"Kau Sean?" ujar Alana.
"Tenang saja, tidak akan terjadi apa-apa." ujar Sean.
"Bagaimana caranya?" tanya Bayne.
"Kau lihat saja nanti, Petra sebelum itu akan ingin melihat penunjuk arah dan tempat yang ditandai Sir Max." ujar Sean.
Sean melihat kertas lusuh yang diberikan Sir Max kepada mereka cukup lama berusaha untuk menghafal isi kertas tersebut.
"Baiklah aku sudah siap." ujar Sean percaya sendiri.
"Kau yakin?" tanya Petra untuk memastikan sekali lagi.
"Ya, aku sudah siap." ujar Sean mantap.
"Semoga Berhasil." ujar Bayne.
"Jaga dirimu." ujar Alana.
"Jika aku berhasil mengalihkan perhatian mereka, kalian pergi secepatnya ke tempat yang telah ditandai Sir Max."
Sean menarik napas kemudian dia keluar dari tempat persembunyin mereka, keluar dari semak-semak dan berlari kearah kaki tangan Melanie.
Sean sudah terlihat oleh para kaki tangan Melanie.
Menunggu saat yang tepat Sean menghitung angka mundur dari 5 sampai 1.5
4
3
2
1
'Sekarang.' batinnya kemudian sedikit menoleh mendapati Alana dan lainnya sudah tidak berada di tempat persembunyian. Ia langsung memutar cincin di tangannya dan otomatis dia menghilang dari pandangan para kaki tangan Melanie.
"Kemana dia."
•••
"Petra!" ujar Alana setengah memekik.
"Kenapa Alana?" tanya Petra.
"Kupikir kita harus berbalik sekarang." ujar Alana panik.
"Kau gila? Memangnya ada apa?" tanya Petra.
"Aku kehilangan kapsul kecil pemberian Sir Max." ujar Alana kembali.
Bayne yang mendengar perkataan Alana langsung mendekat, dan menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi dengan kapsul itu.
"Tenang, kapsul itu aman." ujar Bayne.
"Darimana kau tahu? Apakah kapsul itu ada padamu?" tanya Alana kepada Bayne.
"Tidak, kapsul itu tidak ada padaku." ujar Bayne.
"Lalu darimana kau bisa berkata kalau kapsul itu aman?" tanya Alana.
"Kapsul itu ada pada Sean." ujar Bayne.
"Aku masih tidak mengerti, bagaimana sampai kapsul itu ada pada Sean." ujar Petra.
"Alana, kau masih mengingat waktu Sean menggendongmu keluar dari ruang rahasia?" tanya Bayne yang sekedar mengingatkan Alana.
"Ya, aku mengingatnya." ujar Alana yang mengingat kejadian itu dengan jelas.
"Kau menjatuhkan kapsulmu, dia yang menyadari itu langsung mengambilnya. Sebelum dia memberikan kapsul itu kembali padamu, situasi sudah semakin runyam. Mungkin dia sudah lupa kapsul itu ada padanya. Tapi yang jelas kapsul itu aman." ujar Bayne.
•••
Sean hanya diam, belum mencoba untuk mengikuti Alana dan lainnya. Dia berpikir bahwa ia harus berusaha mendekat dan melumpuhkan mereka.
Ya mereka, para kaki tangan Melanie.
Belum melaksanakan apa yang ada dipikirannya, Sean harus lebih berhati-hati. Sekarang dia mencari asal suara itu. Kenapa para pengikut Melanie memekik, pasti ada yang terjadi.'Jangan gegabah, siapa tahu kalai ini hanya jebakan.' batinnya dalam hati.
Sean berusaha mencari tempat paling dekat dan aman, memang dia tidak terlihat sekarang tapi dia tidak tahu batas dari cincin ini. Jika dia wujud aslinya kelihatan situasi akan semakin sulit untuk dia tangani.
"Apa yang terjadi? Kenapa mereka semua tergeletak ditanah." ujar Sean yang masih dalam mode tak terlihat.
Sekarang dia lebih kaget lagi ketika melihat Sir Max dan Ms. Grace ada di tempat itu.
"Ms. Grace, Sir Max." teriak Sean kepada mereka berdua, dia lupa Ms. Grace dan Sir Max tidak dapat melihatnya.
"Kau mendengar itu?" tanya Ms. Grace.
"Ada seseorang yang menyebutkan nama kita." ujar Sir Max.
"Waspada." ujar Sir Max kembali.
"Tenanglah ini hanya aku." ujar Sean yang sadar bahwa mereka berdua tidak dapat melihatnya dan langsung memutar cincinnya sehingga sekarang dia kembali normal.
"Sean? Apa yang kau lakukan disini? dimana Alana dan lainnya?" tanya Sir Max.
"Pelan-pelan Sir Max jangan terlalu khawatir." ujar Sean santai.
"Lalu apa yang terjadi?" tanya Ms. Grace.
"Mereka sudah aman, mereka sudah berada di tempat yang kau tandai di peta." ujar Sean.
"Lalu kenapa kau bisa berada disini?" tanya Ms. Grace.
"Aku mengalihkan para kaki tangan Melanie, agar Alana, Petra, dan Bayne aman sampai di tempat tujuan." ujar Sean menjelaskan.
"Jadi begitu, syukurlah." ujar Ms. Grace lega setelah mendengar perkataan Sean.
"Lalu apa yang kalian berdua lakukan disini?" tanya Sean.
"Kami harus mencapai menara dan mematikan sistem pada menara itu." ujar Sir Max sembari melihat sesuatu di tabletnya.
"Menara?" tanya Sean yang tek mengerti.
"Ya, menara yang mengendalikan tempat ini." ujar Sir Max.
"Kalian sudah melihat kapsulnya?" tanya Sir Max kepada Sean sambil menyimpan kembali tablet dalam sakunya.
"Kapsul, kapsul? Gawat.." ujar Sean yang mengingat sesuatu kemudian meraba-raba saku seperti sedang mencari sesuatu.
"Kenapa?" tanya Ms. Grace.
"Kapsul itu ada padaku sekarang." ijar Sean yang menemukan kapsul tersebut dan menunjukannya dihadapan Ms. Grace dan Sir Max.
"Syukurlah ada padanya." ujar Ms. Grace kemudian mengalihkan pandangannya pada Sir Max.
"Apa maksudmu Ms. Grace, bukankah kapsul ini ditujukan untuk Alana?" tanya Sean yang tak mengerti dengan Ms. Grace yang seolah-olah lega ketika kapsul itu ada pada Sean dan bukan ada pada Alana yang membuat Sean penasaran dengan isi kapsul yang berada di tangannya.
"Ini kesalahan Max, dia tidak berpikiran panjang sebelum menyerahkan kapsul itu pada Alana, isi kapsul itu memang tentang Alana, tapi masalah bisa lebih panjang jika Alana melihatnya." ujar Ms. Grace.
"Lalu apa isi kapsul ini sebenarnya?" tanya Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE RENEWAL
Science Fiction●●PRIVATE●● •3• Lanjutan dari The Last dan The Revival. Berhasil menyelesaikan simulasi pertama bukan berarti mereka selesai dan kehidupan menjadi normal kembali. Mereka harus dihadapkan dengan kenyataan yang lain bahwa banyak sekali rahasia di dala...