2. Es Teh Manis

229 27 0
                                    

"Lo itu ibarat teh manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo itu ibarat teh manis. Setiap gue mau minum, ada aja semut-semut yang gangguin."

Bisikan siswa-siswi terdengar jelas begitu Arin turun dari taksi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bisikan siswa-siswi terdengar jelas begitu Arin turun dari taksi.

"Gila ya, sok kaya banget pake naik taksi segala. Nggak bisa naik motor, ya? Atau nggak punya motor? Haha."

Jangan dengerin, Arin. Lo udah biasa sama beginian. Arin terus melanjutkan langkahnya tanpa henti. Hingga dirinya sampai dikelas, dan disuguhi dengan coretan abstrak di mejanya. Arin mengepalkan tangannya saat ia melihat tulisan-tulisan yang menggambarkan dirinya di atas meja tersebut.

Cewek anti sosial.

Cewek sombong.

Nggak punya mulut.

Caper sama Rendra.

Arin memang pendiam. Tapi, bukan berarti dia tidak bisa berbuat apa-apa. Cewek itu menggeser mejanya dan menukarnya dengan meja di sebelah Arin. Tidak peduli siapa yang akan duduk di situ, toh yang penting meja Arin bebas dari coretan. Setelah menaruh tas di atas kursi, Arin berjalan keluar menuju kantin. Baru saja ia melangkahkan kaki di koridor, seseorang memanggilnya dengan lantang.

"Arin!" Sontak, Arin menoleh ke belakang, mendapati Rendra yang sedang melambaikan tangan ke arahnya, "nama lo ... Arin, kan?"

Arin tidak menggeleng, namun ia juga tidak mengangguk. Arin menatap Rendra dari atas ke bawah, berusaha untuk mencari hal 'menarik' dari cowok itu. Karena menurut Arin, Rendra memiliki banyak penggemar yang selalu berteriak setiap kali Rendra berjalan melewati mereka.

Ganteng sih, tapi SKSD banget. Kayak om-om mesum yang suka minta nomor telepon. Arin berbalik dan berjalan menjauh meninggalkan Rendra. Cowok aneh, katanya dalam hati. Namun, ketika Arin menapakkan kakinya di langkah ketiga, ada sebuah tangan besar nan hangat yang menarik Arin. Betapa terkejut dirinya ketika Rendra menariknya dan memaksanya berbalik. Enggan untuk berbicara, Arin hanya diam dan menutup rapat mulutnya sambil menatap Rendra dengan tajam, seperti ingin memakan cowok itu hidup-hidup.

GS#1-Arendra [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang