3. Hai Tan!

21 6 11
                                    

"Kamu memang pernah jadi bagian penting dihidupku. Tapi itu dulu, saat aku tidak sadar bahwa aku hanya dibutakan oleh kebohongan kebohongan yang kamu rangkai menjadi indah." -A

Siang ini seusai tes, Aira pergi menuju kafe dekat kampusnya. Salah satu minuman favoritnya, dengan harga murah dijual disana. Ditambah lagi suasana kafe yang tenang, setidaknya dia butuh sedikit refreshing dari tesnya yang cukup membuatnya hampir gila.

Aira telah memesan minumannya dan segera pergi mencari tempat duduk. Ia memilih duduk dipojok kafe dekat dengan jendela, disana Aira bisa leluasa memandangi jalanan.

Alunan lagu klasik dikafe ini cukup membuat suasana makin tenang. Aira segera membuka novelnya dan mulai membacanya.

Saat sedang asyik membaca seseorang menduduki tempat duduk dihadapan Aira. Aira mendongakkan kepalanya.

"Hai" sapanya laki laki itu sambil tersenyum dan melambaikan tangannya ragu ke Aira.

"Hai." balas Aira kemudian melanjutkan membaca novelnya lagi tanpa membalas lambaian tangan laki laki dihadapannya itu. Seolah Aira tidak peduli dengab keberadaan laki laki dihadapannya ini.

"Gimana tesnya?" laki laki itu mencoba membuka obrolan.

"Totally crazy." jawab Aira sambil tetap membaca novelnya.

Laki laki dihadapannya mengangguk.

"Umm..." laki laki itu mencoba mencari bahan obrolan lain.

"Kalo gaada apa apa lagi yang mau lo omongin, lo bisa pindah Dhys." itu Adhyasta, masa lalu Aira. Mahasiswa kedokteran namun satu tingkat diatas Aira, bisa dibilang ia senior Aira.

Laki laki itu masih mengejar Aira, ia terus mencoba memperbaiki hubungannya dengan Aira. Tapi Aira, ia sudah tidak ingin lagi berhubungan dengan Adhyasta. Laki laki itu telah merusak kepercayaannya di masa lalu.

Aira bukan wanita yang mudah begitu saja memaafkan. Dahulu, Aira kira Adhyasta mampu mebuatnya keluar dari lingkaran masa lalu Aira, nyatanya tidak. Adhyasta malah meruntuhkan semuanya. Bukannya membantu Aira menghapus luka lama, Adhyasta malah menambah luka baru dihatinya.

Aira berhenti membaca bukunya kemudia menatap Adhyasta.

"Lo.mengganggu.kenyamanan." lanjut Aira, kemudian melanjutkan membaca novelnya.
Sebetulnya, itu hanya cara Aira menghindar bertatap
dari Adhaysta.

Laki laki dihadapan Aira ini terdiam. Bingung ingin berbuat apa.

"Ra, gua mau ngomong" nadanya memelas.

"Kalo yang diomongin sama kaya kemaren kemaren, gua gak akan mau denger." ia melirik Adhyasta tajam. Aira benar benar membenci laki laki dihadapannya ini.

Laki laki dihadapannya ini bingung, Adhyasta sudah kehabisan cara untuk mengajak Aira berbicara.

Melihat laki laki dihadapannya tak kunjung berpindah tempat, Aira segera membawa barang barangnya dan mencari tempat duduk yang lumayan jauh.

Setelah merasa Adhyasta tidak mengikutinya, Aira melanjutkan kegiatan membaca novelnya.

"Apa beneran gaada tempat lagi Ra buat gua?" sebuah suara mengagetkan Aira. Adhyasta berdiri dihadapan Aira dengan wajah frustasi.

Aira menutup novelnya dan meletakannya dimeja. Kemudian ia menyilangkan kedua tangannya.

"Engga, seujung jari pun gaada." jawabnya enteng dengan tatapan menantang.

Adhyasta mengepalkan kedua tangannya. Emosi telah mengusai dirinya saat ini. Susah payah Adhyasta mencoba menahannya. Perempuan dihadapannya ini benar benar menguji kesabarannya.

Bagaimanapun Adhyasta bertekad untuk merebut kembali hati perempuan dihadapannya ini. Harus! ucapnya dalam hati.

"Baik lah, gua pulang Ra. tapi gua gaakan berhenti ganggu lo." ucapnya kemudian berjalan keluar kafe.

Aira hanya mengangkat bahunya tidak peduli kemudian ia melanjutkan kegiatan membacanya yang terus terusan terpotong.



GIMANA FREN? typo dimana mana, dimaafin aja ya, namanya juga manusia, tak ada yang sempurna.

VOTE COMMENT YA GUYS❤💓👇








DilemmaWhere stories live. Discover now