Chapt. 19 ×For You×

736 90 81
                                    

Mengapa vomments hilang ditelan bumi?

Happy reading! Sorry for typo(s) ((:

×××

Violet's pov

What?! Apa maksud Louis tadi? Aku harus melakukan ini semua untuk bertemu Niall? Apa hubungannya dengan Niall?

"Aku kedinginan, Violet. Jangan membuatku menunggu." Louis menatapku geram.

Sial, apa hanya dia yang kedinginan?! Bahkan aku merasa hawa di ruangan ini seratus kali lebih dingin saat Ia menyebut nama Niall. Pikiranku menuju kemana-mana, berkhayal sesuatu yang buruk sedang terjadi dengan pria itu sekarang. Namun hatiku tetap memaksakan untuk tenang, percaya bahwa Niall sekarang sedang di markas bersama Grey dan yang lain.

"Kenakan kembali celanamu. Apa kau tak merasa malu?" ucapku sarkas.

"Untuk apa aku malu? Aku hanya meminta untuk dilayani." jawab Louis.

"Dengan melakukan hal ini, sama saja kau menjatuhkan harga dirimu. Apa kau sudi jika harga dirimu dijatuhkan oleh musuhmu sendiri?"

"Justru aku rasa kau yang akan ku permalukan." balas Louis sambil tersenyum licik.

I hate that evil smile.

"Oh ya? Kau yang mengemis agar aku melakukan hal hina itu kepadamu. Kau yang mengemis, Lou. Kau yang hina."

Jawabanku sontak mengukirkan garis tegas dan amarah pada bibir dan wajah seorang Louis Tomlinson yang kini memandang kurus ke arahku.

Ia berdiri dan mengenakan boxer serta celananya kembali. Tak lupa Ia juga mengencangkan sabuknya dan mengancingkan jas kemejanya seperti semula. Setelah rapih, Ia berjalan mendekat ke arahku, mendekatkan wajahnya ke arahku, hingga aku dapat merasakan terpaan nafas dinginnya pada wajahku.

"Polos, cantik, manis.." ucapnya tertahan.

Keberanianku kini ada pada puncaknya, aku ikut menatap dingin ke arah matanya yang seperti mata elang itu.

"Tapi juga bodoh, hina, dan..-- munafik!" Louis menampar keras wajahku hingga aku tersungkur.

"Seret bajingan itu kemari!" pinta Louis kejam.

Kecuali dua jalang yang berada di depanku dan menyaksikan drama ini, seluruh anak buah Louis keluar. Tak lama kemudian, laki-laki yang ku ketahui namanya adalah Buck itu kembali masuk sambil menyeret seorang pria dalam balutan celana pendek, tubuh putih pucat tanpa kaus, serta luka lebam pada sekujur tubuh mulusnya dahulu.

Air mataku jatuh perlahan, membasahi wajahku yang sedari tadi memanas akibat perbuatan biadab Louis. Kini yang ku saksikan tak hanya menyulut emosiku, namun juga menyayat hatiku.

Kalimat 'Aku sangat mencintaimu' itu masih dapat jelas terdengar di telingaku. Hembusan nafasnya, sentuhan manisnya, ciumannya, serta segala tentang dirinya masih terasa pada tubuh jasmani dan rohaniku. Kini pria itu tersungkur lemah dengan tangan terikat kuat dan kaki lemas serta luka sayatan pada beberapa bagian tubuhnya, Ia terjatuh tak berdaya di hadapanku. Laki-laki bajingan itu, yang mengambil ciuman pertamaku, dengan mata sembabnya itu kini mencoba memastikan keberadaanku yang juga masih terduduk lemas di hadapannya.

"V--i-olet?" ucapnya dengan bibir gemetar.

Oh Tuhan, jangan biarkan dia sekarat seperti ini.

Aku menutup mulutku dengan tangan kananku. Aku tak sanggup melihat semua ini, bahkan aku tak percaya jika pria di hadapanku ini adalah...

Niall.

THE MISSION ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang