Secret admirer?

200 15 0
                                    

'Jangan berikan senyum manis mu kepada orang lain selain aku, Prilly Regenia'

Prilly mengerutkan keningnya ketika mendapati secarik kertas dengan cup cake di atas mejanya.

"Sejak kapan lo punya secret admirer?" Rara menyenggol lengan Prilly yang sepertinya tengah berfikir keras.

"Sebenarnya sih udah lama. Tapi cuma lewat via sms, gue kira kan cuma anak sini yang iseng sama gue. Tapi ini kok pake ngasih barang gini ya Ra. Gue jadi takut"

"Lo nggak coba cari tau?" Prilly menggelengkan kepalanya, "ngapain? Nggak penting Ra"

"Kali aja dia demen sama lo. Lo sih jadi cewek nggak Peka"

"Pada ngomongin apa sih? serius banget" Rara tersenyum menyambut Ali yang baru saja datang.

"Ini si prilly, gaya banget punya secret admirer" Sontak prilly menyenggol lengan Rara dan tersenyum tipis kepada Ali.

"Wajar sih Ra, sahabat lo itu kan cantik" Blush! Prilly tertunduk malu mendengar pujian dari Ali.

"Duh li, lo bikin pipi prilly jadi merah gini" Dalam hatinya, prilly terus mencibir Rara yang sudah mempermalukannya di depan Ali.

Ali terkekeh, "Sayang nih cup cake di anggurin. Buat gue boleh kali" ujarnya dengan kedua alis yang terangkat.

"Buat gue aja prill" Rara menyahuti dengan mata yang ia kedipkan berulang kali.

"Makan bareng-bareng aja" ujar prilly menjadi penengah.

"Prill, pulang sekolah nanti gue main kerumah lo ya" Rara menatap prilly sekilas yang tengah menyalin catatan bahasa indonesia.

"Nggak usah ke rumah gue ra, nanti sore bakalan hujan. Lo di rumah aja, mainnya kapan-kapan aja kalau cuacanya lagi baik"

"Peramal lo?" Prilly terkekeh geli, "iya, gue peramal. Kenapa emangnya?".

"Siapa yang peramal?" Ali ikut menyahut setelah seperkian menit membelakangi prilly dan juga Rara.

"Kepo" Ujar rara yang kemudian menjulurkan lidahnya mencoba mengejek ali. Tak heran banyak yang menyukai sosok ali, pria ini begitu pandai bergaul. Bahkan dengan teman ceweknya ia sangat terlihat ramah dan bersahabat. Berbeda dengan prilly, dekat dengan teman sejenis saja susah apalagi lawan jenis.

...

Lagi, prilly sering terjebak dalam hujan seperti saat ini. Duduk manis dengan jemari yang terus menekan-nekan layar handphone-nya untuk menghilangkan kebosanannya. Menunggu hujan hingga reda sepertinya sudah menjadi salah satu hobynya.

Hanya bermain handphone sejak satu jam yang lalu membuat prilly merasa semakin bosan. Ia menghela nafasnya panjang mencoba beranjak dari duduknya dan melangkah keluar kelasnya. Melihat hujan secara langsung sepertinya cukup menghilangkan kebosanannya.

"Jadi pengen hujan-hujanan" gumamnya yang sempat tergoda dengan rintikan hujan yang terlihat menyejukkan.

"Prilly?" Familiar, tak salah lagi, prilly tersenyum kikuk menatap Risa –pacar Ali–

"Lo risa?" Gadis itu menganggukkan kepalanya, "lo ngapain masih disini?"

"Nunggu hujan reda Ris.." Prilly memberikan jeda,  "lo sendiri?"

"Nungguin ali yang lagi rapat osis" ujarnya, prilly tersenyum. Beruntungnya wanita ini memiliki kekasih seperti ali.

Suasana mendadak hening. Prilly yang tak terlalu dekat dengan risa membuatnya bingung untuk memulai pembicaraan. Hingga akhirnya seseorang memecahkan keheningan mereka.. Ali.

REGENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang