[4]Perasaan Aneh

50 9 1
                                    

"Eh do lo serius gak pacaran ma dia?? kalo lo gak mau buat gw ae dah. Gw nerima dengan senang hati" ingin sekali aku lakban mulut erik yang asbun (asal bunyi).

"Bacot lo anjing" ucap ku sarkatis.

"Wets, nyelo donk. Kalo gw jadi lo nih, langsung gw deketin trus tembak. Pasti enak punya pacar cantik kek dia" ucap erik dengan pandangan menerawang. Entah lah apa yang sedang di pikirkan oleh dia. Tapi aku yakin pasti itu sangat err....menjijikan.

"Mati donk kalo di tembak" jawab ku menoleh ke arah nya dengan memasang muka polos.

"Serah lo nyet" jawab erik sambil memandang layar super besar yang ada didepannya.

'Kenapa cilla mirip banget yak sama cantika?? sifat dan sikap nya mirip banget. Mereka kaya kembar, walaupun ku akui lebih cantikan err...cilla' tanpa kusadari aku tersenyum mengingat kejadian 2 tahun silam. Tapi semua nya telah berubah. Sudah lah, tidak penting aku memikirkan itu.

"Hwaaaa bundaaa" lamunan ku terganggu karena suara teriakan seseorang. Ya, dia cilla. Ehh, tunggu. Kenapa dia teriak??

Dengan segera ku tolehkan kepala ku ke kanan dan mendapat kan cilla sedang menutup mata dengan tangan nya dan kaki nya yang dia naikan ke ujung depan bangku.

'Hahah ternyata dia penakut. Tapi dia kasihan juga ya' ucap ku dalam hati. Harus ku akui cilla jika sedang ketakutan dan muka nya berubah menjadi merah sangat lah lucu. Walaupun aku malas mengakui itu.

Tolongin gak ya??

Otak ku bilang tidak usah. Untuk apa membantu orang seperti nenek lampir. Namun otak ku tak sejalan dengan hati ku. Hati kecil ku berkata untuk menolong nya.

Entah suruhan siapa tiba-tiba tangan ku memegang bahu kanan cilla dan mendorong ke kiri supaya kepala nya jatuh ke pundak ku, dan entah kenapa juga dia nenurut. Bahkan ketika dia bersandara di pundak ku dia tidak ketakutan.

Entah lah, mungkin itu hanya perasaan ku saja.

Aku mengelus pucak kepala nya untuk memberi ketenangan.

*****

'Kenapa gw mau bersandar dipundak valdo?? Dan kenapa pundak itu terasa sangat nyaman' pertanyaan demi pertanyaan muncul diotak ku.

Ingin sekali aku menarik kepala ku dan memarahinya. Namun rasa nyaman itu lebih besar dari pada rasa gengsi ku. Damn....

Kenapa jantung ku ingin meloncat dari tempat nya saat valdo mengelus puncak kepala ku?? dan kenapa terasa hangat?? entahlah.

Aku bersyukur nadia dan erik tidak melihat ini. Kalau mereka sampai melihat, bisa-bisa aku malu setengah mati.

Entah kenapa aku sangat ingin melihat mata valdo yang err...indah itu. Aku tidak sudi menyebut nya dengan 'mata indah' namun itu kenyataan. Setiap aku melihat mata nya yang berawarna abu-abu dan sangat meneduhkan, aku merasa nyaman dengan mata itu.

Aku mendongak ke atas dan secara refleks valdo juga menunduk menatap ku. Mata kami bertemu. Saling adu tatap. seperti tersirat kata didalam mata ku dan valdo yang tidak terucap oleh mulut.

Kenapa senyaman ini??
Kenapa seindah ini??
Entahlah.

Dengan segera aku menunduk karena merasa pipiku panas. Sudah aku jamin pasti pipiku merona merah. Aku tidak ingin dia tahu, kalau sampai ketawan valdo, bisa-bisa dia mentertawakan ku habis-habisan.

Thanks For MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang