Audi POV
Aku merasa kikuk dikeramaian seperti ini. Tidak ada satupun dari mereka yang bisa ku ajak bicara.
Ibu bicara dengan calon besannya. Begitu juga dengan Ayah. Melihat mereka begitu bahagia. Dan aku tak enak hati untuk menolak perjodahan ini. Perjodohan yang akan menghancurkan masa depan ku. Mimpi-mimpi ku. Dan dia.
Aku tidak mau memberitahukan siapa dia itu. Terlalu menyakitkan rasanya.
Aku melirik ke halaman depan rumah. Di sana duduk seorang pria yang akan menjadi masa depanku. Idih... kok aku gelik sendiri ya dengan bahasaku. Biasalah, jika aku sudah terlalu dekat dengan adikku yang satu itu maka ya beginilah aku jadinya.
Aku beranikan diriku untuk menghampirinya. Namun, tiga langkah lagi antara aku dengan dia berada rasanya aku ingin mengurungkan niatku saja. Tapi gagal, pria itu sudah berbalik badan dan menatapku dengan wajahnya yang angkuh dan datar itu. Seperti sudah tak ada kehidupan lagi aku melihatnya.
Jika bisa memilih maka aku akan memilih pindah untuk tinggal di planet mars saja agar tidak melihatnya, walaupun di sana tentunya aku akan mati. Daripada menikah dengannya dan tinggal di planet yang ada kehidupan dan oksigennya.
"Ha..i" sapaku grogi padanya. Aku menyapanya. Astaga apakah barusan aku menyapanya? Tolol! Aku merutuki sendiri kebodohanku yang mau menyapanya. Padahal aku tau dia tak akan mau membalasnya.
Dan ternyata benar dugaanku. Ia tak membalas sapaan dengan pergi dan mendecih. Cih, siapa kali dia bisa mendecih denganku. Seharusnya aku yang begitu dengan dia. Dengan dia bersikap seperti itu telah meng-on kan mood bete juga meningkatkan kekesalanku padanya. Aku kira dia akan bahagia bisa menikah dengan wanita secantik dan sepintar diriku ini. Dengan kondisinya sekarang yang sedang duduk dikursi roda itu. Tapi, bukannya bersyukur dia malah bersikap angkuh. Dasar, dia memang pria yang tak tau diri.
Setelah dia pergi aku langsung beranjak dari tempatku berdiri ini dan beralib duduk dibangku taman rumahnya . Baru lima menit aku duduk seorang pelayan mangahampiriku dan menyuruhku segera masuk karna katanya ibu dan ayah memanggilku.
Aku mengangguk tanda mengiyakannya. Setelah pelayan itu pergi aku langsung masuk kedalam rumah itu. Di sana, di ruang keluarga, aku melihat keluargaku dan keluarga pria angkuh itu sedang bercakap-cakap dengan antusiasnya. Tidak tahu apa alasan mereka begitu bahagia saat ini.
Akhirnya ibu melihatku sambil tersenyum dan dari tatapan matanya aku melihat dia mengisyaratkan aku agar mendekat dan duduk di sisinya. Itu aku tau karna ibu menolehkan kepalanya kesamping tempat duduknya dan tersenyum. Aku hanya tersenyum dan mengangguk saja.
Setelah itu, aku langsung duduk di samping ibu dan tersenyum ramah kepada semua orang disana kecuali pada pria angkuh itu. Dia duduk didekat ibunya. Dan kurasa ibunya sangat menyukaiku. Karna sejak tadi dia selalu menatapku dan tersenyum sangat manis.
"Calon menantuku benar-benar sangat cantik" puji ibu dari pria angkuh itu dan aku hanya tersenyum lalu menunduk malu. Namun sebuah suara terdengar ditelingaku yang mengalihkan pikiranku lagi.
"Jadi, pernikahan antara Audi dan anak saya Rey sudah kami tentukan. Dan waktunya adalah satu minggu lagi" Aku terkejut mendengar ucapan Pak Reno barusan, ayahnya si pria angkuh itu menyebutkan bahwa dalam waktu satu minggu lagi aku akan menikah dengar pria angkuh itu. Yang benar saja!
"Kenapa cepat sekali huh?" tiba-tiba suara pria angkuh itu terdengar.
"Lebih cepat bukannya lebih baikkan sayang?" ucap mama si pria angkuh itu dengan membelai rambut anaknya pelan.
"Iyakan Tia?" tambahnya dengan menambahkan nama Ibuku di ujung kalimatnya. Seperti menunggu persetujuan dari Ibuku.
"Iya benar sekali Nak" ucap Ibuku dengan tulus sambil tersenyum manis.
Aku hanya tersenyum kecut ketika mendengar itu semua.
Kembali keributan terjadi mengenai pernikahanku. Jujur, sekarang perasaanku sedih. Sedih karna akan menikahi pria angkuh yang merupakan bukan pilihanku sama sekali.
Jujur aku masih mencintai dia. Dia yang selalu bersama ku saat ini. Tapi apa yang kubalas untuk dia? Aku malah meninggalkannya dan pergi.
Anggap aku wanita bodoh yang yang tak berani memberontak demi kebahagiaanku. Tapi apa dayaku. Aku ini hanya wanita lemah yang berusaha untuk membalas kebaikan kedua orang tua ku dengan cara mengikuti kemauan mereka. Dan aku bisa bahagia untuk itu.
Walau aku harus tega untuk melukai perasaannya.
------
Tbc!
Terima kasih banyak-banyak yang udah mau baca ceritaku ini. Dan maaf lama banget aku update-nya ya hihi..
Aku tau penulisannya masih banyak typonya. Maafkan ya? Tapi akan aku usahakan lagi membuat karyanya lebih bagus. Juga Jangan lupa kasih vote dan komen cerita aku ini ya. Biar nulisnya tambah semangat. Akan aku usahakan akan rajin ngepost setelah ini.
Love
Viona♥
KAMU SEDANG MEMBACA
My Last Wedding
RomanceAudi Ranesya, perempuan cantik yang baru saja menginjak usia 23 tahun itu tidak menyangka jika kehidupannya akan sama seperti kisah novel percintaan yang selama ini pernah dia baca. Bahkan sekalipun Audi tidak pernah berpikir bahwa dia akan masuk ke...