Oca. Baiklah, aku masih membayangkan wajah Oca, ini sedikitnya menggangguku.
"Oca adalah murid baru di sekolah kita, dia kelas 7D, Yu!"Ryan berbinar, tatapn matanya memancarkan kegembiraan.
Aish, bocah ini kalau dia bahagia seperti ini, wajahnya semakin imut. Aku bertaruh.
"Lalu kenapa?" tanyaku ketus.
"Aku suka dia Yu!" Ryan setengah berteriak.
Mataku membelalak. Dia suka Oca?, padahal dia murid baru. Dan Ryan tidak bilang adaku dulu?, apa maksudnya?.
"Oh" aku ber-oh pendek.
"Kok cuma-Oh?"
"Terus kamu pengen aku bilang apa?"
"Bilang dong. Ryan, kamu hebat. Kamu harus nembak Oca. Ku bantu!, gitu dong"
Aku tidak menghiraukan dia. Aku mulai tenggelam dengan ekspektasiku tentang Oca. Tiba- tiba Ryan menjulurkan tangannya yang memegang foto perempuan. Aku mendongak, menganalisis.
"Iya, ini Oca"
Aku menatap foto itu fokus pada perempuan berambut coklat, bola matanya hitam, kulitnya putih, bulu matanya indah. Perempuan itu cantik, boleh jadi tidak hanya aku yang berpendapat seperti itu. Dari foto itu aku menganalisis bahwa dia bukan perempuan atletik, lebih tepat seperti perempuan yang benar-benar perempuan. Aish!,aku mengigit bibir.
"Cantik ya?"tanya Ryan sambil menyeringai.
"Ya, terserah sajalah. Aku tidak peduli" aku sedikit ngambek dan tidak minat mendengarkan perkataan Ryan. Aku meninggalkan kelas, dengan muka yang menyebalkan. Ryan yang berbunga-bunga tidak mengerti aku kenapa. Aku terlalu sibuk dengan nggedumelku gara-gara Oca. Tiba-tiba...
"Brak"
"Damn it!", kata-kata itu meluncur begitu saja, setelah aku menabrak seseorang. Baru saja mau memarahi orang itu (padahal aku yang salah karena tidak fokus berjalan) tiba-tiba aku tertegun saat menyadari orang yang kutabrak adalah...
"Kak Beltham?!" aku terkejut setengah berteriak.
Dia hanya tersenyum, sembari memandangiku. Aku salting, entah tiba-tiba aku merasakan urat maluku muncul. Aku merasakan mukaku memerah!.
"Aduh Kak, maaf nggak sengaja. Aduh maaf yah" aku menunduk.
Dia hanya tertawa, sungguh dia manis. Lesung pipitnya sangat terlihat. Giginya rapi, rambut hitamnya yang keren menambah kegantengannya. Dia ganteng apa manis sih?, atau perpaduan antara ganteng dan manis. Ahhh!
"Iya, santai aja kali dek. Kan nggak sengaja. Iyakan?" dia bertanya padaku.
"Hehe iya Kak, anu... beneran maaf ya. Nggak sengaja kok" mukakku semakin panas, merah.
"Sip" jawabnya sembari melangkah pergi.
Aku gemetaran, menatap punggungnya yang mulai beringsut pergi. Aku tidak menyangka, aku mengobrol dengan Kak Beltham?. Ahhh, impian!
"Dia benar-benar manis" batinku. Aku berlari menjauhi tangga dekat kelas 8E, oh iya aku tadi menabrak Kak Beltham didekat tangga kelas 8E. AAAAA!, aku senang.
---
"Dari mana saja kamu?"tanya Ryan ketus.
Aku hanya tersenyum-senyum sendiri.
"Eh dasar, jawab oy!"Ryan berteriak sambil menarik tanganku.
"Apasih? jangan ngganggu deh. Urusin aja sono Oca" kataku sedikit nyindir.
"Oca ternyata udah punya pacar Yu" Ryan menunduk.
What?, udah punya pacar? tanya tatapan mataku yang sekarang bertumpuk pada Ryan yang malang. Bagaimana bisa?
"Pas kamu pergi tadi, aku terus kekelas 7D, cari si Oca. Eh, kata anak kelas sono dia udah pulang. Aku coba cari ke depan. Dan, aku nemuin dia lagi digandeng sama cowok. Bukan sekolah sini, tapi dia keliatan nyaman sama tu cowok. Di gerbang, mereka naik motor bareng" cerita Ryan.
"Kan belum pasti itu pacarnya"aku mencoba membesarkan hati Ryan.
"Itu emang pacarnya, aku tanya ke anak kelas 7D. Dia tadi cerita ke temen satu kelasnya, sambil nunjukkin foto cowoknya itu. Dasar murahan!"
"Eits, jahat banget kamu ngatain murahan!"
"Ya aku sakit hati"
"Ya jangan gitulah, dia berarti bukan untukmu. Dia anak baru yang tidak pantas untukmu Ryan"
Ryan menghela nafas.
"Yuk, pulang saja" kata dia sembari membawa tasnya.
Aku memandanginya sekali lagi, kulihat langkah kakinya berat.
"Sahabatku, patah hati" gumamku sembari mengikutinya.
---
"Hahaha, iya. Saat itu aku sakit hati sekali. Baru pertama naksir cewek, eh ternyata udah punya pacar. Payah" Ryan tertawa.
"Iyaa, dulu kita memang bodoh"
"Hahahahaha..." kami tertawa.
kami kemudian terdiam. Satu detik, dua detik, tiga detik. Kami sempurna kembali ke dunia kami sekarang, sempurna menertawakan kebodohan semasa SMP.
"Yu, Oca sekarang sama siapa ya?" tanya Ryan tiba-tiba.
Aku menggeleng. Tidak tau. Aku mengerti, walaupun Oca sudah punya pacar, tapi Ryan tetap naksir dia. Dan dia tidak bisa melupakan Oca lama. Dan Kak Beltham, bagaimana aku sama dia?. Kami tenggelam dalam fikiran masing-masing.
"Lanjuttin cerita kita yuk?" Ryan menatapku lamat-lamat.
Aku mengangguk. Ku pikir, ceritaku ini hanya akan membuatku bosan mengenang Beltham. Meskipun dulu, dia adalah orang spesial bagiku.
"Baiklah. Kita lanjutkan"
Tada!, tambah Gaje kah>><< hehe maap.
butuh kritik nih, sarannya jugak yaa. jan bosen :)
KAMU SEDANG MEMBACA
From...
Teen FictionDari kamu, yang akhirnya meninggalkan. Tidak hanya untuk luka, tapi juga air mata.