04. Teman Berbagi

10.3K 445 9
                                    

Author POV

Minggu ini sudah tepat seminggu pernikahan Audi dan Rey. Namun belum ada kemajuan yang signifikan tentang keadaan hubungan mereka.

Audi seperti biasa, selalu mendapatkan perkataan yang kasar dan tatapan tidak suka dari Rey. Pria itu selalu mebuat Audi untuk merasa tidak nyaman dan tidak dapat bertahan lalu pergi meninggalkannya. Namun Audi, perempuan itu malah semakin kuat tekadnya untuk bertahan dan ingin membuat Rey bangkit dari keterpurukannya. Hanya itu tujuannya. Jika setelah semua tujuannya terlaksana. Ia rela jika Rey memintanya untuk pergi dan tak akan pernah kembali lagi.

Audi melangkahkan kakinya ke taman belakang. Bunga-bunga yang sedang bermekaran sangat indah cukup membuat hatinya damai ketika menatapnya.

Dia duduk di sebuah ayunan yang memang khusus diletakkan disana jika ada yang ingin melihat taman disini.

Pelayan di rumah Rey sangat telaten saat mengurus bunga-bunga disini. Karna Mama Rey selalu mengawasi mereka untuk mejaga tanaman itu dengan baik.

Audi tersenyum pedih mengingat kata-kata yang dilontarkan Rey kemarin sore.

~flashback~

Audi sedang mengeringkan rambutnya dengan hairdryer . Ditatapnya pantulan dirinya di cermin. Menyedihkan, batin Audi setelah menatap wajahnya sendiri.

Seseorang masuk ke kamar. Audi melihat Rey masuk dan duduk dikursi rodanya tak jauh dari tempat Audi duduk.

"Hmm.." deheman Rey membuat Audi gugup. Apalagi sekarang kata-kata pedas yang akan di berikan Rey untuknya.

"Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya Audi setelah mengeringkan rambutnya. Ia belum berani berbalik dan menatap langsung Rey. Ia hanya menatap pantulan diri Rey dari cermin.

Audi bisa merasakan aura dingin yang dikeluarkan pria itu padanya. Audi menelan ludah karena rasa takutnya. Dia takut Rey mengatakan kata-kata yang bisa membuat pertahanannya hancur. Tapi, ia berusa keras untuk membangun benteng yang lebih kuat agar ia tidak goyah dengan apa yang dilakukan Rey padanya.

"Lo tau, lo adalah perempuan paling gue benci di dunia ini. Lo tau kenapa?" tanya Rey dengan sedikit jeda. Audi hanya diam tak berani menjawab. Mukanya sudah pucat pasi medengar ucapan Rey barusan tapi ia mencoba untuk tetap biasa saja.

"Karna lo adalah perempuan paling hina yang pernah gue temui. Lo rela menjual diri lo kepada keluarga gue hanya demi uang bukan?" tanyanya lagi. Dan Audi tetap diam. Genangan air mata sudah siap untuk turun dari pelupuk mata matanya. Hatinya sakit mendengar perkataan Rey barusan. Seperti ditikam beribu pisau namun tak bisa mengelak.

Begitukah pikiran Rey tentang dirinya. Audi menghapus air mata yang sudah mengalir ke pipinya. Ia tak mau Rey melihatnya selemah ini. Tidak akan pernah.

"Lo bodoh karna telah menyetujui pernikahan ini. Lo menghancurkan kehidupan gue. Lo tahu itu." ucap Rey kembali. Apa Rey tak mengerti atau pura-pura bodoh? Bukankah ia juga tahu kalau pernikahan ini juga menghancurkan kehidupan Audi. Dan di sini Audilah yang paling dirugikan.

Setelah mengatakan kalimat terakhir itu, Rey langsung pergi keluar dari kamar mereka.

Bahu Audi bergetar hebat akibat tangisnya yang sudah pecah. Kenapa Tuhan mentakdirkan dia menikah dengan orang Seperti Rey. Kenapa Tuhan? Audi membatin.

~flashback end~

Audi menghapus air mata yang jatuh ke pipi mulusnya. Ia akan terus berusaha untuk tegar dan mencoba melupakan kejadian kemarin sore.

Seseorang tiba-tiba menepuk pundak Audi dari arah belakang. Sontak Audi menoleh dan menatap seorang pria yang kini tersenyum menatapnya.

"Mas Aldian?" tanya Audi. Dia Aldian, kakak Rey. Mereka hanya beda satu tahun umurnya. Audi sudah pernah bicara pada Aldian sebelumnya. Tapi itu hanya disaat hari pernikahannya dengan Rey. Itu pun Aldian hanya mengatakan selamat bahagia saat itu. Audi pikir dua kakak-beradik itu memiliki sifat yang sama awalnya tapi ia rasa tidak untuk saat ini.

My Last WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang