Pengacau Tak Tau Diri

31 1 0
                                    

3| Pengacau Tak Tau Diri

Tepat pukul sepuluh malam Ziva dibebaskan dari tahanan. Setelah membayar sejumlah uang akhirnya Ovan membuktikan ucapannya.

Ziva bersembunyi di balik punggung Ovan, mencari perlindungan dari tatapan Aluna yang siap mencincangnya.

"Biar lebih aman, dia ikut kita pulang ke rumah." Putus Ovan enteng.

Rumah? Ziva yang tak mengerti apa yang terjadi hanya bisa menerka-nerka. Apa selama ia di tahan, Aluna menikah dengan lelaki yang membebaskannya ini? Gila saja.

Aluna menghela nafas kasar, mau bagaimana lagi, Ovan benar, Ziva terlalu liar untuk berada di luaran.

"Sebaiknya kamu menuruti kata-kata saya, dan cobalah menjadi gadis kecil yang jinak!" Ovan coba memperingati si bebal Ziva.

Diusia sebelas tahun Ziva memang sedang labil, namun kebiasaan mencopetnya tidak bisa ditolerir.

"Iya, Bang. Ziva janji gak bakal nyopet lagi." Ujar Ziva patuh.

Aluna melengos malas melihat interaksi Ovan dan Ziva. Ia merogoh ponsel dari dalam tasnya. Menelpon Dipo yang memilih tinggal di markas.

"Gue langsung balik, Ziva sama Gue. Jaga anak-anak yang lain. Jangan sampai ada yang ketangkap lagi." Perintah Aluna.

"Yup."

"Suruh Kimbo jaga malam ini, di gang jati lagi ada pesta, Gue gak mau ada anak-anak kita yang nimbrung kesana. Anto, Xavi dan Buan awasi, takutnya mereka balik lagi." Aluna memberi interuksi.

"Beres."

Klik. Telepon dimatikan.

Aluna memasukkan ponselnya ke dalam tas. Berbalik menatap Ovan dan Ziva yang tampak akrab.

"Enak?" tanya Ovan seraya mengelap mayonais yang belepotan di sudut bibir Ziva.

Dalam pandangan Aluna, Ovan tampak seperti seorang pedofil. Aluna bergidik ngeri.

Ziva mengunyah burgernya seperti kesurupan, menghabiskan dua porsi burger dalam sekejap. Tangannya yang kotor di sapukan pada kaosnya sambil mengelus perutnya kekenyangan.

"Kenyang?"

"Lumayan, tapi kalau Abang mau traktir es krim masih muat kok." Jawab Ziva cengengesan.

Ovan mengelus lembut pipi Ziva, "besok ya, sekarang sebaiknya kita pulang. Sudah malam." Ovan coba membujuk Ziva.

Meski sedikit merengut Ziva mengiyakan ajakan Ovan untuk pulang. Ia meraih tangan Ovan dan mengajak Ovan pulang bergandengan tangan, Aluna ternganga menyaksikan kejadian langka. Ziva-bisa-manja? Wah, ini tidak beres.

***

Aluna menguap untuk kesekian kalinya. Mata kuliah hari ini sama sekali tidak bersahabat dengan matanya. Dosen yang menjelaskan mata kuliah terlihat seperti pendongeng bagi Aluna, membuat rasa kantuk menyerang berkali lipat.

Aluna melirik jam tangannya sekilas, tiga menit lagi. Dikeluarkannya permen karet dari saku kemeja navy yang hari ini ia kenakan.

Iseng-iseng Aluna membuka aplikasi Instagram yang entah berapa lama tidak dibukanya. Seperti ada dorongan kuat yang memerintah Aluna mencaritahu bagaimana sebenarnya keseharian Ovan selama ini.

Ovan Valez.

Ada banyak akun dengan nama Ovan Valez namun hanya satu yang memiliki followers paling banyak. Aluna mengklik akun tersebut. Foto teratas adalah foto yang diambil seolah tanpa sengaja dengan objek Ovan tengah menatap seorang perempuan yang bergandengan tangan dengan kekasihnya.

Picisan sekali.

Foto kedua berlatar belakang sungai dengan air yang jernih, tampak Ovan memegang pancing dan tengah memasang umpan.

Mancing? Tapi pakai umpan buatan. Takut cacing, Bung.

"Stalking Ig siapa, Lun?" seseorang memanggil Aluna dari arah samping.

Aluna mendongak dan mendapati Vino menatapnya intens, enggan bersitatap terlalu lama, Aluna mengedarkan pandangannya ke sekeliling kelas. Nyaris kosong.

"Udah dari lima menit yang lalu kelas selesai." Ujar Vino tau apa yang dipikirkan Aluna.

"Oh."

Aluna membereskan alat tulisnya, memasukkan ke dalam tas dan berlalu meninggalkan Vino. Aluna sudah khatam bagaimana sifat cowok seperti Vino. Kaya, tenar dan playboy. Tapi maaf, Aluna tak tertarik sedikit pun.

Setelah merasa Vino tak mengikutinya, Aluna berhenti dan memilih duduk di bawah pohon tak jauh dari parkiran. Ia menunggu Dipo yang masih ada matakuliah.

Sebenarnya Aluna tak terlalu suka mempunyai teman dekat, hanya Dipo yang memang dikenalnya dari SMA lah sahabatnya. Itupun karena Aluna merasa satu tujuan dengan Dipo. Dan lagi, hanya Dipo yang tebal telinga mendengar kata-kata tajam Aluna.

Aluna kembali membuka aplikasi Instagramnya, melanjutkan keingintahuan terhadap orang asing yang kini serumah dengannya.

Dari tiga ratus dua puluh foto, hanya ada satu foto yang tak menampilkan wajah Ovan melainkan wajah seorang wanita dengan kursi roda yang memeluk diri dalam derasnya guyuran hujan. Wajah perempuan itu tidak begitu jelas, tapi siapa pun yang melihat foto tersebut pasti ikut merasakan kesakitan yang menguar.

Aluna bergidik melihat kekuatan foto tersebut. Entahlah, Aluna merasa foto itulah yang paling hidup.

Tak mau terhanyut terlalu dalam, Aluna segera log out dari Instagramnya. Membuka aplikasi Line dan mengirim pesan pada Dipo.

Gue tunggu di parkiran.

***

"Gue ntar gak bisa jemput Lo. Gue mau ngecek finishing proyek kita buat besok. Kalo Lo bisa, mampir ke markas sebelum pulang. Buan agak demam tadi gue lihat." pesan Dipo.

"Lo yakin dia demam biasa? Dia gak balik make' lagi, 'kan?" Aluna cemas. Ia takut anak-anak yang selama ini coba ia sembuhkan dari obat-obatan kembali memakai barang haram tersebut.

"Gak. Lo tenang aja. Mereka aman sama gue. Gimana Ziva?"

"Dia sama Ovan." Jawab Aluna singkat, ada perasaan tak nyaman saat membicarakan Ziva dan Ovan.

"Oke. Gue cabut duluan." pamit Dipo, menstarter motornya dan berlalu pergi meninggalkan caffe tempat Aluna bekerja.

Baru saja Aluna hendak masuk ke dalam caffe melalui pintu samping khusus karyawan, suara ribut dari dalam caffe membuat Aluna memutar jalan dan mengecek apa yang terjadi.

"Saya bukan pencopet. Saya kesini mencari Aluna. Dia bekerja disini." Seseorang terdengar menyebut nama Aluna.

Meski agak kesulitan Aluna akhirnya bisa melihat dengan jelas si pembuat onar. Ovan.

Sontak amarah Aluna naik ke ubun-ubun, namun saat Aluna hendak menerjang Ovan, pemilik caffe tempat Aluna bekerja langsung melontarkan pertanyaan yang dijawab Ovan enteng.

"Memangnya kamu siapanya Aluna?"

"Saya calon suami Aluna."

Tbc

FOREVERMORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang