Prill, gue suka sama lo!

249 13 0
                                    

Prilly berlari dengan buku yang ia gunakan sebagai peneduh kepalanya. Langkahnya terhenti di teras cafe yang biasa ia kunjungi, hanya berteduh tanpa ingin masuk ke dalam cafe.

"Aih. Mulai gatel!" Desisnya yang mulai merasakan gatal di sekitas wajah dan lengannya. Alergi mulai menyerangnya.

Ia terlalu nekat untuk keluar sore ini, padahal ia sendiri sudah tau jika hujan akan turun tiap sore dalam satu minggu ke depan. Entah gadis ini tau dari mana?.

"Emang buku ini lebih berharaga dari pada kesehatan lo?"

Deg.

Suara itu?

Ali? Prilly menolehkan kepalanya menatap ali yang tersenyum manis menatapanya. 'Ya tuhan, kasihan jantung gue' batinnya.

"Ha?"

"Emang buku ini lebih berharaga dari pada kesehatan lo?" Ali mengulangi ucapannya yang membuat prilly terlihat kikuk.

"Enggak juga sih, gue cuma lagi pengen beli novel ini aja. Stocknya tinggal dikit, entar keburu abis"

"Lo kan peramal cuaca, bawa payung nggak buat lo susah kan?"

Prilly hanya menyengir tak jelas yang kemudian menjulurkan tangannya untuk menyentuh rintikan hujan yang semakin mereda. Sepertinya ia tak kapok dengan alerginya yang sekarang sudah terlihat bintik-bintik merah di sekujur tangannya.

"Eh?"

Terkejut? Tentu.

Ali menarik tangan prilly untuk menjauh dari air hujan.

"Seenggaknya perduli sama diri sendiri" prilly terkekeh mendengar penuturan dari ali yang terkesan memarahinya.

"Lo kok bisa ada di sini?" Ali tersenyum dan melirik ke dalam cafe yang ia tempati untuk berteduh, "gue tadi mau nyari makan aja. Masuk yuk, di sini dingin"

...

"Kau tau Prilly Regenia? Hujan telah membawa ku pada kebahagiaan"

Prilly mengernyit bingung setelah membaca note yang terselip di dalam novel yang baru saja ia beli. Ini mustahil! Benar-benar mustahil, secret admirer yang terlalu hebat.

"Kok bisa ya li?" Ali mengernyit bingung sambil meneguk segelas hot caramell yang ia pesan.

"Bisa apanya?"

"Ini, kenapa bisa ada note di novel gue?. Siapa sih nih orang? Ngeselin banget" Prilly tampak celingak-celinguk mencari seseorang yang mungkin bisa ia jadikan target pencarianya.

"Admirer lo terlalu jenius" Ujar Ali sedangkan prilly menganggukan kepalanya dengan raut wajah yang masih berfikir keras.

Hujan masih turun dengan derasnya meskipun terkedang mereda seperkian menit namun air hujan akan tumpah kembali dengan derasnya. Tak ada alasan lain selain menunggu di dalam cafe, beruntung ia bisa menghilangkan bosan dengan membaca novelnya meskipun terkadang mencuri pandangan ke arah Ali. Entah kenapa jantungnya selalu berdetak tak normal jika bertatapan dengan mata legam milik ali.

"Jantung gue" gumamnya, namun sialanya ali menyahut yang membuat prilly kikuk "kenapa prill? Lo bilang apa tadi? Jantung lo?"

"Ha? E-enggak ini gue lagi baca" Dustanya dan ali hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan.

"Prill gue suka sama lo" Hening, prilly menatap ali heran, "apa? Gimana li? Lo ngomong apa tadi?"

"Enggak, lo serius banget baca bukunya" Prilly hanya menganggukkan kepalanya dan ber-Oh ria.

...

Mata prilly terpejam dan beberapa detik kemudian ia kembali membuka matanya. Malam semakin larut dan dia belum tidur hingga saat ini. Pikirannya masih terbayang-bayang dengan apa yang ali ucapkan.

REGENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang