*flashback on*
Hari itu matahari bersinar terik, tidak ada tanda tanda mau hujan. Sialnya lagi, semua peserta sedang dikumpulkan di tengah lapangan utama kampus ini.
Hampir seluruh peserta mengeluh. Keenan yang berdiri dibarisan belakang tetap tenang, seolah matahari terik bukan masalah baginya.
Para senior sedang berdiri didepan memberi arahan.
Keenan mencolek Arsenio, temen barunya.
"Yang itu namanya siapa?" sambil menunjuk seorang senior wanita sambil mengikuti arah wanita itu berjalan.
"Yang mana?" Arsenio menyipitkan matanya.
"Itu yang dikuncir kuda rambutnya."
"Oh dia, itumah Aira namanya. temen kecil gua.""Ha? serius?"
Arsenio hanya mengangguk.
"Dia... gimana orangnya?" tanya Keenan ragu.
"Kenapa? suka lo? haha. Suka kok yang lebih tua." ucap Arsenio.
"Gua ini lebih tua dari lo Sen. fyi aja."
Arsenio kaget.
"Lah kok bisa?"
"Gua sempet ikut student exchange 2 kali. Gini gini gua..." ucapannya terpotong.
"HEH KALIAN YANG BERDIRI DIBELAKANG!" seorang senior laki laki menegur sambil menunjuk mereka berdua dari depan.
Keenan dan Arsenio hanya menunduk.
*flashback off*
Adhyasta sudah pergi. Aira bisa melanjutkan kembali membaca novelnya.
Seseorang menepuk pundaknya lalu berjalan ke kehadapannya.
"Ra!"
"APALAGI SIH?! GAUSAH GANGGU GUA LAGI NAPA DHYS." Tanpa melihat siapa si pemilik suara Aira memarahinnya kemudian menangkupkan kedua wajahnya dengan kedua tangannya. Aira yakin betul itu adalah Adhyasta.
"Ha? maksudnya?" Laki laki itu bingung.
Aira yang mendengar suara itu segera membuka kedua tangannya. Dan lihat siapa dia. Itu Keenan.
Biar diperjelas lagi. Itu
K-E-E-N-A-N
Aira melotot, ia kaget bukan main.
"HAH ELO?" sambil menunjuk ke arah Keenan.
"Ngapain disini?" tanya Aira lagi.
"Lagi pengen ngopi aja, lo?"
Aira mengangkat novelnya. "Butuh penyegaran." jawabnya.
"Boleh gabung?"
"With pleasure." sambil mempersilahkan Keenan duduk.
Keenan pun duduk taklama kemudian pesanan Keenan datang.
"So, gimana tes tadi?" tanya Keenan memulai pembicaraan sambil menyeruput kopinya.
Aira menutup novelnyandan membetulkan tempat duduknya.
"Soalnya," ada jedah beberapa detik.
"minta dinikahin." jawab Aira datar sambil menatap Keenan.
Keenan tertawa.
"Nikah sama gua aja." sahut Keenan.
"Oh, tidak. Terima kasih." jawab Aira sambil tertawa dengan wajah sedikit mendramatisir.
Keenan tertawa lagi, namun kali ini sedikit hambar.
Keenan tau, apa yang diucapkannya tadi hanyalah sebuah candaan. Tapi ia sendiri pun tidak mengerti, ada perasaan aneh yang ia rasakan saat mendengar jawab Aira, ini perasaan asing.
Keenan mencoba mengacuhkan perasaan itu dan kembali mengobrol dengan Aira.
Mereka berdua pun larut dalam pembicaraan hingga sore hari.
Setidaknya, sore itu Keenan mampu membuat Aira melupakan kekesalannya.
uwhaw.
vote comment yaa!
typo typo dikit maafin ya.
YOU ARE READING
Dilemma
FanfictionIni dilemaku, separuh jiwaku menginginkanmu, dan separuh jiwaku lainnya ingin melupakanmu.-Aira Perempuan itu, dia dilemaku. Perempuan dengan jutaan rahasia yang disimpannya.-Keenan . . . . That's the thing with you people. You think you could love...