2. The Queen's Side

38 2 0
                                    

"Tris, makan siang bareng yuk" Anne, sekretaris Tris tiba-tiba muncul saat Tris sibuk membaca berkas-berkas yang tidak penting itu.

"Belum waktu makan siang, it takes 10 minutes again, Ann. Lagian gue mau langsung pergi, ada urusan, sorry ya" Jangan salah sangka, Tris mengatakannya dengan nada datar, tanpa perasaan bersalah sama sekali. Dan pandangannya masih pada berkas-berkas tidak penting itu dan pikirannya melayang-layang ke suatu tempat.

"Sure, ma'am"

Klek.

Tris, wanita itu kini menatap datar smartphone-nya. Hingga panggilan masuk dari nomor tak di kenal pun muncul.

"Halo" suara berat di seberang sana mulai berbicara.

"Gimana? Hoodie-nya sudah kamu simpan di ruangan aku?" Tanya Tris datar, lagi.

"Santai queen, semua udah beres. Kita tinggal nunggu kamu aja"

"Ok, i will go now" Tris langsung mengambil tasnya dan keluar dari ruang kerjanya dengan gerakan yang lebih cepat dari biasanya.

"We are waiting, over"

Somewhere, 01.17 PM

Wanita berbalut pakaian full black kini keluar dari salah satu ruangan bernuansa menyeramkan, melangkahkan kakinya dengan pasti diiringi dentingan heels hitamnya. Ia sibuk memikirkan strategi selanjutnya.

Kini, wanita itu masuk ke ruangan lain yang lumayan besar, tempat mereka bertukar pikiran demi kelangsungan pekerjaan ini. Ruangan ini memiliki nuansa black and white yang lebih di dominasi oleh hitam, dengan sedikit taburan gold yang membuatnya nampak lebih classy.

"Oke, tell me" perintah wanita itu, pemimpin dari kelompok ini. Yang menjalankan organisasi ini dengan sangat baik, sampai-sampai oknum-oknum lain sulit untuk mencium bau keberadaan mereka.

"Grey, si junior yang belum terlalu terlatih itu berambisi ingin mengantarkan paket di gereja yang masih tahap perbaikan yang sialnya bersebelahan dengan kantor polisi pusat yang memiliki alat pendeteksi super canggih" ujar salah seorang wanita lainnya yang berambut tosca mulai menjelaskan, sambil sesekali menatap seorang lelaki berumur sekitar 16 tahun itu dengan wajah kesal.

"Paket yang dia bawa, terdeteksi. Tapi polisi tidak langsung bergerak. Saat Grey telah meninggalkan paket di rooftop dan mulai menuruni tangga, sekitar 20 polisi bersenjata tidak terlalu lengkap, tetapi lebih lengkap darinya, mulai mengepung" ucap wanita tadi melanjutkan penjelasannya, yang kemudian terdiam beberapa saat.

"Teruskan, Rose" wanita yang berbalut pakaian serba hitam itu kini mulai kesal, karena Rose tak kunjung melanjutkan kronologi.

"Sorry Queen. Jadi, singkat cerita, Grey bisa melarikan diri dengan hadiah luka-luka yang sudah di tangani. Setidaknya, walaupun paket itu belum sampai kepada client, Grey tidak meninggalkan jejak apapun. Masalahnya, client akan segera berangkat ke Chicago jam 3 sore hari ini, dia berharap paket akan berada ditangannya selambat-lambatnya jam setengah 3, over" Rose, ia kemudian kembali mengutak-ngatik smartphone-nya.

"Oke, kalau gitu aku sendiri yang akan antar paketnya, di bandara" kata Queen kemudian beranjak dari sofa.

"Pendeteksinya sangat canggih, Q. Lebih canggih dari kantor polisi pusat. Kalaupun bisa di hack, hanya 3 menit. Dan, dont do it only by yourself, take Grey with you" kata Rose dengan raut wajah yang khawatir, sedangkan Grey langsung shock di tempat duduknya.

"Kak Rose, katanya aku belum boleh ngantar paket dalam waktu dekat?" Ujar laki-laki yang di panggil Grey tadi, rambut greynya menambah kesan tampan dengan kulit se-putih mulus aktor Korea.

"Hhh, aku tunggu kamu di mobil 5 menit lagi" kata Queen kemudian beranjak pergi sambil menepuk-nepuk bagian dadanya, memastikan hoodie yang ia kenakan masih bekerja dengan baik.

MEMORI [PAUSED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang