaku celananya dan menengadahkan kepalanya sambil melihat hujan.

Aira menoleh dan memperhatikan Keenan. Keenan menoleh dan Aira segera memalingkan wajahnya.

Keenan hanya terkekeh. "Ada apa?" tanyanya sambil tersenyum.

"Ah gapapa. Itu lo pulang aja duluan." jawab Aira tanpa menoleh.

"gua rasa gua masih betah dikampus." jawabnya. "Duduk yuk"

Mereka duduk di dekat pintu masuk.

"Fakultas mana?" tanya Keenan tiba tiba.

"Kedokteran." jawab Aira singkat.
"Wihhh, gamau nanya gua jurusan apa?" tanyanya.

"Semua orang juga tau lo jurusan apa. Keenan, si pangeran dari fakultas hukum." jawab Aira setengah mencibir.

Keenan hanya tertawa.

"Ada yang lucu?" tanya Aira.

"Lo, lo lucu." jawab Keenan.

Aira hanya mendengus.

"Tapi tadi pas gua ajak kenalan lo act kaya gakenal gua." ucap Keenan.

"Pas lo ajak kenalan gua emang gakenal wajah lo, tapi pas tau nama lo ya gua akhirnya tau. Emang ada berapa Keenan dikampus kita?" ucap Aira panjang lebar.

Setelah satu jam mereka menunggu, hujan pun reda.

"Hujannya udah reda, pulang yuk. Bareng gua aja Ra." ajak Keenan.

"Gua sendiri aja gapapa." tolak Aira.

"Udah mau maghrib ini, yakin pulang sendiri?"

Aira mengangguk mantap.

"Ati ati, serem kalo maghrib." jawab Keenan sambil berlalu.

Aira mengejar Keenan, "Serem kenapa?" tanya Aira panik.

"Emang gatau gosipnya? Parah serem banget." jawab Keenan sambil menahan tawa melihat wajah Aira yang pucat.

Aira menelan ludah, "Setannya apa emang?" tanyanya sedikit gemetar.

"Banyak," jawab Keenan singkat.

Aira terdiam.

"Udah ya gua duluan Ra." Keenan pergi menuju parkiran, sedangkan Aira hanya terdiam di pinggir lobby. Ia menoleh ke semua penjuru lobby. Ia menggeleng keras.

Aira berlari mengikuti Keenan yang sudah memasuki mobilnya, tanpa izin dan bicara apapun masuk ke mobilnya Keenan.

"Anterin gua plis." pinta Aira sambil mencoba mengatur nafasnya.

Keenan ingin sekali tertawa tapi melihat wajah Aira yang panik ia pun mengurungkan niatnya.

"Tunjukkin gua ya arahnya." Aira hanya mengangguk.

Akhirnya mereka sampai dirumah Aira.

"Thanks ya" ucap Aira sambil melepas sealtbeltnya.

"Yoo sama sama" jawab Keenan.
Aira turun dari mobilnya, dan Keenan membuka kaca mobilnya.

"Gua duluan ya, bye." ucap Aira.

"Sampai ketemu lagi." Keenan pun melajukan mobilnya meninggalkan rumah Aira.

HUHUHU, yang kemaren belom selesai udah ada yang baru. Mau gimana lagi, tiba tiba ada ide yang lewat, mohon dimaklumin ya guys

Btw boleh dong commentnya, votenya jugakkkk!! HEHEHE

btw, baru sadar akhir Bab 1 sini mirip sama Bab 1 It Was You.








DilemmaWhere stories live. Discover now