Pukul 19.00
Baiklah, aku masih disini. Kafe?, tentu. Hari ini semakin malam. Semakin ramai tentunya. Bagaimana dengan aku?. Ya, masih sendirian duduk di kafe ini.
Dari pojok dapur, ada seorang pelayan yang terus memandangku. Aku tau, kehadiranku disini mungkin terlalu mencolok. Sendirian, diantara keramaian. Tapi aku tidak peduli. Entah, mungkin karena pelayan itu mulai lelah memandangiku dia mulai berjalan menghampiriku.
"Ekhm... permisi"
Aku hanya diam. Mataku menatap lurus ke depan. Aku tidak menoleh, dan berusaha untuk tidak melakukannya.
"Anda mau pesan apa?, anda sudah di sini selama 2 jam. Apakah tidak merasa kehausan?"lanjutnya dengan nada menyenangkan.
Baiklah aku mengalah, demi menjaga perasaan pelayaan itu aku menoleh. Berfikir untuk menjawab pertanyaan itu. baru saja menoleh, ternyata wajahnya membuatku terkejut. Bukan orang yang asing batinku. Satu detik, dua detik. Aku masih memandang wajah itu. Astaga!!!.
"Ka...Kamu?"
"Hahahaha, iya aku. Ah, ada apa dengan aku?"kata dia tertawa lebar.
tawanya mengundang rasa ingin tau pelanggang yang lain. Para pelanggan menenggok ke arah kami. Aku yang masih terkejut segera berbisik dengan nada ketus kepada dia.
"Ssst, diam. Jangan membuat malu. Aku tidak suka cari perhatian kau tau?"
Dia tersenyum. Senyum yang sama seperti 6 tahun yang lalu. Yah, aku ingat hangatnya senyum itu. Dia kembali tertawa melihat mukaku yang merah padam.
"Hahaha, maaf. Baiklah ku ulang pertanyaanku. Anda mau memesan apa nona? ups" kata dia sembari menutup mulutnya.
"Wah kau ini. Aku tidak suka dipanggil nona" sungutku.
"Baiklah, anda tak mau memesan sesuatu. anda mau apa kesini?"
"Hhh, baiklah aku mau memesan satu fruit punch. Dan ku harap, pelayan yang satu ini menemaniku meminumnya. Bagaimana?"tanyaku setengah menggoda.
"Baiklah, minuman akan siap dalam 5 menit"
Dia segera melesat pergi. Aku mendesah. Dia masih sama. Teman gilaku sesama SMP, 6 tahun lalu. Dia masih seperti dulu ku kira. Yang berbeda, dia hanya semakin handsome.
5 menit berlalu tak terasa. Tiba-tiba dia sudah datang dengan membawa nampan berisi segelas fruit punch. Dengan lihai dia menurunkan pesananku ke meja di depanku. Lalu dia duduk di depanku. Dia menaruh topi pegawainya di atas meja. Merapikan rambut.
"Hay, Yuan. Apakabar bintang basket kita?. Hahaha" dia tertawa lagi.
Aku menepuk pundaknya pelan. Leluconnya menyebalkan seperti 6 tahun lalu.
"Baiklah, aku baik. Bagaimana dengan kamu Ryan?, masih ingin bereksperimen dengan membuat novel-novel cinta?. hahaha" aku membalasnya.
"Ah, kau ini. Menyebalkan. Baiklah, ganti topik. Kamu ke sini mau apa?. Mencari aku ya?"
"Haha, jangan GR kamu. aku ke sini cuma mau menenangkan diri saja. tidak berfikir akan bertemu kamu."
"Dari 2 jam tadi kamu melamun. Kamu kenapa?. Oh, aku tau. Pasti ini ada hubungannya dengan anu"kata dia menyelidik.
"Tau apa kamu?" dengusku.
"Silahkan bercerita Nona"
"Apa tidak apa-apa kita kembali ke masa lalu?, apakah itu tidak membosankan?"
"Kebetulan kamu bertanya pada orang yang suka kembali ke masa lalu. Hahaha"
"Baiklah, aku masih sakit hati. Meskipun sudah 6 tahun lamanya, SMP. Masa di mana aku mulai mengenal orang itu. Ah, baiklah aku akan bercerita padamu. Padahal kamu juga ada di sana"
"Aku akan mendengarkanmu. Aku akan melengkapi ceritamu sepanjang aku tau. Aku tidak apa-apa. Aku siap membantu" kata Ryan meyakinkan.
"Tapi sebelumnya kamu harus bilang pada bosmu, kalau kamu menemani aku" godaku.
"Aku sudah bbilang dan aku diijinkan. Tak perlu kuatir. Cepatlah, dimulai. Aku tidak sabar"
Dua sahabat lama itu kemudian saling membisu. Saling diam. Sibuk dengan ingatan masing-masing 6 tahun lalu. Cinta pertama?, ditolak cinta?, ditinggalkan. Akhirnya tepat pada pukul 20.00 kafe itu mulai menyetel musiknya. Membuat tempat ini semakin nyaman.
"Kamu ingat saat aku dan kamu berada dikelas pada waktu hujan setelah kamu naksir seseorang?" tanyaku.
Ryan mengangguk. kemudian tersenyum.
"Aku ingin mengawali ceritaku dari sana. Karena dari sanalah aku mulai tau. Bagaimana rasanya suka pada seseorang"lanjutku.
Musik kembali mengalun merdu. Dua sahabat yang kembali mengingat kenangan mereka saat SMP. Saat mereka mulai mengingatnya, banyak orang yang tidak perduli akan mereka. Pelanggan terlalu berbahagia dengan kenyamanan mereka.
--
Dingin, ini pulang sekolah yang dingin. Aku duduk dipojok kelas, membaca buku. Ryan?, aish aku tidak peduli dimana dia. Sepulang sekolah biasanya dia pergi berkeliaran.
"Yuuuuuu...aaaaannn" teriak Ryan.
Aish, ini mengganggu. konsentrasiku buyar, moodku hilang menikmati novelku.
"Kenapa?" tanyaku terganggu.
"Yu, aku kenapa ya?"
Aku topang dagu, mengamatinya lamat-lamat, aku tidak melihat keanehan pada Ryan. yang kulihat hanya laki-laki bermuka imut yang terengah-engah dengan keringat bau. hwek!
"kenapa memang?, ihh, keringatmu bau banget!"
"Akk,,, aku melihat perempuan" dia tersenyum riang.
"Aku juga perempuan, dasar!"
"Perempuan cantik, tidak seperti kamu Yuan"
"hmm, memang siapa?"
"Oca!!!" Ryan berteriak.
"Hah?" aku terkejut, Oca? siapa dia?. Orang asing?, planet lain?.
Baru aku sadari, sahabatku ternyata naksir seseorang!
Uweee.. Amatir. Maafkan aku :v. Masih pendek-pendek ya? Lah- Gaje :v
Salam Tinta :v :v
KAMU SEDANG MEMBACA
From...
Teen FictionDari kamu, yang akhirnya meninggalkan. Tidak hanya untuk luka, tapi juga air mata.